Pengguna:Mdnghtrn/Barbie (film): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mdnghtrn (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Mdnghtrn (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 71:
Pada September 2014, ''[[Developmental Psychology]]'' menerbitkan sebuah [[metaanalisis]] dari 45 kajian untuk menyelidiki hubungan antara penggunaan media dan perilaku terkait ADHD pada anak-anak dan remaja. Analisis tersebut menemukan hubungan yang kecil sekaligus signifikan antara penggunaan media dan perilaku terkait ADHD.<ref>{{Cite journal|last=Nikkelen|first=Sanne W. C.|last2=Valkenburg|first2=Patti M.|last3=Huizinga|first3=Mariëtte|last4=Bushman|first4=Brad J.|date=2014|title=Media use and ADHD-related behaviors in children and adolescents: A meta-analysis|url=https://research.vu.nl/ws/portalfiles/portal/1252660/Nikkelen+etal+ADHD+2014.pdf|dead-url=no|journal=[[Developmental Psychology]]|language=en|volume=50|issue=9|pages=2228–2241|doi=10.1037/a0037318|pmid=24999762|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:15418721 15418721]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230409183638/https://research.vu.nl/ws/portalfiles/portal/1252660/Nikkelen+etal+ADHD+2014.pdf|archive-date=9 April 2023}}</ref> Pada Maret 2016, ''[[Frontiers in Psychology]]'' menerbitkan sebuah survei dari 457 pelajar [[Pendidikan tinggi|pasca-menengah]] pengguna Facebook (menyusul sebuah eksperiman pendahuluan [[validitas muka]] dari 47 pelajar pasca-menengah pengguna Facebook lainnya) di sebuah universitas besar di Amerika Utara yang menunjukkan bahwa keparahan gejala ADHD memiliki sebuah korelasi positif yang signifikan secara statistis dengan penggunaan Facebook selagi mengemudikan sebuah kendaraan bermotor dan bahwa impuls menggunakan Facebook sementara berkendara lebih kuat di antara pengguna pria daripada pengguna wanita.<ref>{{Cite journal|last=Turel|first=Ofir|last2=Bechara|first2=Antoine|date=2016|title=Social networking site use while driving: ADHD and the mediating roles of stress, self-esteem and craving|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4812103/|journal=Frontiers in Psychology|language=en|volume=7|page=455|doi=10.3389/fpsyg.2016.00455|pmc=PMC4812103|pmid=27065923|doi-access=free}}</ref> Pada Juni 2018, ''[[Children and Youth Services Review]]'' menerbitkan sebuah [[analisis regresi]] dari 283 pengguna Facebook remaja di region [[Piemonte]] dan [[Lombardia]] di [[Italia Utara]] (yang mereplika penemuan sebelumnya di antara pengguna dewasa) menunjukkan bahwa remaja yang melaporkan gejala ADHD yang lebih tinggi secara positif memprediksi kecanduan Facebook, [[sikap]] negatif yang berkelanjutan terhadap [[masa lalu]] dan bahwa [[masa depan]] telah ditentukan sebelumnya dan tidak dipengaruhi oleh tindakan masa kini, dan orientasi menentang [[Manajemen waktu|mencapai tujuan masa depan]], dengan gejala ADHD juga meningkatkan manifestasi kategori [[ketergantungan psikologis]] yang telah diusulkan dan disebut sebagai "[[penggunaan media sosial bermasalah]]".<ref>{{Cite journal|last=Settani|first=Michele|last2=Marengo|first2=Davide|last3=Fabris|first3=Matteo Angelo|last4=Longobardi|first4=Claudio|date=Juni 2018|title=The interplay between ADHD symptoms and time perspective in addictive social media use: A study on adolescent Facebook users|journal=Children and Youth Services Review|language=en|volume=89|pages=165–170|doi=10.1016/j.childyouth.2018.04.031|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:149795392 149795392]}}</ref>
 
