Pangeran Walangsungsang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 66:
pada tahun 1482, [[Syarif Hidayatullah]] [[Proklamasi|memproklamasikan]] [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]] sebagai kerajaan yang merdeka dari [[Kerajaan Galuh|Galuh]] maupun [[Kerajaan Sunda|Sunda]]. Beban upeti ditambah usaha untuk memperluas pengaruh [[Islam]] tampaknya menjadi penyebabnya. Sebagai raja merdeka, [[Syarif Hidayatullah]] mengangkat dirinya dengan gelar baru, Susuhunan Jati Purbawisesa alias [[Sunan Gunung Jati]]. Ia juga mengganti nama istana kediamannya, Jalagrahan, menjadi Keraton Pakungwati, yang tetap berlokasi di daerah Kebon Pesisir atau [[Kota Cirebon]]. Ia tampaknya juga merombak pembagian wilayah kekuasaannya, dengan meleburkan nagari-nagari Surantaka, Singapura, dan Wanagiri menjadi dua [[kadipaten]] baru, [[Cirebon Girang, Talun, Cirebon|Cirebon Girang]] dan Cirebon Larang, serta membentuk nagari baru, Losari yang dipecah dari Japura. Deklarasi kemerdekaan Cirebon disambut dengan keras oleh [[Sri Baduga Maharaja]], yang segera mengirim pasukan pimpinan Tumenggung Jagabaya untuk “menertibkannya kembali”. Namun, [[pasukan]] [[Kerajaan Sunda|Sunda]] dihadang oleh seluruh [[penduduk]] [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]] yang jumlahnya melebihi mereka. Jagabaya pun menyerah kalah, dan bersama seluruh prajuritnya akhirnya memutuskan untuk mengabdi kepada [[Sunan Gunung Jati]] dan masuk [[Islam]].
 
=== Renovasi Keraton PangkuwatiPakungwati ===
Tahun 1483, [[Sunan Gunung Jati]] melakukan renovasi [[Keraton Kasepuhan|Keraton Pakungwati]]. Ia memperluas [[kompleks]] [[istana]] itu dan menambahkan [[bangunan]]-[[bangunan]] [[pelengkap]]. Ia juga membangun [[tembok pertahanan]] setinggi 2 [[meter]] yang mengelilingi [[Ibu kota|ibukota]] [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], yang dilengkapi dengan pintu [[gerbang]] bernama Lawang Gada. Pembangunan [[infrastruktur]] lain juga dilakukan, seperti pembangunan pangkalan [[perahu]] di tepi Sungai Kriyan, istal (''stable'') [[kuda]] kerajaan, dan pos-pos penjagaan. [[Pelabuhan]] Muara Jati juga diperbaiki dan disempurnakan, dengan bantuan [[Tionghoa|masyarakat Cina]] yang tinggal di daerah itu.{{Sfn|Erwantoro|2012|p=174}} Di bidang [[keamanan]], [[Sunan Gunung Jati]] juga membentuk Pasukan Jagabaya, yang difungsikan sebagai penjaga dan pemelihara [[keamanan]] di [[masyarakat]], selayaknya [[polisi]] saat ini.{{Sfn|Erwantoro|2012|p=175}}