Pengguna:Mdnghtrn/Barbie (film): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mdnghtrn (bicara | kontrib)
Dikembalikan ke revisi 23702454 oleh Mdnghtrn (bicara) (TW)
Tag: Pembatalan
Mdnghtrn (bicara | kontrib)
Dikembalikan ke revisi 23701835 oleh Mdnghtrn (bicara) (TW)
Tag: Pembatalan
Baris 115:
Pada Juli 2018, sebuah metaanalisis yang diterbitkan dalam ''Psychology of Popular Media'' menemukan bahwa [[Gangguan kepribadian narsistik|narsisisme muluk]] secara positif berhubungan dengan waktu yang dihabiskan di media sosial, frekuensi [[Mikroblog|pembaruan status]], jumlah teman atau pengikut, dan frekuensi mengunggah [[Swafoto|gambar diri digital]],<ref>{{Cite journal|last=McCain|first=Jessica L.|last2=Campbell|first2=W. Keith|date=2018|title=Narcissism and social media use: A meta-analytic review|url=https://www.researchgate.net/publication/305766785_Narcissism_and_Social_Media_Use_A_Meta-Analytic_Review|journal=Psychology of Popular Media|language=en|volume=7|issue=3|pages=308–327|doi=10.1037/ppm0000137|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:152057114 152057114]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405163537/https://www.researchgate.net/publication/305766785_Narcissism_and_Social_Media_Use_A_Meta-Analytic_Review|archive-date=5 April 2023|access-date=15 Juni 2023}}</ref> sementara sebuah metaanalisis dalam ''[[Journal of Personality]]'' pada April 2018 menemukan bahwa korelasi positif antara narsisisme muluk dan penggunaan [[layanan jejaring sosial]] ini sama untuk sejumlah platform (termasuk Facebook dan Twitter).<ref>{{Cite journal|last=Gnambs|first=Timo|last2=Appel|first2=Markus|date=April 2018|title=Narcissism and social networking behavior: A meta-analysis|url=https://doi.org/10.1111/jopy.12305|journal=Journal of Personality|language=en|volume=86|issue=2|pages=200–212|doi=10.1111/jopy.12305|pmid=28170106}}</ref> Pada Maret 2020, ''Journal of Adult Development'' menerbitkan sebuah [[analisis diskontinuitas regresi]] dari 254 pengguna Facebook [[Milenial]] untuk menyelidiki perbedaan dalam narsisisme dan penggunaan Facebook antara [[Kohort (statistika)|kohort]] usia kelahiran 1977 hingga 1990 dan dari 1991 hingga 2000 dan menemukan bahwa Milenial yang dilahirkan lebih akhir mencetak skor yang secara signifikan lebih tinggi dalam kedua hal.<ref>{{Cite journal|last=Brailovska|first=Julia|last2=Bierhoff|first2=Hans-Werner|date=2020|title=The narcissistic Millenial generation: A study of personality traits and online behavior on Facebook|journal=Journal of Adult Development|language=en|volume=27|pages=23–35|doi=10.1007/s10804-018-9321-1|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:149564334 149564334]}}</ref> Pada Juni 2020, ''Addictive Behaviors Reports'' menerbitkan sebuah tinjauan sistematis yang menemukan sebuah korelasi konsisten, positif, dan signifikan antara narsisisme muluk dan penggunaan media sosial berlebihan.<ref>{{Cite journal|last=Casale|first=Silvia|last2=Banchi|first2=Vanessa|date=Juni 2020|title=Narcissism and problematic social media use: A systematic literature review|url=https://doi.org/10.1016/j.abrep.2020.100252|journal=Addictive Behaviors Reports|volume=11|page=100252|doi=10.1016/j.abrep.2020.100252|pmc=PMC7244927|pmid=32467841|doi-access=free}}</ref> Pada tahun 2018, ahli psikologi sosial Jonathan Haidt dan presiden [[Foundation for Individual Rights and Expression|FIRE]], [[Greg Lukianoff]], mencatat dalam ''[[The Coddling of the American Mind]]'' bahwa mantan presiden Facebook, [[Sean Parker]], menyatakan pada sebuah wawancara tahun 2017 bahwa [[tombol suka Facebook]] didesain secara sadar sehingga pengguna prima yang menerima suka merasakan suatu sensasi [[dopamin]] sebagai bagian dari sebuah "[[Aliran kendali|perulangan]] [[umpan balik]] [[Pengaruh sosial normatif|validasi sosial]]".{{Sfn|Lukianoff & Haidt|2018|p=147}}
 