Pada April 2015, [[Pew Research Center]] menerbitkan sebuah survei dari 1.060 remaja AS berusia 13 sampai 17 tahun yang melaporkan bahwa hampir tiga per empat dari mereka antara memiliki atau mempunyai akses ke sebuah ponsel cerdas, 92% di antaranya berkoneksi secara daring, dengan 24% mengatakan "hampir secara konstan" berada dalam jaringan.<ref>{{Cite web|last=Lenhart|first=Amanda|date=9 April 2015|title=Teens, social media & technology overview 2015|url=https://www.pewresearch.org/internet/2015/04/09/teens-social-media-technology-2015/|publisher=[[Pew Research Center]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230606164927/https://www.pewresearch.org/internet/2015/04/09/teens-social-media-technology-2015/|archive-date=6 Juni 2023|access-date=14 Juni 2023}}</ref> Mengutip data [[Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat|Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat]] yang menunjukkan bahwa hampir seperempat kematian di AS pada tahun 2014 untuk orang yang berusia 15 sampai 24 tahun diakibatkan oleh [[Kecelakaan lalu lintas|kecelakaan kendaraan bermotor]], psikiater Randolph M. Nesse mencatat bahwa ketakutan akan bahaya dalam mengemudikan sebuah kendaraan bermotor tidak dapat memiliki sebuah modul pembelajaran pendahuluan, dan bersama ahli biologi evolusioner George C. Williams dan psikiater [[Isaac Marks]], Nesse mencatat bahwa orang-orang dengan respons ketakutan terhadap [[Adaptasi psikologis|fobia adaptif]] (cth [[basifobia]], [[ofidiofobia]], [[araknofobia]]) yang defisien secara sistematis lebih [[Kecerobohan|ceroboh secara temperamen]] dan lebih berkemungkinan mengalami cedera tidak disengaja yang bisa menjadi fatal, dan Marks, Williams, dan Nesse telah mengusulkan bahwa fobia defisien serupa sebaiknya digolongkan sebagai "'''hipofobia'''" akibat [[Teori gen egois|konsekuensi gen egois]] yang dimilikinya.{{Sfnm|Nesse & Williams|1994|1pp=212–214|Nesse|2005|2pp=911–913|Nesse|2016|3p=1014|Nesse|2019|4pp=64–76}}
 
Pada Juli 2018, ''[[Journal of the American Medical Association]]'' menerbitkan sebuah survei kohort [[Kajian longitudinal|longitudinal]] dari 3.051 remaja AS yang berusia 15 dan 16 tahun (direkrut dari 10 [[Pendidikan menengah|sekolah menengah]] di [[County Los Angeles, California]] dengan ''[[convience sampling]]'') melaporkan keterlibatan mereka dalam 14 kegiatan media digital modern pada frekuensi tinggi. Pada titik awal, 2.587 di antaranya tidak mengalami gejala ADHD yang signifikan, dengan [[Simpangan baku|jumlah mean]] 3,62 kegiatan media digital modern digunakan pada frekuensi tinggi dan setiap kegiatan tambahan yang sering digunakan pada titik awal berkorelasi positif dengan gejala ADHD yang berfrekuensi secara signifikan lebih tinggi pada tindakan lanjutan. 495 remaja yang tidak melaporkan melakukan kegiatan media digital berfrekuensi tinggi pada titik awal memiliki suku mean 4,6% mengalami gejala ADHD pada tindakan lanjutan, sementara 114 di antaranya yang melaporkan 7 kegiatan berfrekuensi tinggi memiliki suku mean 9,5%, dan 51 remaja dengan 14 kegiatan berfrekuensi tinggi memiliki suku mean 10,5% (mengindikasikan asosiasi menengah yang signifikan secara statistis antara frekuensi yang lebih tinggi dari penggunaan media digital dan gejala ADHD selanjutnya).<ref>{{Cite journal|last=Ra|first=Chaelin K.|last2=Cho|first2=Junhan|last3=Stones|first3=Matthew D.|last4=De La Cerda|first4=Julianne|last5=Goldenson|first5=Nicholas I.|last6=Moroney|first6=Elizabeth|last7=Tung|first7=Irene|last8=Lee|first8=Steve S.|last9=Leventhal|first9=Adam M.|date=17 Juli 2018|title=Association of digital media use with subsequent symptoms of attention-deficit/hyperactivity disorder among adolescents|url=https://doi.org/10.1001%2Fjama.2018.8931|journal=Journal of the American Medical Association|language=en|volume=320|issue=3|pages=255–263|doi=10.1001/jama.2018.8931|pmc=PMC6553065|pmid=30027248|doi-access=free}}</ref><ref>{{Cite news|last=Chatterjee|first=Rhitu|date=17 Juli 2018|title=More screen time for teens linked to ADHD symptoms|url=https://www.npr.org/sections/health-shots/2018/07/17/629517464/more-screen-time-for-teens-may-fuel-adhd-symptoms|dead-url=no|work=[[National Public Radio|NPR]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230417221756/https://www.npr.org/sections/health-shots/2018/07/17/629517464/more-screen-time-for-teens-may-fuel-adhd-symptoms|archive-date=17 April 2023|access-date=14 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite web|last=Clopton|first=Jennifer|date=20 November 2018|title=ADHD rising in the US, but why?