Kesultanan Samudera Pasai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Membutuhkan referensi Tag: Dikembalikan |
k Mengembalikan suntingan oleh Orangpadaeng (bicara) ke revisi terakhir oleh AABot Tag: Pengembalian |
||
Baris 36:
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
'''Kesultanan Pasai''', juga dikenal dengan '''Samudera Darussalam''', atau '''Samudera Pasai''', dengan sebutan singkat yaitu Pasai adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara [[Sumatra]], kurang lebih di sekitar [[Kota Lhokseumawe]] dan [[Kabupaten Aceh Utara]], Provinsi [[Aceh]], [[Indonesia]]
Para sejarawan menelusuri keberadaan kerajaan ini menggunakan sumber dari [[Hikayat Raja-raja Pasai]] serta peninggalan sejarah adat istiadat serta budaya setempat yang masih berjalan dan dipertahankan oleh masyarakat pesisir pantai utara Sumatra.<ref name="Hill">Hill, A. H., (1960), ''[[Hikayat Raja-raja Pasai]]'', Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland, London. Library, MBRAS.</ref> Hal ini dibuktikan dengan beberapa makam raja yang datang pertama kali pada tahun 710 Masehi serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama keturunan rajanya
Dengan di temukannya Makam Raja (Penemuan Makam Raja Samudera Pasai Meninggal di Tahun 710 Masehi) ini membuktikan sebelumnya sudah berdiri Kerajaan Samudera Pasai sebelum Rajanya Meninggal (Penemuan Makam Raja)
Berarti Kerajaan Samudera Pasai sudah berdiri sebelum 710 Masehi dan juga bisa dikatakan Islam sudah masuk di Nusantara (Indonesia) sebelum 710 Masehi
== Sejarah ==
Berdasarkan ''[[Hikayat Raja-raja Pasai]]'' serta tersebut dalam [[Tambo Minangkabau]] putra dari Ahlul Bait Sayyidina Hussein, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh Marah Silu dan menyebut nama raja yang mukim dari tahun 710 Masehi hingga para anak cucu nya sebagai penyebar agama Islam di Sumatra, setelah sebelumnya ia menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser.<ref name="Hill"/> Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang disebut dengan ''Semerlanga'' kemudian setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau [[1267]] M.<ref>Moquette, Jean Pierre, (1913), ''De Oudste Vorsten van Samudra-Pase'', Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst, Batavia, hlm. 1-12.</ref>
Dalam [[Hikayat Raja-raja Pasai]] maupun [[Sulalatus Salatin]] nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang berbeda, tetapi dalam catatan [[Tiongkok]] nama-nama tersebut tidak dibedakan sama sekali
Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh putranya [[Muhammad Malik az-Zahir|Sultan Muhammad Malik az-Zahir]] dari perkawinannya dengan putri [[Kesultanan Perlak|Raja Perlak]]
=== Al Malikush Shaleh (1267-1297) ===
[[Berkas:Makam Sultan Malik As-Shalih (Malikussaleh).jpg|jmpl|ki|350px|Makam Sultan Malikussaleh]]
Pada saat itu, orang-orang Islam sudah mendirikan perkampungan di tepi pantai Sumatra. Mereka berasal dari pedagang-pedagang sumatera yang berdagang di arab dan persia. Hanya saja, mereka belum sanggup mendirikan kerajaan yang kuat
Pada tahun 1205, telah naik takhta seorang raja Islam di Daya, Aceh yang bergelar Sri Paduka Sultan Johan Syah.<ref name=":0" /> Beliau bukan penduduk asli Aceh, melainkan keturunan pedagang-pedagang Islam yang menetap di Aceh. Prof. Dr. Hamka berpendapat bahwa jika dilihat dari namanya, ada kemungkinan bahwa beliau berasal dari Gujarat. Namun demikian, tidak ada berita mengenai kelanjutan kerajaan ini
Kabar berita bahwa masyarakat Islam sudah ada di pantai Sumatra rupanya sampai juga ke Mekah
Mereka berdua mengunjungi negeri-negeri tepi pantai Sumatra yang telah memeluk agama Islam, yaitu Fansur (Barus), Lamiri dan Haru. Setelah itu, mereka meneruskan pelayaran ke negeri Perlak. Disana mereka mendapat informasi bahwa negeri Samudra Pasai yang mereka tuju rupanya telah terlewat. Terpaksalah kapal mereka dibelokkan kembali. Akhirnya, mereka berjumpa dengan Merah Silu, kepala kampung di tempat itu
Setelah mereka berdua mengadakan pertemuan dengan Merah Silu, beliau masuk islam. Beliau juga diberikan nama Islam, yaitu Sultan al-Malikush Shaleh. Kemudian, mereka memberi tanda-tanda kerajaan yang langsung dibawa dari Mekah kepada Sultan. Gelar Sultan ini langsung diberikan oleh Syarif Mekah. Pada saat itu, Syarif Mekah ada di bawah naungan kerajaan Mamalik di Mesir. Syarif Mekah, atas izin Sultan Mamalik, memberikan gelar Sultan kepada Merah Silu.<ref name=":0" /> Gelar "Al Malikush Shaleh" adalah gelar yang dipakai oleh pendiri kerajaan Mamalik yang pertama di Mesir, yaitu Al Malikush Shaleh Ayub.
Pada zaman pemerintahan Al Malikush Shaleh, Marco Polo, seorang pengembara bangsa Venesia, berkunjung ke Sumatra Utara. Pada saat itu, ia belum melihat banyak orang Islam di Sumatra, kecuali di Kerajaan Perlak saja. Al Malikush Shaleh menikah dengan anak perempuan Raja Perlak yang telah beragama Islam. Beliau memiliki dua orang putra
=== Al Malikuzh Zhahir I (1297 - 1326) ===
|