Pengguna:Mdnghtrn/Barbie (film): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Pembatalan |
Tag: Pembatalan |
||
Baris 115:
Pada Juli 2018, sebuah metaanalisis yang diterbitkan dalam ''Psychology of Popular Media'' menemukan bahwa [[Gangguan kepribadian narsistik|narsisisme muluk]] secara positif berhubungan dengan waktu yang dihabiskan di media sosial, frekuensi [[Mikroblog|pembaruan status]], jumlah teman atau pengikut, dan frekuensi mengunggah [[Swafoto|gambar diri digital]],<ref>{{Cite journal|last=McCain|first=Jessica L.|last2=Campbell|first2=W. Keith|date=2018|title=Narcissism and social media use: A meta-analytic review|url=https://www.researchgate.net/publication/305766785_Narcissism_and_Social_Media_Use_A_Meta-Analytic_Review|journal=Psychology of Popular Media|language=en|volume=7|issue=3|pages=308–327|doi=10.1037/ppm0000137|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:152057114 152057114]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405163537/https://www.researchgate.net/publication/305766785_Narcissism_and_Social_Media_Use_A_Meta-Analytic_Review|archive-date=5 April 2023|access-date=15 Juni 2023}}</ref> sementara sebuah metaanalisis dalam ''[[Journal of Personality]]'' pada April 2018 menemukan bahwa korelasi positif antara narsisisme muluk dan penggunaan [[layanan jejaring sosial]] ini sama untuk sejumlah platform (termasuk Facebook dan Twitter).<ref>{{Cite journal|last=Gnambs|first=Timo|last2=Appel|first2=Markus|date=April 2018|title=Narcissism and social networking behavior: A meta-analysis|url=https://doi.org/10.1111/jopy.12305|journal=Journal of Personality|language=en|volume=86|issue=2|pages=200–212|doi=10.1111/jopy.12305|pmid=28170106}}</ref> Pada Maret 2020, ''Journal of Adult Development'' menerbitkan sebuah [[analisis diskontinuitas regresi]] dari 254 pengguna Facebook [[Milenial]] untuk menyelidiki perbedaan dalam narsisisme dan penggunaan Facebook antara [[Kohort (statistika)|kohort]] usia kelahiran 1977 hingga 1990 dan dari 1991 hingga 2000 dan menemukan bahwa Milenial yang dilahirkan lebih akhir mencetak skor yang secara signifikan lebih tinggi dalam kedua hal.<ref>{{Cite journal|last=Brailovska|first=Julia|last2=Bierhoff|first2=Hans-Werner|date=2020|title=The narcissistic Millenial generation: A study of personality traits and online behavior on Facebook|journal=Journal of Adult Development|language=en|volume=27|pages=23–35|doi=10.1007/s10804-018-9321-1|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:149564334 149564334]}}</ref> Pada Juni 2020, ''Addictive Behaviors Reports'' menerbitkan sebuah tinjauan sistematis yang menemukan sebuah korelasi konsisten, positif, dan signifikan antara narsisisme muluk dan penggunaan media sosial berlebihan.<ref>{{Cite journal|last=Casale|first=Silvia|last2=Banchi|first2=Vanessa|date=Juni 2020|title=Narcissism and problematic social media use: A systematic literature review|url=https://doi.org/10.1016/j.abrep.2020.100252|journal=Addictive Behaviors Reports|volume=11|page=100252|doi=10.1016/j.abrep.2020.100252|pmc=PMC7244927|pmid=32467841|doi-access=free}}</ref> Pada tahun 2018, ahli psikologi sosial Jonathan Haidt dan presiden [[Foundation for Individual Rights and Expression|FIRE]], [[Greg Lukianoff]], mencatat dalam ''[[The Coddling of the American Mind]]'' bahwa mantan presiden Facebook, [[Sean Parker]], menyatakan pada sebuah wawancara tahun 2017 bahwa [[tombol suka Facebook]] didesain secara sadar sehingga pengguna prima yang menerima suka merasakan suatu sensasi [[dopamin]] sebagai bagian dari sebuah "[[Aliran kendali|perulangan]] [[umpan balik]] [[Pengaruh sosial normatif|validasi sosial]]".{{Sfn|Lukianoff & Haidt|2018|p=147}}
"''Belas kasihan mencolok''" adalah praktik mendonasikan sejumlah besar uang secara publik kepada yayasan amal untuk meningkatkan [[Reputasi|prestise sosial]] sang donor, dan terkadang digambarkan sebagai sejenis [[konsumsi mencolok]].<ref>{{Cite book|last=West|first=Patrick|date=2004|title=Conspicuous compassion: Why sometimes it really is cruel to be kind|publisher=Civitas, Institut Studi Masyarakat Sipil|isbn=978-1903386347|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|last=Payton|first=Robert L.|last2=Moody|first2=Michael P.