|url=https://www.webmd.com/add-adhd/news/20181126/adhd-rising-in-the-us-but-why|website=WebMD|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230316005014/https://www.webmd.com/add-adhd/news/20181126/adhd-rising-in-the-us-but-why|archive-date=16 Maret 2023|dead-url=yes|access-date=14 Juni 2023}}</ref> Pada Oktober 2018, ''[[Akademi Sains Nasional Amerika Serikat|Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America]]'' menerbitkan sebuah tinjauan sistematis penelitian dari empat dekade tentang hubungan antara penggunaan layar media pada anak-anak dan remaja dengan perilaku terkait ADHD dan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kecil secara statistis antara penggunaan media pada anak dan perilaku terkait ADHD.<ref>{{Cite journal|last=Beyens|first=Ine|last2=Valkenburg|first2=Patti M.|last3=Piotrowski|first3=Jessica Taylor|date=2 Oktober 2018|title=Screen media use and ADHD-related behaviors: Four decades of research|url=https://doi.org/10.1073/pnas.1611611114|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America|language=en|volume=115|issue=40|pages=9875–9881|bibcode=2018PNAS..115.9875B|doi=10.1073/pnas.1611611114|pmc=PMC6176582|pmid=30275318|doi-access=free}}</ref>
Baris 111:
Pada Juli 2018, sebuah metaanalisis yang diterbitkan dalam ''Psychology of Popular Media'' menemukan bahwa [[Gangguan kepribadian narsistik|narsisisme muluk]] secara positif berhubungan dengan waktu yang dihabiskan di media sosial, frekuensi [[Mikroblog|pembaruan status]], jumlah teman atau pengikut, dan frekuensi mengunggah [[Swafoto|gambar diri digital]],<ref>{{Cite journal|last=McCain|first=Jessica L.|last2=Campbell|first2=W. Keith|date=2018|title=Narcissism and social media use: A meta-analytic review|url=https://www.researchgate.net/publication/305766785_Narcissism_and_Social_Media_Use_A_Meta-Analytic_Review|journal=Psychology of Popular Media|language=en|volume=7|issue=3|pages=308–327|doi=10.1037/ppm0000137|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:152057114 152057114]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405163537/https://www.researchgate.net/publication/305766785_Narcissism_and_Social_Media_Use_A_Meta-Analytic_Review|archive-date=5 April 2023|access-date=15 Juni 2023}}</ref> sementara sebuah metaanalisis dalam ''[[Journal of Personality]]'' pada April 2018 menemukan bahwa korelasi positif antara narsisisme muluk dan penggunaan [[layanan jejaring sosial]] ini sama untuk sejumlah platform (termasuk Facebook dan Twitter).<ref>{{Cite journal|last=Gnambs|first=Timo|last2=Appel|first2=Markus|date=April 2018|title=Narcissism and social networking behavior: A meta-analysis|url=https://doi.org/10.1111/jopy.12305|journal=Journal of Personality|language=en|volume=86|issue=2|pages=200–212|doi=10.1111/jopy.12305|pmid=28170106}}</ref> Pada Maret 2020, ''Journal of Adult Development'' menerbitkan sebuah [[analisis diskontinuitas regresi]] dari 254 pengguna Facebook [[Milenial]] untuk menyelidiki perbedaan dalam narsisisme dan penggunaan Facebook antara [[Kohort (statistika)|kohort]] usia kelahiran 1977 hingga 1990 dan dari 1991 hingga 2000 dan menemukan bahwa Milenial yang dilahirkan lebih akhir mencetak skor yang secara signifikan lebih tinggi dalam kedua hal.