Haji Buyasin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 21:
Perlawanannnya yang terakhir adalah ketika ia menjelajah ke [[Tanah Dusun]] sungai Lintuni di Kal-Teng, ia bertemu Pembakal Bonang yang telah lama mencarinya. Pelurupun menembus kulit tubuhnya, darahpun tumpah di Bumi Pertiwi dan saat itulah ia menghembuskan nafas terakhirnya. Peristiwa ini terjadi pada [[26 Januari]] [[1866]]. Haji Buyasin gugur sebagai pahlawan dan sekaligus mujahid. meninggal dalam usia muda, 29 tahun. Jenazah Haji Buyasin yang pernah menguasai dan memimpin [[Benteng Tabanio]] di serahkan kepada Belanda di Banjarmasin oleh Pangeran [[Soeria Winata]] Bupati Martapura. Kemudian oleh masyarakat di makamkan di lokasi makam Mesjid Jami Lama di tepi Sungai Martapura, Pasar Lama.
 
Bidang PSK ( Bidang Permuseuman dan Kepurbakalaan : sekarang ) telah melakukan Survei di lokasi ini, tetapi tidak menemukan Makam Haji Buyasin di antara makam – makam yang ada. Mungkin hal ini di sebabkan adanya kerusakan tanah akibat erosi Sungai Martapura. Lokasi makam – makam di tempat ini mengalami perubahan yaitu menyempit banyak makam – makam yang runtuh dan hilang yang semula berada di tanah sekarang lenyap ke tengah sungai martapura. Mesjid[[Masjid Jami Banjarmasin]] sendiri telah lama di pindahkan lebih ke tengah yang sekarang ini berada di pinggir jalan Mesjid. Kelurahan Mesjid Jami / Surgi Mufti Kecamatan Banjar Utara Banjarmasin ( Dahulu lebih di kenal dengan Kampung Masigit ).
 
Sumber: https://tanahlautonline.blogspot.com