Mohammad Hatta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Wafat |
|||
Baris 144:
=== 1945–1956: Menjadi Wakil Presiden pertama Indonesia ===
[[Berkas:Souvereiniteitsoverdracht aan Indonesië in het Koninklijk Paleis op de Dam. Mini, Bestanddeelnr 903-7669.jpg|jmpl|ka|250px|Hatta (keempat dari kiri) di Istana Dam, [[Amsterdam]], dan [[Juliana dari Belanda|Ratu Juliana]] (ketiga dari kanan) pada saat penyerahan kedaulatan]]
Pada 17 Agustus 1945, hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia dia bersama Soekarno resmi [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|memproklamasikan kemerdekaan]] di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta pukul 10.00 WIB.
Selama menjadi Wakil Presiden, Bung Hatta amat gigih bahkan dengan nada sangat marah, menyelamatkan Republik dengan mempertahankan naskah Linggarjati di Sidang Pleno KNIP di Malang yang diselenggarakan pada 25 Februari – 6 Maret 1947 dan hasilnya [[Perundingan Linggarjati|Persetujuan Linggajati]] diterima oleh [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] (KNIP) sehingga anggota KNIP menjadi agak lunak pada 6 Maret 1947.<ref>Media Indonesia: [http://www.mediaindonesia.com/index.php/news/read/77391/1945-perundingan-linggarjati-ditandatangani/2016-11-15 Perundingan Linggarjati Ditandatangani] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170918061239/http://www.mediaindonesia.com/index.php/news/read/77391/1945-perundingan-linggarjati-ditandatangani/2016-11-15 |date=2017-09-18 }}, diakses 15 Juni 2017</ref>
Baris 172:
[[Berkas:BH-HBIX.jpg|250px|jmpl|[[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]] yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden RI tampak serius berbicara dengan Mohammad Hatta.]]
Setelah mundur dari jabatannya sebagai Wakil Presiden RI pada 1 Desember 1956 (yang kemudian disahkan melalui Keputusan Presiden RI Nomor 13 Tahun 1957 tentang Pemberhentian Dr. Mohammad Hatta dari Jabatan Sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia tertanggal 5 Februari 1957), dia dan keluarga berpindah rumah dari Jalan Medan Merdeka Selatan 13 ke Jalan Diponegoro 57.<ref>{{Cite web|title=Mohammad Hatta, Pribadinya dalam Kenangan|url=https://daerah.sindonews.com/berita/1092710/29/mohammad-hatta-pribadinya-dalam-kenangan|website=SINDOnews.com|language=id-ID|access-date=2023-07-07}}</ref> Bung Hatta tak pernah menyesal atas keputusan yang telah ia buat. Kegiatan sehari-hari Bung Hatta setelah pensiun adalah menambah dari penghasilan menulis buku dan mengajar. Meskipun sudah tak menjabat lagi sebagai Wakil Presiden, pada tahun 1957 dia berangkat ke Cina karena mendapat undangan dari Pemerintah RRC. Rakyat sana masih menganggap dia sebagai “a great son of his country”, terbukti dari penyambutan yang seharusnya diberikan kepada seorang kepala negara di mana PM [[Zhou Enlai]] sendiri menyambut dia yang bukan lagi sebagai wakil presiden.
[[Berkas:Reuni Bung Hatta 1979.jpg|kiri|250px|jmpl|Mereka yang sibuk pada masa Revolusi berkumpul kembali tahun 1979 ketika [[Richard C. Kirby]], yang dulu mewakili [[Australia]] dalam Komite Jasa Baik [[PBB]] untuk [[Indonesia]] ([[KTN]]), berkunjung ke [[Jakarta]]. Dari kanan : [[Ali Budiardjo]] (pembantu politik [[Hamengkubuwono IX]] menjelang RIS), Mohammad Hatta, [[Richard C. Kirby]], [[Mohammad Roem]], [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]], [[Subadio Sastrosatomo]], [[Mohammad Natsir]], [[Tamzil]], dan [[Thomas K. Critchley]] yang menggantikan Kirby dalam Komite [[PBB]].]]
|