Kabupaten Sukamara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arrasyjr (bicara | kontrib)
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Baris 65:
 
Kerajaan Kotawaringin merupakan pecahan kesultanan Banjar pada masa [[Sultan Banjar]] IV [[Mustainbillah]] yang diberikan kepada puteranya '''Pangeran Dipati Anta-Kasuma'''. Sebelumnya Kotawaringin merupakan sebuah [[kadipaten]], yang semula ditugaskan oleh Sultan Mustainbillah sebagai kepala pemerintahan di Kotawaringin adalah '''Dipati Ngganding''' (1615). Oleh Dipati Ngganding kemudian diserahkan kepada menantunya Pangeran Dipati Anta-Kasuma. Menurut [[Hikayat Banjar]], wilayah Kotawaringin adalah semua desa-desa di sebelah barat [[Banjar]] (sungai Banjar = sungai Barito) hingga sungai Jelai.<ref name="hikayat banjar">{{ms}}[[Johannes Jacobus Ras]], [[Hikayat Banjar]] diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - [[Selangor]] Darul Ehsan, [[Malaysia]] [[1990]].</ref>
Sultan Banjar V, Inayatullah (= Pangeran Dipati Tuha 1/Ratu Agung), abangnya Pangeran Dipati Anta-Kasuma menganugerahkan gelar '''Ratu Kota Waringin''' kepada Pangeran Dipati Anta-Kasuma, kemudian menyerahkan desa-desa di sebelah barat Banjar (= sungai Barito) hingga ke Jelai ([[sungai Jelai]]). Ratu Kota-Waringin kemudian kembali ke Kotawaringin sambil membawa serta Raden Buyut Kasuma Matan.<ref name="hikayat banjar"/> Ratu Kota Waringin sebenarnya tidak bersemayam di ''dalem'' (istana) tetapi di atas sebuah rakit besar (= ''lanting'') yang ditambatkan di sana. Ratu Kota-Waringin memperoleh seorang puteri lagi yang dinamai Puteri Lanting, dengan seorang wanita yang dikawininya di sini. Baginda berangkat ke sungai Jelai dan membuka sebuah kampung di pertemuan [[sungai Bilah]] dengan [[sungai Jelai]]. Daerah ini dinamakan [[Sukamara]] karena ada suka dan ada mara (= maju menuju ke depan dari arah kedatangannya dari negeri Banjar).<ref name="hikayat banjar"/>
 
Kutipan Hikayat Banjar dan Kotawaringin: