Cacarakan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
'''Cacarakan''' adalah [[Carakan]] yang dimodifikasi untuk menulis [[Bahasa Sunda Priangan|bahasa Sunda dialek Parahyangan]]. Aksara ini digunakan di [[keresidenan Priangan]] sejak abad ke-17 hingga awal abad ke-20.{{Sfn|Permadi|2019|pp=262}} Aksara ini terutama digunakan oleh kaum ''[[Menak|ménak]]'' akibat pengaruh politik [[dinasti Mataram]].{{sfn|Moriyama|1996|pp=166}} Namun begitu, banyak masyarakat Sunda (khususnya [[Santri|kaum santri]]) pada periode waktu yang sama lebih umum menggunakan abjad [[Pegon]] yang diadaptasi dari [[abjad Arab]].{{sfn|Moriyama|1996|pp=167}}
 
Cacarakan juga digunakan dalam surat-surat resmi [[Hindia Belanda|Pemerintah Hindia Belanda]].<ref>{{Cite web|title=Kitab Undang-undang Hindia-Belanda dalam Bahasa Sunda – Kairaga.com|url=https://www.kairaga.com/2020/07/18/kitab-undang-undang-hindia-belanda-dalam-bahasa-sunda/|language=id|access-date=2023-04-13}}</ref> Upaya untuk memasyarakatkan penggunaan cacarakan telah dilakukan pemerintah sejak 1860-an dengan penerbitan berbagai bahan bacaan dan bahan ajar berbahasa Sunda, seperti ''Soendasch spel- en lees boek, met Soendasche letter'' (1862) dan ''DongèngDongéng-dongèngdongéng Pieunteungeun'' (1867).
 
Kini, keberadaan Cacarakan tergantikan oleh [[Alfabet Latin|aksara Latin]] dan [[Aksara Sunda Baku|Sunda Baku]]. Walaupun begitu, penggunaan aksara ini masih dapat ditemui di beberapa tempat, seperti di kampung adat [[Leuwigajah, Cimahi Selatan, Cimahi|Cireundeu]], [[Kota Cimahi|Cimahi]].<ref>{{Cite web|title=Aksara – Kairaga.com|url=https://www.kairaga.com/naskah-sunda/aksara/|language=id|access-date=2023-04-13}}</ref>