"''Belas kasihan mencolok''" adalah praktik mendonasikan sejumlah besar uang secara publik kepada yayasan amal untuk meningkatkan [[Reputasi|prestise sosial]] sang donor, dan terkadang digambarkan sebagai sejenis [[konsumsi mencolok]].<ref>{{Cite book|last=West|first=Patrick|date=2004|title=Conspicuous compassion: Why sometimes it really is cruel to be kind|publisher=Civitas, Institut Studi Masyarakat Sipil|isbn=978-1903386347|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|last=Payton|first=Robert L.|last2=Moody|first2=Michael P.|date=2008|url=https://archive.org/details/understandingphi0000payt/|title=Understanding philanthrophy: Its meaning and mission|publisher=Indiana University Press|isbn=978-0-253-35049-7|page=[https://archive.org/details/understandingphi0000payt/page/140/ 140]|language=en|jstor=j.ctt16gzg8s}}</ref> Jonathan Haidt dan Greg Lukianoff berpendapat bahwa pelatihan [[mikroagresi]] di [[Pendidikan tinggi di Amerika Serikat|kampus kolese di Amerika Serikat]] telah menyebabkan [[Budaya pengenyahan|budaya penolakan]] dan iklim [[penyensoran diri]] karena ketakutan akan [[Malu|dipermalukan]] oleh mob ''[[virtue signalling]]'' di media sosial dengan pengguna yang sering kali awanama dan cenderung [[Deindividuasi|mendeindividuasi]] sebagai akibatnya.{{Sfn|Lukianoff & Haidt|2018|pp=71–73}} Mengutip data survei Februari 2017 oleh Pew Research Center yang menunjukkan bahwa unggahan kritis di Facebook yang mengekspresikan "pertidaksetujuan marah" lebih berpotensi mendapatkan suka, komentar, dan pembagian (di samping sebuah penemuan serupa untuk unggahan ''PNAS USA'' di Twitter pada Juli 2017),<ref>{{Cite web|date=Februari 2017|title=Partisan conflict and congressional outreach|url=https://www.pewresearch.org/politics/wp-content/uploads/sites/4/2017/02/LabsReport_FINALreport.pdf|publisher=[[Pew Research Center]]|page=[https://www.pewresearch.org/politics/wp-content/uploads/sites/4/2017/02/LabsReport_FINALreport.pdf#page=30 30]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20220101203121/https://www.pewresearch.org/politics/wp-content/uploads/sites/4/2017/02/LabsReport_FINALreport.pdf|archive-date=1 Januari 2022|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Brady|first=Williams J.|last2=Wills|first2=Julian A.|last3=Jost|first3=John T.|last4=Tucker|first4=Joshua A.|last5=Van Bavel|first5=Jay J.|date=11 Juli 2017|title=Emotion shapes the diffusion of moralized content in social networks|url=https://doi.org/10.1073%2Fpnas.1618923114|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America|volume=114|issue=28|pages=7313–7318|bibcode=2017PNAS..114.7313B|doi=10.1073/pnas.1618923114|pmc=PMC5514704|pmid=28652356|doi-access=free}}</ref> Haidt dan Tobias Rose-Stockwell mengutip frasa "''kesombongan moral''" dalam ''[[The Atlantic]]'' pada Desember 2019 untuk menggambarkan bagaimana memiliki audiens di forum media sosial telah mengubah sebagian besar komunikasi interpersonal menjadi penampilan publik.<ref>{{Cite web|last=Haidt|first=Jonathan|last2=Rose-Stockwell|first2=Tobias|date=Desember 2019|title=The Dark Psychology of Social Networks|url=https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2019/12/social-media-democracy/600763/|website=[[The Atlantic]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230604232729/https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2019/12/social-media-democracy/600763/|archive-date=4 Juni 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023|url-access=limited}}</ref>
 
