Ghali (kapal): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 13:
Sebuah ''galai'' kerajaan (''ghali kenaikan raja'') [[Legenda|legendaris]] dari [[kesultanan Melaka]] yang beroperasi antara tahun 1498 sampai 1511 disebut ''[[Mendam Berahi]]''. Panjangnya 60 ''gaz'' (180 kaki atau 54.9 m)<ref group="catatan">1 ''gaz'' Melayu setara dengan 33-35 inci atau 3 kaki. Lihat ''Kamus Dewan Ed. 4'', 2005: hlm. 383.</ref> dan lebar 6 ''depa'' (36 kaki atau 11 m).<ref>Musa, Hashim (2019). ''[http://eprints.um.edu.my/23029/1/Conference%20paper%20-%20Hashim%20Musa.pdf Teknologi perkapalan Melayu tradisional: Jong dan Ghali meredah tujuh lautan].'' In: Persidangan Antarabangsa Manuskrip Melayu 2019, 15-17 Oktober 2019, Auditorium, Pepustakaan Negara Malaysia. hlm. 18.</ref> Menurut perkiraan modern oleh Md. Salleh Yaapar, ghali ini memiliki 3 tiang, 100 dayung, dan dapat membawa 400 orang.<ref>{{Cite journal|last=Yaapar|first=Md. Salleh|date=2019|title=Malay Navigation and Maritime Trade: A Journey Through Anthropology and History|url=|journal=IIUM Journal of Religion and Civilisational Studies|volume=2|pages=53-72|via=}}</ref>{{Rp|61}} Ia dipersenjatai dengan 7 meriam.<ref>''[[Hikayat Hang Tuah]]'', VIII: 165. Transkripsi: ''Maka Mendam Berahi pun di-suroh dayong ka-laut. Maka Laksamana memasang meriam tujoh kali. Maka kenaikan pun belayar lalu menarek layar''.</ref><ref name=":12">{{Cite book|title=Majapahit Peradaban Maritim|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|year=2011|isbn=978-602-9346-00-8}}</ref>{{Rp|299}}<ref>{{Cite book|last=Robson-McKillop|first=Rosemary|year=2010|url=https://books.google.co.id/books?id=vEQ5ZxXv73kC&dq=the+galley+mendam+berahi&source=gbs_navlinks_s|title=The Epic of Hang Tuah|location=|publisher=ITBM|isbn=9789830687100|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|180}}
 
Keberadaan Mendam Berahi sebenarnya masih diragukan, karena ia hanya disebut dalam Hikayat Hang Tuah, dan manuskrip Melayu lain tidak pernah menyinggung keberadaannya.<ref>Institut Penyelidikan Matematik (2022). ''Akhirnya Kapal Hang Tuah - Mendam Berahi Akan di Bina Semula'' [Siaran pers]. https://www.youtube.com/watch?v=FDyjjhhUoHI</ref> Meskipun HHT mengisahkan cerita berlatar kesultanan Melaka (1400–1511), ia sebenarnya merefleksikan kejadian yang terjadi pada [[kesultanan Johor]] pada abad ke-17, lebih rincinya berdasar pada masa keemasan Johor pada 1640-an hingga 1670-an. Tokoh utamanya, Hang Tuah, adalah tokoh fiktif, namun kisahnya ditulis berdasarkan kisah nyata Laksamana Abd al-Jamil dari Johor.<ref>{{Cite journal|last=Braginsky|first=V.I.|date=1990|title=Hikayat Hang Tuah; Malay epic and muslim mirror; Some considerations on its date, meaning and structure|url=http://dx.doi.org/10.1163/22134379-90003207|journal=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia|volume=146|issue=4|pages=399–412|doi=10.1163/22134379-90003207|issn=0006-2294}}</ref> Catatan Portugis sezaman menunjukkan bahwa galai muncul di armada Melayulokal pada akhir tahun 1530-an, sebelumnya kapal andalan armada Melayu adalah [[Lancaran (kapal)|lancaran]]. KataBaru pada tahun 1560-an penggunaan "ghali" sebenarnyasemakin adalahmeluas, kebanyakan digunakan oleh orang Aceh, bukan Melayu. Kata “ghali” sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Portugis, sehingga sulit dipercaya kapal jeniskeberadaan ghali sudah ada pada masa kejayaan kesultanan Malaka merupakan [[anakronisme]].<ref name=":1" />{{Rp|164}}<ref>{{Cite book|date=1993|title=Southeast Asia in the Early Modern Era|location=Ithaca|publisher=Cornell University Press|editor-last=Reid|editor-first=Anthony}}</ref>{{Rp|77, 210-212}}
 
Orang Melayu lebih suka menggunakan kapal-kapal panjang dengan [[sarat air]] dangkal, berdayung, yang mirip dengan [[galai]]; contohnya [[Lancaran (kapal)|lancaran]], [[ghurab]], dan ghali untuk armada perang mereka. Hal ini sangat berbeda dengan orang Jawa yang lebih menyukai kapal-kapal bundar dengan sarat air yang dalam dan dapat mencapai jarak jauh seperti [[Jong (kapal)|jong]] dan [[malangbang]]. Alasan perbedaan ini adalah karena orang Melayu mengoperasikan kapal mereka di perairan sungai, zona selat terlindung, dan lingkungan kepulauan, sedangkan orang Jawa sering aktif di laut lepas dan berombak tinggi.<ref name=":12" />{{rp|270-277, 290-291, 296-301}}<ref name=":1" />{{Rp|148, 155}}