|date=2008|url=https://archive.org/details/understandingphi0000payt/|title=Understanding philanthrophy: Its meaning and mission|publisher=Indiana University Press|isbn=978-0-253-35049-7|page=[https://archive.org/details/understandingphi0000payt/page/140/ 140]|language=en|jstor=j.ctt16gzg8s}}</ref> Jonathan Haidt dan Greg Lukianoff berpendapat bahwa pelatihan [[mikroagresi]] di [[Pendidikan tinggi di Amerika Serikat|kampus kolese di Amerika Serikat]] telah menyebabkan [[Budaya pengenyahan|budaya penolakan]] dan iklim [[penyensoran diri]] karena ketakutan akan [[Malu|dipermalukan]] oleh mob ''[[virtue signalling]]'' di media sosial dengan pengguna yang sering kali awanama dan cenderung [[Deindividuasi|mendeindividuasi]] sebagai akibatnya.{{Sfn|Lukianoff & Haidt|2018|pp=71–73}} Mengutip data survei Februari 2017 oleh Pew Research Center yang menunjukkan bahwa unggahan kritis di Facebook yang mengekspresikan "pertidaksetujuan marah" lebih berpotensi mendapatkan suka, komentar, dan pembagian (di samping sebuah penemuan serupa untuk unggahan ''PNAS USA'' di Twitter pada Juli 2017),<ref>{{Cite web|date=Februari 2017|title=Partisan conflict and congressional outreach|url=https://www.pewresearch.org/politics/wp-content/uploads/sites/4/2017/02/LabsReport_FINALreport.pdf|publisher=[[Pew Research Center]]|page=[https://www.pewresearch.org/politics/wp-content/uploads/sites/4/2017/02/LabsReport_FINALreport.pdf#page=30 30]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20220101203121/https://www.pewresearch.org/politics/wp-content/uploads/sites/4/2017/02/LabsReport_FINALreport.pdf|archive-date=1 Januari 2022|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Brady|first=Williams J.|last2=Wills|first2=Julian A.|last3=Jost|first3=John T.|last4=Tucker|first4=Joshua A.|last5=Van Bavel|first5=Jay J.|date=11 Juli 2017|title=Emotion shapes the diffusion of moralized content in social networks|url=https://doi.org/10.1073%2Fpnas.1618923114|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America|volume=114|issue=28|pages=7313–7318|bibcode=2017PNAS..114.7313B|doi=10.1073/pnas.1618923114|pmc=PMC5514704|pmid=28652356|doi-access=free}}</ref> Haidt dan Tobias Rose-Stockwell mengutip frasa "''kesombongan moral''" dalam ''[[The Atlantic]]'' pada Desember 2019 untuk menggambarkan bagaimana memiliki audiens di forum media sosial telah mengubah sebagian besar komunikasi interpersonal menjadi penampilan publik.<ref>{{Cite web|last=Haidt|first=Jonathan|last2=Rose-Stockwell|first2=Tobias|date=Desember 2019|title=The Dark Psychology of Social Networks|url=https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2019/12/social-media-democracy/600763/|website=[[The Atlantic]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230604232729/https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2019/12/social-media-democracy/600763/|archive-date=4 Juni 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023
Menyusul [[pembunuhan George Floyd]] pada Mei 2020 dan [[Unjuk rasa George Floyd|berbagai unjuk rasa yang mengatasnamakan dirinya]], jajak pendapat [[Civiqs]] dan [[YouGov]]/''[[The Economist|Economist]]'' menunjukkan bahwa sementara dukungan net untuk ''[[Black Lives Matter]]'' di antara [[orang kulit putih Amerika]] meningkat dari −4 poin menjadi +10 poin pada awal Juni 2020 (dengan 43% mendukung), poinnya menurun hingga −6 pada awal Agustus 2020,<ref>{{Cite web|last=Tesler|first=Michael|date=19 Agustus 2020|title=Support for Black Lives Matter surged during protests, but is waning among white americans|url=https://fivethirtyeight.com/features/support-for-black-lives-matter-surged-during-protests-but-is-waning-among-white-americans/|website=FiveThirtyEight|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230524063551/https://fivethirtyeight.com/features/support-for-black-lives-matter-surged-during-protests-but-is-waning-among-white-americans/|archive-date=24 Mei 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref> dan sejak April 2020, jajak pendapat Cviqs selanjutnya telah menunjukkan bahwa dukungan untuk ''Black Lives Matter'' di antara orang kulit putih Amerika kira-kira telah kembali ke tingkat dukungan sebelum pembunuhan George Floyd (37% mendukung dan 49% menentang).