La Ode Bulae: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Andang Parsan (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''La Ode Bulae Raja Muna (1830-1861)'''
 
La Ode Bulae bergelar Sangia Laghada adalah Putera Raja Muna La Ode Saete. Pada saat diangkat menjadi Raja Muna, La Ode Bulae baru berusia 12 tahun. Pengangkatan La Ode Bulae sebagai Raja Muna berkenaan dengan mangkatnya ayahanda diaayahandanya La Ode Saete. Karena pada saat mangkat Raja Muna XXV La Ode saete hanya memiliki satu anak laki-laki yang baru berusia 12 tahun yaitu Laode Bulae, maka Saraano Wuna bersepakat mengangkatnya sebagai Raja Muna menggantikan ayahandanya.
Pengangkatan La Ode Bulae yang baru berusia 12 tahun tersebut menjadi dilema karena pada saat penobatannya sebagai Raja La Ode Bulae masih terlalu muda dan dianggap belum cakap mengendalikan pemerintahan. Namun pada saat yang bersamaan Kerajaan Muna membutuhkan seorang Pemimpinpemimpin karena pada saat itu Muna sedang berkonfrontasi dengan Belanda serta sekutunya Buton. Sedangkan untuk melakukan prosedur pengangkatan raja seperti yang telah diatur yaitu melalui pemilihan yang dilakukan oleh saranoSarano Wuna (lembaga yang berwenang memilih dan mengangkat raja) sangat tidak mungkin karena pasukan koalisi Buton –Belanda terus mengganggu.
Dalam situasi yang pelik tersebutlah, maka Sarano Wuna mengambil keputusan cepat dengan mengangkat La Ode Bulae Putera Raja La Ode Saete sebagai Raja Muna Namun karena Raja La Ode Bulae masih sangat belia dan diangap belum cakap menjalankan pemerintahan, maka Sarano Wuna menunjuk La Aka ( Bonto balano / Menteri Utama) untuk menjalankan pemerintahan, sedangkan La Ode Bulae tetap sebagai kepala negara.
Lain dengan Belanda, moment mangkanya Raja La Ode Saete dan raja penggantinya yang masih sangat muda dimafaatkan untuk menguasai pemerintahan kerajaan Muna dengan memaklamatkan secara sepihak bahwa segala urusan pemerintahan Kerajaan Muna berada dalam kendali Pemerintahan Kolonial Belanda.
Raja La Ode Bulae yang masih begitu muda tidak mampu melawan maklumat tersebut, sehingga untuk beberapa saat segala urusan administrasi pemerintahan dijalankan oleh Wali Raja dari Kesultanan Buton yang ditunjuk oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Setelah Dewasa, La Ode Bulae mejalankan pemerintahan melajutkan kebijakan Ayahandanya. La Ode Saete menyeruhkanmenyerukan untuk melakukan konfrontasi dengan Kolonial Belanda dan Sekutunya Buton. La Ode Bulae menyeruhkanmenyerukan perang semesta terhadap Kolonial Belanda dan Buton sehingga terjadi berang besar antara Kerajaan Muna dengan Belanda dan sekutunya Buton.
Dalam sebuah perang, Belanda dan sekutunya Buton berhasil menangkap La ode Bulae dan membawahnya kepersidangan pengadilan di Makassar. Dalam periudangan pengadilan tersebut, La Ode bulae dinyatakan bersalah dan dibuang di Pulau Nusa Kambangan, kemudian diasingkan ke Bengkulu.