Makasar, Jakarta Timur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k {{rapikan}} |
k Robot: Cosmetic changes |
||
Baris 13:
{{Jakarta}}
{{Jakarta-stub}}
Asal usul nama Kelurahan Makasar▼
Kawasan yang dahulu termasuk Kampung Makasar dewasa ini meliputi wilayah kelurahan Makasar dan sebagian dari wilayah Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur.
Perlu dikemukakan, bahwa pada tahun 1810 pasukan orang – orang Makasar oleh Daendles secara administrative digabungkan dengan pasukan orang – orang Bugis (De Haan 1925:373).
[[Kategori:Kecamatan di Jakarta]]
Baris 19 ⟶ 23:
[[jv:Makasar, Jakarta Wétan]]
[[su:Makasar, Jakarta Timur]]
▲Asal usul nama Kelurahan Makasar
▲Kawasan yang dahulu termasuk Kampung Makasar dewasa ini meliputi wilayah kelurahan Makasar dan sebagian dari wilayah Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur. Disebut Kampung Makasar, karena sejak tahun 1686 dijadikan tempat pemukiman orang – orang Makasar, di bawah pimpinan Kapten Daeng Matara (De Haan 1935:373). Mereka adalah bekas tawanan perang yang dibawa ke Batavia setelah Kerajaan Gowa, dibawah Sultan Hasanuddin tunduk kepada Kompeni yang sepenuhnya dibantu oleh Kerajaan Bone dan Soppeng (Colenbrander 1925, (II):168: Poesponegoro 1984, (IV):208). Pada awalnya mereka di Batavia diperlukan sebagai budak, kemudian dijadikan pasukan bantuan, dan dilibatkan dalam berbagai peperangan yang dilakukan oleh Kompeni. Pada tahun 1673 mereka ditempatkan di sebelah utara Amanusgracht, yang kemudian dikenal dengan sebutan Kampung Baru (De Haan 1935:373). Mungkin merasa bukan bidangnya, tanah di Kampung Makasar yang diperuntukan bagi mereka itu tidak mereka garap sendiri melainkan di sewakan kepada pihak ketiga, akhirnya jatuh ketangan Frederik Willem Preyer (De Haan 1935:373; 1910:57). Salah seorang putrid Daeng Matara menjadi istri Pangeran Purbaya dari Banten yang memiliki beberapa rumah dan ternak di Condet, yang terletak disebelah barat Kampung Makasar (De Haan 1910:253).
▲Perlu dikemukakan, bahwa pada tahun 1810 pasukan orang – orang Makasar oleh Daendles secara administrative digabungkan dengan pasukan orang – orang Bugis (De Haan 1925:373). Pada awal abad keduapuluhan, menjadi milik keluarga Rollinson (Poesponegoro 1986, (IV):295), “… tanggal 5 April (1916, pen.), yaitu ketika Entong Gendut memimpin gerombolan orang – orang berkerumun di depan Villa Nova, rumah Lady Rollinson, pemilik tanah partikelir Cililitan Besar”
|