Stasiun Muaro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
k fix
Baris 25:
Pada masa lalu, stasiun yang dibuka pada tanggal 1 Maret 1924<ref>{{Cite book|title=Verslag der staatsspoor- en tramwegen in Nederlandsch-Indië 1925|last=Staatsspoorwegen|first=|date=1925|publisher=Burgerlijke Openbare Werken|isbn=|location=Batavia|pages=|url-status=live}}</ref> ini difokuskan untuk pengangkutan barang. Namun sayangnya, jalur beserta stasiun ini telah ditutup{{Kapan}} karena angkutan barang yang semakin menipis. Pada saat ini, stasiun beserta jalurnya dari Muarakalaban sedang dalam proses reaktivasi jalur untuk menyambut jalur kereta api Trans-Sumatra. Akan tetapi, untuk saat ini reaktivasi jalur ini sedang mangkrak.<ref>{{Cite news|url=https://ekonomi.bisnis.com/read/20190617/98/934654/terungkap-penyebab-210-km-lintasan-rel-ka-di-sumbar-mati-suri|title=Terungkap, Penyebab 210 Km Lintasan Rel KA di Sumbar Mati Suri|date=2019-06-17|work=[[Bisnis Indonesia|Bisnis.com]]|access-date=2020-06-07|last=Jati|first=Yusuf Waluyo|editor-last=Newswire}}</ref>
 
Stasiun ini merupakan titik permulaan dari [[Jalur kereta api Muaro-Pekanbaru|jalur kereta api romusha Muaro-Pekanbaru]] yang menghubungkan [[Riau]] dengan [[Sumatra Barat]]. Hambatan-hambatan yang harus dihadapi oleh [[Staatsspoorwegen ter Sumatra's Westkust]] (SSS) adalah kontur tanah yang sepenuhnya rawa-rawa dan sangat labil. Karena belum dianggap layak, rencana itu akhirnya menjadi arsip tak terurus di kantor pusat [[Staatsspoorwegen]].<ref name="FF">{{cite web|url=https://www.pekanbarudeathrailway.com/muaro-to-pekanbaru?lang=id|title=Jalur Kereta Api Maut  Pekanbaru|last=Farrel|first=Jamie|date=|website=www.pekanbarudeathrailway.com|publisher=|access-date=6 Oktober 2019|quote=}}</ref>
 
Tahun 1942, ketika Jepang menduduki Indonesia, mereka menemukan rencana itu. Jalur rel itu dibuat Jepang untuk menghindari Kota Padang dan Samudra Hindia yang dijaga ketat kapal perang Sekutu. Namun, trase yang dipilih untuk membangun lintas tersebut tidak sesuai dengan teknis yang diberikan, seperti menyusuri rawa-rawa dan konstruksi rel dan jembatan yang mudah rapuh. Banyak tahanan perang dan romusha yang meninggal tidak hanya kelaparan, tetapi juga penyakit [[malaria]], [[disentri]], dan [[pelagra]].<ref>{{Citebook|title=Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid 1|last1=Nusantara|first1=Tim Telaga Bakti|last2=Perkeretaapian|first2=Asosiasi Pakar|publisher=CV Angkasa|year=1997|edition=Cet. 1|location=Bandung|page=146}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.memoryarchive.org/en/The_Death_Railway,_April_1945,_by_George_Duffy|title=The Death Railway, April 1945|author=Duffy, George|date=5 January 2006|work=[[MemoryArchive]]|archiveurl=https://web.archive.org/web/20080618213017/http://www.memoryarchive.org/en/The_Death_Railway,_April_1945,_by_George_Duffy|archivedate=18 June 2008|deadurl=yes|accessdate=2 January 2015}}</ref> Jalur ini sempat dioperasikan untuk mengangkut tahanan perang dan juga seorang insinyur yang terlibat dalam proyek, dan sejak 1946 lintas ini ditinggalkan.<ref name="FF"/>