Menyusul [[pembunuhan George Floyd]] pada Mei 2020 dan [[Unjuk rasa George Floyd|berbagai unjuk rasa yang mengatasnamakan dirinya]], jajak pendapat [[Civiqs]] dan [[YouGov]]/''[[The Economist|Economist]]'' menunjukkan bahwa sementara dukungan net untuk ''[[Black Lives Matter]]'' di antara [[orang kulit putih Amerika]] meningkat dari −4 poin menjadi +10 poin pada awal Juni 2020 (dengan 43% mendukung), poinnya menurun hingga −6 pada awal Agustus 2020,<ref>{{Cite web|last=Tesler|first=Michael|date=19 Agustus 2020|title=Support for Black Lives Matter surged during protests, but is waning among white americans|url=https://fivethirtyeight.com/features/support-for-black-lives-matter-surged-during-protests-but-is-waning-among-white-americans/|website=FiveThirtyEight|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230524063551/https://fivethirtyeight.com/features/support-for-black-lives-matter-surged-during-protests-but-is-waning-among-white-americans/|archive-date=24 Mei 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref> dan sejak April 2020, jajak pendapat Cviqs selanjutnya telah menunjukkan bahwa dukungan untuk ''Black Lives Matter'' di antara orang kulit putih Amerika kira-kira telah kembali ke tingkat dukungan sebelum pembunuhan George Floyd (37% mendukung dan 49% menentang).<ref>{{Cite web|last=Samuels|first=Alex|date=13 April 2021|title=How views on Black Lives Matter have changed—and why that makes police reform so hard|url=https://fivethirtyeight.com/features/how-views-on-black-lives-matter-have-changed-and-why-that-makes-police-reform-so-hard/|website=FiveThrityEight|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230518053754/https://fivethirtyeight.com/features/how-views-on-black-lives-matter-have-changed-and-why-that-makes-police-reform-so-hard/|archive-date=18 Mei 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref> Dalam sebuah wawancara pada Februari 2021 di acara ''[[Firing Line]]'', jurnalis [[Charles M. Blow]] mengkritik minoritas pengunjuk rasa kulit putih muda pada protes George Floyd di Amerika Serikat. Ia berpendapat bahwa mereka menggunakan unjuk rasa tersebut untuk [[Pengembangan diri|pertumbuhan pribadi]] mereka, menggantikan [[ritus peralihan]] sosial (cth [[malam perpisahan]]) dan perkumpulan sosial musim panas (cth menghadiri teater film atau konser) yang terhalangi oleh [[karantina wilayah Covid-19]] dan tindakan [[pembatasan sosial]], mencatat bahwa sementara karantina wilayah mulai dilonggarkan dan dicabut, dukungan untuk ''Black Lives Matter'' di antara orang kulit putih mulai menurun.<ref>{{Cite interview|last=Blow|first=Charles M.|interviewer=Margaret Hoover|work=Fire Lining|language=en|publisher=[[WNET]]|date=5 Februari 2021|url=https://www.pbs.org/wnet/firing-line/video/charles-blow-a2kchq/|access-date=16 Juni 2023|archive-url=https://web.archive.org/web/20230404121946/https://www.pbs.org/wnet/firing-line/video/charles-blow-a2kchq/|title=Charles M. Blow|archive-date=4 April 2023|dead-url=no}}</ref>
Baris 185:
 
=== Sosiologi digital ===
[[Sosiologi internet|Sosiologisosiologi digital]] menjelajahi cara orang menggunakan media digital dengan beberapa metodologi penelitian, termasuk survei, wawancara, kelompok fokus, dan penilitian etnografis. Bidang ini berpotongan dengan antropologi digital, dan mengkaji [[geografi budaya]]. Ia juga menyelidiki kekhawatiran lama, dan konteks seputar penggunaan teknologi serupa yang berlebihan pada para pemuda, "akses mereka menuju [[Pornografi internet|pornografi daring]], perundungan di dunia maya atau predasi seksual daring".<ref>{{Cite book|last=Lupton|first=Deborah|date=2012|url=https://ses.library.usyd.edu.au/bitstream/handle/2123/8621/Digital%20Sociology.pdf|title=Digital sociology: An introduction|language=en|publisher=Departemen Sosiologi dan Kebijakan Sosial, [[Universitas Sydney]]|pages=8–9}}</ref>
 
