Mendam Berahi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 69:
Saat datangnya Portugis di Melaka (1509), laksamana Hang Tuah sedang sakit. Mendam Berahi berada di bawah komando Maharaja Setia. Mendam Berahi berhasil menabrak dan menenggelamkan 2 buah jalilah (sejenis kapal) Portugis. Melihat bahwa mereka kalah jumlah, armada Melaka mundur ke Melaka dan meminta laksamana Hang Tuah ikut berperang. Hang Tuah akhirnya setuju untuk ikut pertempuran. Kedua armada bertemu dan menyerang satu sama lain. Pada akhirnya, Hang Tuah tertembak dan jatuh ke air, sebelum akhirnya ditolong prajurit naik ke Mendam Berahi. Armada Melaka melarikan diri ke Melaka, tetapi melihat pemimpinnya juga terluka dan meminta dibawa kembali ke Portugal, armada Portugis juga mundur.{{sfn|Schap|2010b|p=196-203}}
 
Dengan ancaman Portugis, raja Melaka memerintahkan laksamana Hang Tuah dan Maharaja Setia pergi ke benua Rum ([[Turki Ustmani]]) untuk membeli bedil dan meriam-meriam besar. Hang Tuah pergi naik Mendam Berahi dengan disertai dengan banyak perahu. Setelah 5 hari 5 malam ia sampai di Aceh, singgah di sana selama sekitar 12 hari. Setelah mendapat perbekalan yang cukup, Hang Tuah pergi ke pulau Dewa (Maladewa), sampai di sana setelah kira-kira 10 hari. Setelah berlayar 2 bulan, Mendam Berahi sampai di [[Jeddah]]. Hang Tuah, Maharaja Setia, dan rombongannya berlabuh untuk beberapa saat, berniat ke makam [[Hawa|Siti Hawa]]. Mereka mencapainya dengan berjalan kaki 2 hari 2 malam ke Makkah, dan mengerjakan rukun Haji. Mereka juga pergi ke Madinah untuk menziarahi makam Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Sekembalinya dari ziarah, rombongan berlayar 20 hari ke Mesir, dan singgah disana kira-kira 3 bulan lamanya untuk membeli bedil dan memuatkannya ke atas perahu. Hikayat Hang Tuah juga menceritakan bagaimana rombongan perahu dan kapal Melaka berlayar 17 hari dan sampai di [[Istanbul]], namun sejatinya rute ini tidak dapat dilalui karena [[terusan Suez]] belum ada pada waktu itu.{{sfn|Schap|2010b|p=205-221}} Walau bagaimanapun, di Rum mereka berhasil membeli sekitar 800 buah bedil ukuran besar dan kecil, ditambah 120 yang sebelumnya dibeli di Mesir.{{sfn|Schap|2010b|p=244-245}} Rombongan sampai kembali di Melaka setelah sekitar 4 bulan berlayar.{{sfn|Schap|2010b|p=247-248}}
 
== Keaslian ==
Keberadaan Mendam Berahi sebenarnya masih diragukan, karena ia hanya disebut dalam Hikayat Hang Tuah, dan manuskrip Melayu lain tidak pernah menyinggung keberadaannya.<ref>Institut Penyelidikan Matematik (2022). ''Akhirnya Kapal Hang Tuah - Mendam Berahi Akan di Bina Semula'' [Siaran pers]. https://www.youtube.com/watch?v=FDyjjhhUoHI</ref> Meskipun HHT mengisahkan cerita berlatar kesultanan Melaka (1400–1511), ia sebenarnya merefleksikan kejadian yang terjadi pada [[kesultanan Johor]] pada abad ke-17, lebih rincinya berdasar pada masa keemasan Johor pada 1640-an hingga 1670-an. Tokoh utamanya, Hang Tuah, adalah tokoh fiktif, namun kisahnya ditulis berdasarkan kisah nyata Laksamana Abd al-Jamil dari Johor.<ref>{{Cite journal|last=Braginsky|first=V.I.|date=1990|title=Hikayat Hang Tuah; Malay epic and muslim mirror; Some considerations on its date, meaning and structure|url=http://dx.doi.org/10.1163/22134379-90003207|journal=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia|volume=146|issue=4|pages=399–412|doi=10.1163/22134379-90003207|issn=0006-2294}}</ref> Kisah pelayaran utusan Melaka ke Rum (Turki Usmani) untuk membeli meriam jelas tidak pernah terjadi, ia sebenarnya didasarkan pada pengiriman utusan Aceh ke Turki Ustmani pada abad ke-16.<ref>{{Cite journal|last=Braginsky|first=Vladimir|date=2012-12-08|title=Co-opting the Rival Ca(n)non the Turkish Episode of Hikayat Hang Tuah|url=https://www.academia.edu/en/70569424/Co_Opting_the_Rival_Ca_N_Non_The_Turkish|journal=Malay Literature|volume=25|issue=2|pages=229–260|doi=10.37052/ml.25(2)no5|issn=0128-1186}}</ref>
 
== Replika ==