<ref>{{Cite web|last=Samuels|first=Alex|date=13 April 2021|title=How views on Black Lives Matter have changed—and why that makes police reform so hard|url=https://fivethirtyeight.com/features/how-views-on-black-lives-matter-have-changed-and-why-that-makes-police-reform-so-hard/|website=FiveThrityEight|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230518053754/https://fivethirtyeight.com/features/how-views-on-black-lives-matter-have-changed-and-why-that-makes-police-reform-so-hard/|archive-date=18 Mei 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref> Dalam sebuah wawancara pada Februari 2021 di acara ''[[Firing Line]]'', jurnalis [[Charles M. Blow]] mengkritik minoritas pengunjuk rasa kulit putih muda pada protes George Floyd di Amerika Serikat. Ia berpendapat bahwa mereka menggunakan unjuk rasa tersebut untuk [[Pengembangan diri|pertumbuhan pribadi]] mereka, menggantikan [[ritus peralihan]] sosial (cth [[malam perpisahan]]) dan perkumpulan sosial musim panas (cth menghadiri teater film atau konser) yang terhalangi oleh [[karantina wilayah Covid-19]] dan tindakan [[pembatasan sosial]], mencatat bahwa sementara karantina wilayah mulai dilonggarkan dan dicabut, dukungan untuk ''Black Lives Matter'' di antara orang kulit putih mulai menurun.<ref>{{Cite interview|last=Blow|first=Charles M.|interviewer=Margaret Hoover|work=Fire Lining|language=en|publisher=[[WNET]]|date=5 Februari 2021|url=https://www.pbs.org/wnet/firing-line/video/charles-blow-a2kchq/|access-date=16 Juni 2023|archive-url=https://web.archive.org/web/20230404121946/https://www.pbs.org/wnet/firing-line/video/charles-blow-a2kchq/|title=Charles M. Blow|archive-date=4 April 2023|dead-url=no}}</ref>
Baris 185:
=== Sosiologi digital ===
[[Sosiologi internet|
Sebuah kajian sosiologi potong-lintang tahun 2013 di Turki menunjukkan perbedaan pola penggunaan internet yang berkaitan dengan tingkat keagamaan pada 2.698 subjek. Dengan keagamaan yang meningkat, sikap negatif terhadap penggunaan internet juga meninggi. Individu yang amat religius menunjukkan motivasi berbeda untuk penggunaan internet, utamanya untuk mencari informasi.<ref>{{Cite journal|last=Sanaktekin|first=Ozlem Hesapci|date=2013|title=The effects of religiosity on Internet consumption: A study on a Muslim country|journal=Information, Communication & Society|language=en|volume=16|issue=10|pages=1553–1573|doi=10.1080/1369118X.2012.722663}}</ref> Kajian dari 1.296 pelajar remaja Malaysia menemukan hubungan terbalik antara keagamaan dan kecenderungan kecanduan internet pada perempuan, tetapi tidak pada laki-laki.<ref>{{Cite journal|last=Charlton|first=John P.|last2=Soh|first2=Patrick C-H|last3=Ang|first3=Peng Hwa|last4=Chew|first4=Kok-Wai|date=2013|title=Religiosity, adolescent Internet usage motives and addiction: An exploratory study|journal=Information, Communication & Society|language=en|volume=16|issue=10|pages=1619–1638|doi=10.1080/1369118X.2012.735251}}</ref>
Baris 200:
Sebuah kajian mengindikasikan bahwa pada [[Perkembangan anak|anak-anak]] berusia 9–10 tahun, selama dua tahun, waktu [[Permainan video|permainan digital]] atau menonton video digital dapat dikorelasikan secara positif dengan [[Pengembangan kognitif|ukuran inteligensi]], meskipun korelasi dengan waktu layar keseluruhan (termasuk media sosial, bersosialisasi, dan televisi) tidak diselidiki dan "waktu layar permainan" tidak terdiferensiasi di antara kategori permainan video (cth pembagian platform dan [[Daftar genre permainan video|genre]] permainan), dan video digital tidak terdiferensiasi di antara kategori video.<ref>{{Cite web|date=13 Mei 2022|title=Video games can boost children's intelligence: Study|url=https://medicalxpress.com/news/2022-05-video-games-boost-children-intelligence.html|website=Medical Xpress|publisher=[[Institut Karolinska]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20221107163121/https://medicalxpress.com/news/2022-05-video-games-boost-children-intelligence.html|archive-date=7 November 2022|dead-url=no|access-date=17 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Sauce|first=Bruno|last2=Liebherr|first2=Magnus|last3=Judd|first3=Nicholas|last4=Klingberg|first4=Torkel|date=2022|title=The impact of digital media on children's intelligence while controlling for genetic differences in cognition and socioeconomic background|url=https://doi.org/10.1038%2Fs41598-022-11341-2|journal=[[Scientific Reports]]|language=en|volume=12|page=7720|doi=10.1038/s41598-022-11341-2|id=[[PubMed Central|PMC]] <span class="plainlinks">[https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9095723 9095723 {{Free access}}]</span>. [[PMID]] [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/35545630 35545630]|doi-access=free}}</ref>
== Referensi ==
|