Sebuah kajian sosiologi potong-lintang tahun 2013 di Turki menunjukkan perbedaan pola penggunaan internet yang berkaitan dengan tingkat keagamaan pada 2.698 subjek. Dengan keagamaan yang meningkat, sikap negatif terhadap penggunaan internet juga meninggi. Individu yang amat religius menunjukkan motivasi berbeda untuk penggunaan internet, utamanya untuk mencari informasi.<ref>{{Cite journal|last=Sanaktekin|first=Ozlem Hesapci|date=2013|title=The effects of religiosity on Internet consumption: A study on a Muslim country|journal=Information, Communication & Society|language=en|volume=16|issue=10|pages=1553–1573|doi=10.1080/1369118X.2012.722663}}</ref> Kajian dari 1.296 pelajar remaja Malaysia menemukan hubungan terbalik antara keagamaan dan kecenderungan kecanduan internet pada perempuan, tetapi tidak pada laki-laki.<ref>{{Cite journal|last=Charlton|first=John P.|last2=Soh|first2=Patrick C-H|last3=Ang|first3=Peng Hwa|last4=Chew|first4=Kok-Wai|date=2013|title=Religiosity, adolescent Internet usage motives and addiction: An exploratory study|journal=Information, Communication & Society|language=en|volume=16|issue=10|pages=1619–1638|doi=10.1080/1369118X.2012.735251}}</ref>
Baris 200:
 
Sebuah kajian mengindikasikan bahwa pada [[Perkembangan anak|anak-anak]] berusia 9–10 tahun, selama dua tahun, waktu [[Permainan video|permainan digital]] atau menonton video digital dapat dikorelasikan secara positif dengan [[Pengembangan kognitif|ukuran inteligensi]], meskipun korelasi dengan waktu layar keseluruhan (termasuk media sosial, bersosialisasi, dan televisi) tidak diselidiki dan "waktu layar permainan" tidak terdiferensiasi di antara kategori permainan video (cth pembagian platform dan [[Daftar genre permainan video|genre]] permainan), dan video digital tidak terdiferensiasi di antara kategori video.<ref>{{Cite web|date=13 Mei 2022|title=Video games can boost children's intelligence: Study|url=https://medicalxpress.com/news/2022-05-video-games-boost-children-intelligence.html|website=Medical Xpress|publisher=[[Institut Karolinska]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20221107163121/https://medicalxpress.com/news/2022-05-video-games-boost-children-intelligence.html|archive-date=7 November 2022|dead-url=no|access-date=17 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Sauce|first=Bruno|last2=Liebherr|first2=Magnus|last3=Judd|first3=Nicholas|last4=Klingberg|first4=Torkel|date=2022|title=The impact of digital media on children's intelligence while controlling for genetic differences in cognition and socioeconomic background|url=https://doi.org/10.1038%2Fs41598-022-11341-2|journal=[[Scientific Reports]]|language=en|volume=12|page=7720|doi=10.1038/s41598-022-11341-2|id=[[PubMed Central|PMC]] <span class="plainlinks">[https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9095723 9095723 {{Free access}}]</span>. [[PMID]] [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/35545630 35545630]|doi-access=free}}</ref>
 
== Dampak terhadap kehidupan sosial ==
Kesepian dan depresi pada [[Kesehatan remaja|remaja]] di sekolah kontemporer seluruh dunia meningkat secara substansial setelah tahun 2012, dan sebuah kajian menemukan bahwa ini berhubungan dengan akses ponsel cerdas dan penggunaan internet.<ref>{{Cite news|last=Bahrampour|first=Tara|date=20 Juli 2021|title=Teens around the world are lonelier than a decade ago. The reason may be smartphones|url=https://www.washingtonpost.com/local/social-issues/teens-loneliness-smart-phones/2021/07/20/cde8c866-e84e-11eb-8950-d73b3e93ff7f_story.html|dead-url=no|newspaper=[[The Washington Post]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230526110901/https://www.washingtonpost.com/local/social-issues/teens-loneliness-smart-phones/2021/07/20/cde8c866-e84e-11eb-8950-d73b3e93ff7f_story.html|archive-date=26 Mei 2023|access-date=17 Juni 2023|url-access=limited}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Twenge|first=Jean M.|last2=Haidt|first2=Jonathan|last3=Blake|first3=Andrew B.|last4=McAlliester|first4=Cooper|last5=Lemon|first5=Hannah|last6=Le Roy|first6=Astrid|date=Desember 2021|title=Worldwide increases in adolescent loneliness|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140197121000853|journal=Journal of Adolescence|language=en|volume=93|pages=257–269|doi=10.1016/j.adolescence.2021.06.006|id=[[PMID]] [https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34294429 34294429]}}</ref>
 
