Reformasi Protestan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 85:
=== Perlawanan dan penindasan ===
[[Berkas:Treasury_of_St._Ursula,_Cologne,_the_Rhine,_Germany-LCCN2002714088.jpg|al=A golden shrine in a large room|kiri|jmpl|Perbendaharaan [[Santa Ursula]] di Basilika Santa Ursula, Köln. Kultus populernya berkontribusi pada perlawanan warga kota terhadap penyebaran gerakan Injili di [[Köln]].]]
Perlawanan terhadap khotbah-khotbah Injili cukup signifikan di beberapa wilayah Kekaisaran Romawi Suci, seperti [[Flanders]], [[Rheinland]], [[Bayern]], dan Austria.{{sfn|Becker|Pfaff|Rubin|2016|p=21}} Di sana pemujaan terhadap orang-orang kudus setempat sangat kuat, dan analisis statistik mengindikasikan bahwa kota-kota di mana tempat pemujaan orang-orang kudus setempat menjadi pusat kultus komunal yang kuat, lebih kecil kemungkinannya untuk menerima Reformasi.{{refn|Pfaff menunjukkan dalam sebuah penelitian bahwa keberadaan [[tempat suci]] lokal di sebuah kota melipatgandakan kemungkinan untuk menentang Reformasi.{{sfn|Pfaff|2013|p=202}}|group=catatan}}{{sfn|Pfaff|2013|p=214}} Demikian juga, kota-kota yang memiliki keuskupan atau biara-biara lebih mungkin untuk menolak penyebaran gerakan Injili.<ref name="Rubin270" />{{sfn|Curuk|Smulders|2016}} Sebagian besar perwakilan dari generasi yang lebih tua dari para sarjana Humanis tidak pernah menerima ide-ide Reformasi. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa perdebatan akademis mengenai teologi tidak dapat membuat orang Kristen menjadi lebih baik. Yang lainnya, seperti [[Konrad Peutinger]] (wafat 1547), khawatir bahwa orang awam tidak akan mematuhi otoritas agama jika mereka mengetahui adanya pertengkaran para teolog. Erasmus menganggap gagasan dan paradoks Luther sebagai spekulasi, dan menyatakan bahwa "antusiasme Luther yang tidak terkendali membawanya melampaui apa yang benar". [[Jacob van Hoogstraaten]] (wafat 1527) menolak teologi keselamatan Luther dengan membandingkannya "seakan-akan Kristus mengambil pengantin perempuan yang paling kotor dan tidak peduli dengan kebersihannya".{{sfn|Cameron|2012|pp=132–134}}
|