<ref>{{Cite journal|last=Brailovska|first=Julia|last2=Bierhoff|first2=Hans-Werner|date=2020|title=The narcissistic Millenial generation: A study of personality traits and online behavior on Facebook|journal=Journal of Adult Development|language=en|volume=27|pages=23–35|doi=10.1007/s10804-018-9321-1|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:149564334 149564334]}}</ref> Pada Juni 2020, ''Addictive Behaviors Reports'' menerbitkan sebuah tinjauan sistematis yang menemukan sebuah korelasi konsisten, positif, dan signifikan antara narsisisme muluk dan penggunaan media sosial berlebihan.<ref>{{Cite journal|last=Casale|first=Silvia|last2=Banchi|first2=Vanessa|date=Juni 2020|title=Narcissism and problematic social media use: A systematic literature review|url=https://doi.org/10.1016/j.abrep.2020.100252|journal=Addictive Behaviors Reports|volume=11|page=100252|doi=10.1016/j.abrep.2020.100252|pmc=PMC7244927|pmid=32467841|doi-access=free}}</ref> Pada tahun 2018, ahli psikologi sosial Jonathan Haidt dan presiden [[Foundation for Individual Rights and Expression|FIRE]], [[Greg Lukianoff]], mencatat dalam ''[[The Coddling of the American Mind]]'' bahwa mantan presiden Facebook, [[Sean Parker]], menyatakan pada sebuah wawancara tahun 2017 bahwa [[tombol suka Facebook]] didesain secara sadar sehingga pengguna prima yang menerima suka merasakan suatu sensasi [[dopamin]] sebagai bagian dari sebuah "[[Aliran kendali|perulangan]] [[umpan balik]] [[Pengaruh sosial normatif|validasi sosial]]".{{Sfn|Lukianoff & Haidt|2018|p=147}}
 
"'''Belas kasihan mencolok'''" adalah praktik mendonasikan sejumlah besar uang secara publik kepada yayasan amal untuk meningkatkan [[Reputasi|prestise sosial]] sang donor, dan terkadang digambarkan sebagai sejenis [[konsumsi mencolok]].<ref>{{Cite book|last=West|first=Patrick|date=2004|title=Conspicuous compassion: Why sometimes it really is cruel to be kind|publisher=Civitas, Institut Studi Masyarakat Sipil|isbn=978-1903386347|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|last=Payton|first=Robert L.|last2=Moody|first2=Michael P.|date=2008|url=https://archive.org/details/understandingphi0000payt/|title=Understanding philanthrophy: Its meaning and mission|publisher=Indiana University Press|isbn=978-0-253-35049-7|page=[https://archive.org/details/understandingphi0000payt/page/140/ 140]|language=en|jstor=j.ctt16gzg8s}}</ref> Jonathan Haidt dan Greg Lukianoff berpendapat bahwa pelatihan [[mikroagresi]] di [[Pendidikan tinggi di Amerika Serikat|kampus kolese di Amerika Serikat]] telah menyebabkan [[Budaya pengenyahan|budaya penolakan]] dan iklim [[penyensoran diri]] karena ketakutan akan [[Malu|dipermalukan]] oleh mob ''[[virtue signalling]]'' di media sosial dengan pengguna yang sering kali awanama dan cenderung [[Deindividuasi|mendeindividuasi]] sebagai akibatnya.{{Sfn|Lukianoff & Haidt|2018|pp=71–73}} Mengutip data survei Februari 2017 oleh Pew Research Center yang menunjukkan bahwa unggahan kritis di Facebook yang mengekspresikan "pertidaksetujuan marah" lebih berpotensi mendapatkan suka, komentar, dan pembagian (di samping sebuah penemuan serupa untuk unggahan ''PNAS USA'' di Twitter pada Juli 2017),<ref>{{Cite web|date=Februari 2017|title=Partisan conflict and congressional outreach|url=https://www.pewresearch.org/politics/wp-content/uploads/sites/4/2017/02/LabsReport_FINALreport.pdf|publisher=[[Pew Research Center]]|page=[https://www.pewresearch.org/politics/wp-content/uploads/sites/4/2017/02/LabsReport_FINALreport.pdf#page=30 30]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20220101203121/https://www.pewresearch.org/politics/wp-content/uploads/sites/4/2017/02/LabsReport_FINALreport.pdf|archive-date=1 Januari 2022|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Brady|first=Williams J.|last2=Wills|first2=Julian A.|last3=Jost|first3=John T.|last4=Tucker|first4=Joshua A.|last5=Van Bavel|first5=Jay J.