Pada 6 Januari 2023, distrik Seattle Public Schools mengajukan sebuah gugatan hukum terhadap platform media sosial besar seperti Facebook, Instagram, Snapchat, TikTok, dan YouTube. Dokumen gugatannya, sepanjang 91 halaman, mengklaim bahwa kesehatan jiwa pelajar mereka telah memburuk dan perasaan-perasaan ini telah meningkat sebesar 30% dari 2009 hinggga 2019. Ini menyebabkan distrik tersebut mempekerjakan lebih banyak tenaga kesehatan jiwa dan menerapkan rancangan pemebelajaran tambahan serta pelatihan kepada guru. Seksi 230 dari Communcication Decency Act telah melindungi platform serupa dari pertanggungjawaban atas isu seputar apa yang diunggah oleh para pengguna, tetapi terdapat dorongan dalam kasus ini untuk menuntut pertanggungjawaban dari para platform atas perilaku mereka perihal algoritma.<ref>{{Cite news|last=Johnson|first=Gene|date=8 Januari 2023|title=Seattle schools sue tech giants over social media harm|url=https://apnews.com/article/social-media-seattle-lawsuits-mental-health-965a8f373e3bfed8157571912cc3b542|dead-url=no|language=en|agency=[[Associated Press]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230610233233/https://apnews.com/article/social-media-seattle-lawsuits-mental-health-965a8f373e3bfed8157571912cc3b542|archive-date=10 Juni 2023|access-date=18 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite web|last=Chrostowski|first=Golriz|date=31 Januari 2023|title=Analysis: Schools repurpose Juul claims against Meta, TikTok|url=https://news.bloomberglaw.com/bloomberg-law-analysis/analysis-schools-repurpose-juul-claims-against-meta-tiktok|website=Bloomberg Law|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230331123539/https://news.bloomberglaw.com/bloomberg-law-analysis/analysis-schools-repurpose-juul-claims-against-meta-tiktok|archive-date=31 Maret 2023|dead-url=no|access-date=18 Juni 2023}}</ref>
 
== Pelayanan kesehatan jiwa digital ==
Teknologi digital juga telah menyediakan peluang bagi [[Penggunaan teknologi dalam pengobatan gangguan mental|pembawaan pelayanan kesehatan mental daring]]; manfaat telah ditemukan dengan [[terapi perilaku kognitif]] terkomputerisiasi untuk depresi dan kegelisahan.<ref name="Bakker et al. 2016">{{Cite journal|last=Bakker|first=David|last2=Kazantzis|first2=Nikolaos|last3=Rickwood|first3=Debra|last4=Rickard|first4=Nikki|date=Maret 2016|title=Mental health smartphone apps: Review and evidence-based recommendations for future developments|url=https://doi.org/10.2196/mental.4984|journal=JMIR Mental Health|volume=3|issue=1|page=e7|doi=10.2196/mental.4984|pmc=PMC4795320|pmid=26932350|doi-access=free}}</ref> Penelitian intervensi kesehatan digital pada pemuda masih preliminer, dengan sebuah meta-tinjauan tidak dapat menarik kesimpulan yang pasti karena permasalahan metodologi penelitian.<ref>{{Cite journal|last=Hollis|first=Chris|last2=Falconer|first2=Caroline J.|last3=Martin|first3=Jennifer L.|last4=Whittington|first4=Craig|last5=Stockton|first5=Sarah|last6=Glazebrook|first6=Cris|last7=Davies|first7=E. Bethan|date=April 2017|title=Annual research review: Digital health interventions for children and young people with mental health problems{{Snd}} A systematic and meta-review|journal=Journal of Child Psychology and Psychiatry|language=en|volume=53|issue=4|pages=474–503|doi=10.1111/jcpp.12663|pmid=27943285|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:42082911 42082911]}}</ref> Kemungkinan manfaat menurut salah satu tinjauan mencakup "sifat luwes, interaktif, dan spotan dari komunikasi mobil ... dalam mendorong akses berkelanjutan menuju pelayanan di luar latar klinis". ''Mindfulness'' berbasis intervensi daring terlihat memiliki manfaat kecil hingga menengah terhadap kesehatan jiwa. [[Ukuran efek]] terbesar ditemukan untuk pengurangan [[stres psikologis]]. Manfaat lainnya juga ditemukan perihal depresi, kegelisahan, dan kesejahteraan.<ref>{{Cite journal|last=Spijkerman|first=M. P. J.|last2=Pots|first2=W. T. M.|last3=Bohlmeijer|first3=E. T.|date=April 2016|title=Effectiveness of online minfulness-based interventions in improving mental health: A review and meta-analysis of randomised controlled trials|url=https://doi.org/10.1016/j.cpr.2016.03.009|journal=Clinical Psychology Review|langauge=en|volume=45|pages=102–114|doi=10.1016/j.cpr.2016.03.009|pmid=27111302|doi-access=free}}</ref> Aplikasi ponsel cerdas telah digencarkan dalam berbagai domain kesehatan jiwa, dengan rekomendasi yang "terbukti efektif" didaftar dalam sebuah tinjauan tahun 2016 menodorng terapi perilaku kognitif, mewacanakan baik kegelisahan maupun suasana hati. Tinjauan tersebut bagaimanapun juga mendesak lebih banyak uji acak terkendali untuk memvalidasi keefektifan rekomendasi mereka apabila dibawakan oleh aplikasi digital.<ref name="Bakker et al. 2016" />
 
