Kabupaten Banyuwangi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 99:
 
== Sejarah ==
Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah [[Kerajaan Blambangan]]. Pada pertengahan [[abad ke-17]], Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Kangjeng Suhunan Prabu [[Tawang Alun]].
Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah [[Kerajaan Blambangan]]. Pada pertengahan [[abad ke-17]], Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Pangeran [[Tawang Alun]]. Pada masa ini secara administratif [[VOC]] menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar penyerahan kekuasaan Jawa bagian timur (termasuk Blambangan) oleh [[Pakubuwono II]] kepada VOC. Padahal Mataram tidak pernah bisa menguasai daerah Blambangan yang saat itu merupakan kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa. Namun VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaannya sampai pada akhir abad ke-17, ketika pemerintah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan. Daerah yang sekarang dikenal sebagai "kompleks Inggrisan" adalah bekas tempat kantor dagang Inggris.<ref>[https://m.merdeka.com/banyuwangi/info-banyuwangi/kisah-asrama-inggrisan-di-banyuwangi-dan-pusat-jaringan-telegraf-1802267.html] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200102103448/https://m.merdeka.com/banyuwangi/info-banyuwangi/kisah-asrama-inggrisan-di-banyuwangi-dan-pusat-jaringan-telegraf-1802267.html|date=2020-01-02}} Kisah asrama inggrisan di Banyuwangi</ref>
 
Sejak tahun [[1743]], secara administratif [[VOC]] telah menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar [[Perjanjian Ponorogo]] yang diantara isinya adalah penyerahan kekuasaan Kartasura di Jawa bagian timur (termasuk Blambangan) oleh [[Pakubuwono II]] kepada VOC. Padahal Kartasura tidak pernah mewarisi Blambangan dari [[Kesultanan Mataram]] karena Kangjeng Suhunan Prabu Tawangalun telah menyatakan kemerdekaan Balambangan pada 23 Pebruari 1653 dan Mataram tidak pernah menundukkannya lagi hingga Mataram hancur akibat Perang [[Raden Trunajaya]].
VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaannya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767–1772). Dalam peperangan itu terdapat satu pertempuran dahsyat yang disebut [[Perang Bayu|Puputan Bayu]] sebagai merupakan usaha terakhir Kerajaan Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu [[VOC]]. [[Perang Bayu|Pertempuran Puputan Bayu]] terjadi pada tanggal [[18 Desember]] [[1771]] yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Sayangnya, perang ini tidak dikenal luas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kompeni Belanda. Namun pada akhirnya VOC-lah yang memperoleh kemenangan dengan diangkatnya R. Wiroguno I (Mas Alit) sebagai Bupati Banyuwangi pertama dan tanda runtuhnya Kerajaan Blambangan. Tetapi perlawanan sporadis rakyat Blambangan masih terjadi meskipun VOC sudah menguasai Blambangan. Itu bisa terlihat dengan tidak adanya pabrik gula yang dibangun oleh VOC saat itu, berbeda dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur.{{butuh rujukan}}
 
SejarahPasca BanyuwangiPerjanjian tidakPonorogo lepastahun dari sejarah [[Kerajaan Blambangan]]. Pada pertengahan [[abad ke-17]]1743, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Pangeran [[Tawang Alun]]. Pada masa ini secara administratif [[VOC]] menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar penyerahan kekuasaan Jawa bagian timur (termasuk Blambangan) oleh [[Pakubuwono II]] kepada VOC. Padahal Mataram tidak pernah bisa menguasai daerah Blambangan yang saat itu merupakan kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa. Namun VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaannya sampai pada akhir abad ke-17, ketika pemerintah[[Perusahaan InggrisHindia Timur Britania]] menjalin hubungan dagang dengan Blambangan. Daerah yang sekarang dikenal sebagai "kompleks Inggrisan" adalah bekas tempat kantor dagang Inggris.<ref>[https://m.merdeka.com/banyuwangi/info-banyuwangi/kisah-asrama-inggrisan-di-banyuwangi-dan-pusat-jaringan-telegraf-1802267.html] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200102103448/https://m.merdeka.com/banyuwangi/info-banyuwangi/kisah-asrama-inggrisan-di-banyuwangi-dan-pusat-jaringan-telegraf-1802267.html|date=2020-01-02}} Kisah asrama inggrisan di Banyuwangi</ref>
Tokoh sejarah fiksi yang terkenal adalah Putri [[Sri Tanjung]] yang di bunuh oleh suaminya di pinggir sungai karena suaminya ragu akan janin dalam rahimnya bukan merupakan anaknya tetapi hasil perselingkuhan ketika dia ditinggal menuju medan perang. Dengan sumpah janjinya kepada sang suami sang putri berkata: "Jika darah yang mengalir di sungai ini amis memang janin ini bukan anakmu tetapi jika berbau harum (wangi) maka janin ini adalah anakmu". Maka seketika itu darah yang mengalir ke dalam sungai tersebut berbau wangi, maka menyesalah sang suami yang dikenal sebagai Raden Banterang ini dan menamai daerah itu sebagai Banyuwangi.{{butuh rujukan}}
 
VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaannya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767–1772) dan bahkan baru berakhir tahun 1777.
Tokoh sejarah lain ialah Minak Djinggo, seorang Adipati dari Blambangan yang memberontak terhadap Kerajaan Majapahit dan dapat ditumpas oleh utusan Majapahit, yaitu [[Damarwulan]]. Namun sesungguhnya nama Minak Djinggo bukanlah nama asli dari adipati Blambangan. Nama tersebut diberikan oleh sebagian kalangan istana Majapahit sebagai wujud olok-olok kepada Brhe Wirabumi yang memang putra prabu hayam wuruk dari selir.
Bagi masyarakat Blambangan, cerita Damarwulan tidak berdasar. Cerita ini hanya bentuk propaganda Mataram yang tidak pernah berhasil menguasai wilayah Blambangan yang saat itu disokong oleh kerajaan Hindu Mengwi di Bali.
 
Dalam rangkaian peperangan itu terdapat beberapa pertempuran dahsyat yang salah satunya disebut Perang [[Perang Bayu|Puputan Bayu]] yang merupakan perlawanan rakyat Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu [[VOC]].
 
[[Perang Bayu|Pertempuran Puputan Bayu]] terjadi pada tanggal [[18 Desember]] [[1771]] yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Sayangnya, perang ini tidak dikenal luas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kompeni Belanda.
 
VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaannya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767–1772). Dalam peperangan itu terdapat satu pertempuran dahsyat yang disebut [[Perang Bayu|Puputan Bayu]] sebagai merupakan usaha terakhir Kerajaan Blambangan untuk melepaskan diriAkhir dari belenggu [[VOC]]. [[Perang Bayu|Pertempuran Puputan Bayu]] terjadi pada tanggal [[18 Desember]] [[1771]] yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Sayangnya, perang ini tidak dikenal luas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kompeni Belanda. Namun pada akhirnya, VOC-lah yang memperoleh kemenangan dengan diangkatnya R. Wiroguno I (Mas Alit) sebagai [[Bupati Banyuwangi]] pertama dan tanda runtuhnya Kerajaan Blambangan. Tetapi perlawanan sporadis rakyat Blambangan masih terjadi meskipun VOC sudah menguasai Blambangan. Itu bisa terlihat dengan tidak adanya pabrik gula yang dibangun oleh VOC saat itu, berbeda dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur.{{butuh rujukan}}
 
=== Legenda ===
Tokoh sejarah fiksilegenda yang terkenal adalah Putri [[Sri Tanjung]] yang di bunuh oleh suaminya di pinggir sungai karena suaminyadicurigai raguoleh akansuaminya janintelah dalam rahimnya bukan merupakan anaknya tetapi hasil perselingkuhanselingkuh ketika dia ditinggal menuju medan perang. Dengan sumpah janjinya kepada sang suami sang putri berkata: "Jika darah yang mengalir di sungai ini amis memang janinSri iniTanjung bukan anakmuselingkuh, tetapi jika berbau harum (wangi) maka janinSri iniTanjung adalahtidak anakmuselingkuh". MakaDan seketika ituketika darah yang mengalir ke dalam sungai tersebut berbau wangi, maka menyesalahmenyesallah sang suami yang dikenal sebagai Raden BanterangSidopekso ini dan menamai daerah itu sebagai Banyuwangi.{{butuh rujukan}}
 
Harumnya air itulah yang kemudian diyakini sebagai asal mula nama daerah itu sebagai Banyuwangi.
 
Tokoh sejarah lain ialah Minak Djinggo, seorang Adipati dari Blambangan yang memberontak terhadap Kerajaan Majapahit dan dapat ditumpas oleh utusan Majapahit, yaitu [[Damarwulan]]. Namun sesungguhnya nama Minak Djinggo bukanlahtidak namaada aslidalam daridaftar adipatiraja Blambangan.Balambangan Namamenurut tersebutBabad diberikanSembar olehsehingga sebagiandapat kalangandipastikan istanabahwa Majapahitkisah sebagaiini wujudhanya olok-oloklegenda kepada Brhe Wirabumi yang memang putra prabu hayam wuruk dari selirsaja.
=== Julukan ===
[[Berkas:Welcome to Banyuwangi.jpg|jmpl|Patung selamat datang di Banyuwangi pada kaki [[gunung Gumitir]]]]
Baris 120 ⟶ 130:
* ''Bumi Blambangan''
 
Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Blambangan, karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi. Blambangan adalah kerajaan yang semasa dengan kerajaan Majapahit bahkan dua abad lebih panjang umurnya. Blambangan adalah kerajaan yang paling gigih bertahan terhadap serangan Mataram dan VOC serta Blambanganlah kerajaan yang paling akhir ditaklukkan penjajah Belanda di Pulau Jawa.
 
* ''Osing''
Salah satu keunikan Banyuwangi adalah penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yaitu Jawa Mataraman, Madura, dan Banyuwangen (kini lebih dikenal dengan Osing). Suku

Orang Osing adalah salah satu kelompok penduduk asli Banyuwangi. Sebagai keturunan kerajaan Blambangan, suku OsingMereka mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang sedikit berbeda dari masyarakat Jawa dan Maduraumumnya.
 
* ''Santet''