Operasi Lintas Udara Pertama: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
k fix |
||
Baris 2:
== Latar belakang ==
Setelah Proklamasi kemerdekaan tanggal [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|17 Agustus]] di kumandangkan, pemuda dan rakyat [[Kalimantan]] sebagai salah satu wilayah [[Indonesia|RI]],
[[Daftar Gubernur Kalimantan|Gubernur Kalimantan]], [[Pangeran Muhammad Noor|Ir. Pangeran Muhammad Noor]] mengirim surat kepada [[Kepala Staf TNI Angkatan Udara|KSAU]] Komodor Udara [[Soerjadi Soerjadarma|Suryadi Suryadarma]], yang isinya meminta bantuan agar [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|AURI]]
Dalam waktu singkat, staf khusus berhasil merekrut sekitar 60 pejuang dari [[Kalimantan]], [[Sulawesi]], [[Jawa]], dan juga dari Madura yang bersedia diterjunkan di [[Kalimantan]]. Mereka ditampung di Asrama Padasan, Warungboto, di dekat [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Maguwo]]. Adapun pelatih dari [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|AURI]] adalah Opsir Udara I Sudjono, dibantu Opsir Muda Udara II Amir Hamzah, Opsir Muda Udara II Soerojo, Sersan Udara Mispar dan Kopral Muda Udara Matjasir.
Baris 13:
Pesawat yang digunakan adalah [[Dakota RI-002]] dengan pilot yang dipercayakan lagi kepada Bob Earl Freeberg. Adapun yang menjadi co-pilot adalah Opsir Udara III Makmur Suhodo dan Operator Penerjun Opsir Muda Udara III Amir Hamzah. Mayor [[Tjilik Riwut]] bertindak sebagai penunjuk daerah penerjunan.
Pesawat berangkat dari Yogyakarta pada tanggal 17 Oktober 1947 pukul 02.30 dini hari, dan waktu menunjukkan pukul 05.30 ketika melayang di atas kawasan rawa-rawa [[Kalimantan]]. [[Tjilik Riwut]] sempat ragu, tetapi setelah yakin bahwa mereka sudah ada di atas daerah Sepanbiha, maka para pemuda itu pun mulai melakukan penerjunan. Djarni batal meloncat karena takut. Adapun ke–13 anggota pasukan payung yang berhasil mendarat dengan selamat adalah
Operasi pertama yang berlangsung pada tanggal 17 Oktober 1947 ini, disertai ''dropping'' alat-alat perlengkapan dan perbekalan untuk bergerilya di hutan. Beberapa orang tersangkut pohon-pohon tinggi rimba raya, tetapi tidak menjadi rintangan untuk mendarat tanpa cacat. Mereka baru berkumpul pada hari ketiga. Ternyata mereka tidak mendarat di Sepanbiha, tetapi dekat Kampung Sambi, di antara [[Sungai Seruyan]] di barat laut [[Rantau Pulung, Kutai Timur|Rantau Pulut]], [[Kotawaringin]]. Tidak semua ''parachut'' dapat ditemukan kembali, demikian juga persediaan amunisi, bahan makanan, alat perkemahan dan ''veldbed''. Andaikata tidak ada pengkhianatan dari Albert Rosing, seorang Lurah Kampung Mayang, yang menyebabkan mereka masuk perangkap, setelah 35 hari di hutan, pasti mereka berhasil.
Baris 23:
Demikianlah operasi penerjunan pasukan payung ini dilaksanakan sekaligus merupakan operasi lintas udara (linud) pertama bagi [[Tentara Nasional Indonesia|Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]]. Meskipun tugas operasi [[Kalimantan]] itu gagal, tetapi kisah ''paratroop'' tersebut merupakan suatu peristiwa gemilang. Ini membuktikan bahwa para pejuang kemerdekaan dalam keadaan serba darurat dapat membina kekuatan yang tidak boleh dianggap remeh. Peristiwa inilah yang kemudian diperingati sebagai hari Pasukan Khas Angkatan Udara.
Untuk mengenang dan menghormati kepahlawanan para pelopor penerjunan
Setelah sampai di Banjarmasin mereka bertemu dengan Mayor Eddie dan mendapat keterangan, bahwa
Pada tanggal 21 Maret 1950 tepat pukul12.00 siang mereka sampai di daerah Sampit dan disini tinggal selama dua hari untuk mencari perlengkapan-perlengkapan lainnya berupa tiga buah peti jenazah dan sebuah perahu lagi.
Setelah itu mereka memperoleh keterangan, bahwa jenazah-jenazah yang mereka cari telah dipindahkan ke Makam Pahlawan Tubangmanjul.
Jalannya pengambilan jenazah ini mendapat perhatian penduduk sangat besar dari penduduk setempat, mereka tidak lupa mengadakan upacara selamatan untuk menghormati arwah para pahlawannya dengan tari-tarian selamatan, dan tari-tarian adat yang sekaligus menunjukkan pula rasa duka citanya.
== Referensi ==
|