Komisi ''[[The Lancet]]'' untuk kesehatan jiwa global dan laporan keberlanjutan dari tahun 2018 mengevaluasi baik manfaat maupun bahaya teknologi, Tinjauan tersebut mempertimbangkan peran teknologi dalam kesehatan jiwa, terutama dalam pendidikan publik, penapisan pasien, pengobatan, pelatihan dan supervisi, serta perbaikan sistem.<ref>{{Cite journal|last=Patel|first=Vikram|last2=Saxena|first2=Shekhar|last3=Lund|first3=Crick|last4=Thornicroft|first4=Graham|last5=Baingana|first5=Florence|last6=Bolton|first6=Paul|last7=Chisholm|first7=Dan|last8=Collins|first8=Pamela Y.|last9=Cooper|first9=Janice L.|displayauthors=etal|date=27 Oktober 2018|title=''The Lancet'' Commission on global mental health and sustainable development|journal=[[The Lancet]]|language=en|volume=392|issue=10157|pages=1153–1598|doi=10.1016/S0140-6736|pmid=30314863}}</ref> Sebuah kajian tahun 2019 yang diterbitkan dalam ''Frontiers in Psychiatry'' menyatakan bahwa meskipun terdapat proliferasi berbagai aplikasi kesehatan jiwa, belum ada "proliferasi yang setara dalam bukti ilmiah untuk keefektifan mereka".<ref>{{Cite journal|last=Marshall|first=Jamie M.|last2=Dunstan|first2=Debra A.|last3=Bartik|first3=Warren|date=2019|title=The digital psychiatrist: In search of evidence-based apps for anxiety and depression|url=https://doi.org/10.3389%2Ffpsyt.2019.00831|journal=Frontiers in Psychiatry|volume=10|page=831|doi=10.3389/fpsyt.2019.00831|pmc=PMC6872533|pmid=31803083|doi-access=free}}</ref>
 
Steve Blumenfield dan Jeff Levin-Scherz, menulis untuk ''[[Harvard Business Review]]'', mengklaim bahwa "kebanyakan kajian yang telah diterbitkan menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan jiwa melalui telepon sama efektifnya dengan pelayanan langsung dalam mengobati depresi, kegelisahan, dan [[gangguan obsesif kompulsif]]". Mereka juga mengutip sebuah kajian yang dilaksanakan bersama Adminitrasi Kesehatan Veteran sebagai bukti pernyataan tersebut.<ref>{{Cite magazine|last=Blumenfield|first=Steve|last2=Levin-Scherz|first2=Jeff|date=3 Desember 2020|title=Digital tools are revolutionizing mental health care in the US|url=https://hbr.org/2020/12/digital-tools-are-revolutionizing-mental-health-care-in-the-u-s|magazine=[[Harvard Business Review]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230406092751/https://hbr.org/2020/12/digital-tools-are-revolutionizing-mental-health-care-in-the-u-s|archive-date=6 April 2023|dead-url=no|access-date=18 Juni 2023}}</ref><ref>Karya yang dikutip adalah {{Cite journal|last=Rosen|first=Craig S.|last2=Morland|first2=Leslie A.|last3=Glassman|first3=Lisa H.|last4=Marx|first4=Brian P.|last5=Weaver|first5=Kendra|last6=Smith|first6=Clifford A.|last7=Pollack|first7=Stacey|last8=Schnurr|date=2021|title=Virtual mental health care in the Veterans Health Administration's immediate response to coronavirus disease-19|url=https://doi.org/10.1037/amp0000751|journal=American Psychologist|language=en|volume=76|issue=1|pages=26–38|doi=10.1037/amp0000751|id=[[PMID]] [https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33119331 33119331]|doi-access=free}}</ref>
 
== Referensi ==