Terapi pemaparan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 11:
Ada tiga jenis prosedur paparan. Yang pertama adalah ''in vivo'' atau "kehidupan nyata".<ref>{{Cite journal|title=Exposure Therapy for Anxiety Disorders|url=https://www.psychiatrictimes.com/view/exposure-therapy-anxiety-disorders|access-date=2021-09-22|journal=Psychiatric Times|series=Psychiatric Times Vol 28 No 9 |date=6 September 2011 |volume=28 |issue=9 |last1=Johanna s. Kaplan |first1=PhD |last2=David f. Tolin |first2=PhD }}</ref> Jenis ini menghadapkan pasien pada situasi pemicu rasa takut yang sebenarnya. Misalnya, jika seseorang takut berbicara di depan umum, orang tersebut mungkin diminta untuk berpidato di hadapan sekelompok kecil orang. Jenis eksposur kedua adalah imajinal, di mana pasien diminta untuk membayangkan situasi yang mereka takuti. Prosedur ini bermanfaat bagi orang yang perlu menghadapi pikiran dan ingatan yang ditakuti. Jenis pemaparan ketiga adalah interoseptif, yang dapat digunakan untuk gangguan yang lebih spesifik seperti gangguan stres panik atau pasca-trauma. Pasien menghadapi gejala tubuh yang ditakuti seperti peningkatan denyut jantung dan sesak napas. Semua jenis paparan dapat digunakan bersama-sama atau terpisah.<ref name="Foa">{{cite journal | last1 = Foa | first1 = E. B. | year = 2011 | title = Prolonged exposure therapy: present, and future | journal = Depression and Anxiety | volume = 28 | issue = 12| pages = 1043–1047 | doi = 10.1002/da.20907 | pmid = 22134957 | s2cid = 28115857 }}</ref>
Sementara bukti jelas mendukung keefektifan terapi pemaparan, beberapa dokter merasa tidak nyaman menggunakan terapi pemaparan imajinal, terutama dalam kasus [[Gangguan stres pascatrauma|PTSD]]. Mereka mungkin tidak memahaminya, tidak percaya diri dengan kemampuan mereka sendiri untuk menggunakannya, atau lebih umum lagi, mereka melihat kontraindikasi yang signifikan untuk pasien mereka.<ref>{{cite journal |url=http://digitalcommons.trinity.edu/psych_faculty/7/ |title=A Survey of Psychologists' Attitudes Towards and Utilization of Exposure Therapy for PTSD |publisher=Digital Commons @ Trinity |access-date=13 June 2011 |author1=C. Becker |author2=C. Zayfert |author3=E. Anderson |journal=Behaviour Research and Therapy |year=2004 |volume=42 |issue=3 |pages=277–92 |doi=10.1016/S0005-7967(03)00138-4 |pmid=14975770 }}</ref><ref>{{cite journal | last1 = Jaeger | first1 = J.A. | last2 = Echiverri | first2 = A. | last3 = Zoellner | first3 = L.A. | last4 = Post | first4 = L. | last5 = Feeny | first5 = N.C. | year = 2009 | title = Factors Associated with Choice of Exposure Therapy for PTSD | url = http://www.baojournal.com/IJBCT/IJBCT-VOL-5/IJBCT--5-2.pdf | journal = International Journal of Behavioral Consultation and Therapy | volume = 5 | issue = 2 | pages = 294–310 | pmid = 22545029 | pmc = 3337146 | doi = 10.1037/h0100890 | access-date = 2013-01-12 | archive-url = https://web.archive.org/web/20130226044903/http://www.baojournal.com/IJBCT/IJBCT-VOL-5/IJBCT--5-2.pdf | archive-date = 2013-02-26 | url-status = dead }}</ref>
Terapi flooding juga memaparkan pasien pada rangsangan yang ditakuti, tetapi sangat berbeda karena flooding dimulai pada item yang paling ditakuti dalam hierarki ketakutan, sementara paparan dimulai dengan yang paling tidak menimbulkan rasa takut.
|