|date=11 Juli 2017|title=Emotion shapes the diffusion of moralized content in social networks|url=https://doi.org/10.1073%2Fpnas.1618923114|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America|volume=114|issue=28|pages=7313–7318|bibcode=2017PNAS..114.7313B|doi=10.1073/pnas.1618923114|pmc=PMC5514704|pmid=28652356|doi-access=free}}</ref> Haidt dan Tobias Rose-Stockwell mengutip frasa "'''kesombongan moral'''" dalam ''[[The Atlantic]]'' pada Desember 2019 untuk menggambarkan bagaimana memiliki audiens di forum media sosial telah mengubah sebagian besar komunikasi interpersonal menjadi penampilan publik.<ref>{{Cite web|last=Haidt|first=Jonathan|last2=Rose-Stockwell|first2=Tobias|date=Desember 2019|title=The Dark Psychology of Social Networks|url=https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2019/12/social-media-democracy/600763/|website=[[The Atlantic]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230604232729/https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2019/12/social-media-democracy/600763/|archive-date=4 Juni 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref>
 
Menyusul [[pembunuhan George Floyd]] pada Mei 2020 dan [[Unjuk rasa George Floyd|berbagai unjuk rasa yang mengatasnamakan dirinya]], jajak pendapat [[Civiqs]] dan [[YouGov]]/''[[The Economist|Economist]]'' menunjukkan bahwa sementara dukungan net untuk ''[[Black Lives Matter]]'' di antara [[orang kulit putih Amerika]] meningkat dari −4 poin menjadi +10 poin pada awal Juni 2020 (dengan 43% mendukung), poinnya menurun hingga −6 pada awal Agustus 2020,<ref>{{Cite web|last=Tesler|first=Michael|date=19 Agustus 2020|title=Support for Black Lives Matter surged during protests, but is waning among white americans|url=https://fivethirtyeight.com/features/support-for-black-lives-matter-surged-during-protests-but-is-waning-among-white-americans/|website=FiveThirtyEight|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230524063551/https://fivethirtyeight.com/features/support-for-black-lives-matter-surged-during-protests-but-is-waning-among-white-americans/|archive-date=24 Mei 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref> dan sejak April 2020, jajak pendapat Cviqs selanjutnya telah menunjukkan bahwa dukungan untuk ''Black Lives Matter'' di antara orang kulit putih Amerika kira-kira telah kembali ke tingkat dukungan sebelum pembunuhan George Floyd (37% mendukung dan 49% menentang).<ref>{{Cite web|last=Samuels|first=Alex|date=13 April 2021|title=How views on Black Lives Matter have changed—and why that makes police reform so hard|url=https://fivethirtyeight.com/features/how-views-on-black-lives-matter-have-changed-and-why-that-makes-police-reform-so-hard/|website=FiveThrityEight|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230518053754/https://fivethirtyeight.com/features/how-views-on-black-lives-matter-have-changed-and-why-that-makes-police-reform-so-hard/|archive-date=18 Mei 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref> Dalam sebuah wawancara pada Februari 2021 di acara ''[[Firing Line]]'', jurnalis [[Charles M. Blow]] mengkritik minoritas pengunjuk rasa kulit putih muda pada protes George Floyd di Amerika Serikat. Ia berpendapat bahwa mereka menggunakan unjuk rasa tersebut untuk [[Pengembangan diri|pertumbuhan pribadi]] mereka, menggantikan [[ritus peralihan]] sosial (cth [[malam perpisahan]]) dan perkumpulan sosial musim panas (cth menghadiri teater film atau konser) yang terhalangi oleh [[karantina wilayah Covid-19]] dan tindakan [[pembatasan sosial]], mencatat bahwa sementara karantina wilayah mulai dilonggarkan dan dicabut, dukungan untuk ''Black Lives Matter'' di antara orang kulit putih mulai menurun.<ref>{{Cite interview|last=Blow|first=Charles M.|interviewer=Margaret Hoover|work=Fire Lining|language=en|publisher=[[WNET]]|date=5 Februari 2021|url=https://www.pbs.org/wnet/firing-line/video/charles-blow-a2kchq/|access-date=16 Juni 2023|archive-url=https://web.archive.org/web/20230404121946/https://www.pbs.org/wnet/firing-line/video/charles-blow-a2kchq/|title=Charles M. Blow|archive-date=4 April 2023|dead-url=no}}</ref>