Monumen Nasional: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: gambar rusak VisualEditor
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: gambar rusak VisualEditor
Baris 58:
Ide awal pendirian Monumen adalah seorang warga negara RI biasa, seorang swasta, warga kota sederhana dari Jakarta bernama Sarwoko Martokoesoemo,” kata Sudiro.
Setelah pusat pemerintahan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] kembali ke [[Jakarta]] yang sebelumnya berkedudukan di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] pada tahun 1950, menyusul pengakuan kedaulatan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] oleh pemerintahan kolonial [[Kekaisaran Belanda]] pada tahun 1949, perencanaan pembangunan sebuah Monumen Nasional yang setara dengan [[Menara Eiffel]] di lapangan tepat di depan [[Istana Merdeka]]. Pembangunan Tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan [[bangsa Indonesia]] pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat [[patriotisme]] generasi penerus bangsa.
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Reclamepaviljoen_van_Volkswagen_op_de_jaarbeurs_bij_het_Nationaal_Monument_(Monas)_op_het_Merdeka-plein_TMnr_20018020.jpg|220x124px|thumb|Monas Tahun 1960an1969 Di [[Tropenmuseum]] Di [[Amsterdam]], [[Belanda]]]]
 
Pada tanggal [[17 Agustus]] [[1954]], sebuah komite nasional dibentuk dan [[sayembara]] [[perancangan]] Monumen Nasional digelar pada tahun [[1955]]. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh [[Friedrich Silaban]] yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun [[1960]] tetapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta [[Silaban]] untuk menunjukkan rancangannya kepada [[Soekarno]]. Akan tetapi Soekarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk [[lingga (arca)|lingga]] dan [[yoni]]. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak untuk merancang bangunan yang lebih kecil dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Soekarno kemudian meminta arsitek [[Soedarsono (seniman)|Soedarsono]] untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45 melambangkan [[17 Agustus]] [[1945]] memulai [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] ke dalam rancangan monumen itu.<ref name="HEUKEN25"/><ref name="NATMONOFF39">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 3-9</ref><ref name="DIMNOTE">Tinggi cawan dari halaman adalah 17 meter, lebar dasar monumen adalah 8 meter, serta lebar halaman cawan adalah 45 meter</ref>