Kuwaru, Kuwarasan, Kebumen: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan informasi Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Menambah detail informasi Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 64:
Pada tahun 1830-an, pasca Perang Diponegoro usai, seorang Adipati dari Keraton Yogyakarta bernama Kanjeng Raden Adipati Purwodiningrat/ Raden Tumenggung Sindunegoro. Beliau adalah putra dari Patih Danurejo I, Seorang Perdana Menteri Pertama di Negara Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat.<ref>Buku: R.,, Carey, P. B.; Bambang,, Murtianto,; Gramedia, PT. Takdir : riwayat Pangeran Diponogoro, 1785-1855. Jakarta. ISBN 9789797097998. OCLC 883389465. Memuat Nama Kanjeng Raden Tumenggung Sindunegara/ Kanjeng Adipati Purwadiningrat.</ref> <ref>Buku: penulis, H.Y. Agus Murdiyastomo [and five. Pangeran Notokusumo : hadĕging Kadipaten Pakualaman : sejarah Pakualaman. [Yogyakarta]. ISBN 9786020818092. OCLC 964698478. Memuat Nama Kanjeng Raden Tumenggung Sindunegara/ Kanjeng Adipati Purwadiningrat yang diangkat sebagai Patih Danurejo III Yogyakarta.</ref>
Beliau ditugaskan sebagai Bupati wilayah Gombong (dahulu bernama Roma) oleh Keraton Yogyakarta untuk mengurus wilayah yang terdampak Perang Diponegoro.<ref>Buku : M.D, Sagimun, Pahlawan Diponegoro Berjuang (Bara Api Kemerdekaan Nan Tak Kunjung Padam), 1956, Jogjakarta, Tjabang Bagian Bahasa, Djawatan Kebudajaan Kementerian P.P. dan K. Jogjakarta MCMLVII. Memuat Tumenggung Sindunegoro yang ditugaskan sebagai Bupati Roma/ Gombong.</ref>
Dahulu, wilayah Kebumen dan Gombong berdasarkan Perjanjian Giyanti masuk dalam wilayah
Beliau membawa serta salah satu Istrinya yaitu Nyi Mas Adjeng Cempaka / Nyai Adjeng Cempaka ( Di Desa Kuwaru dikenal sebagai Mbah Cempaka - Makam Punden keramat di TPU Keputihan Kuwaru )
Baris 89:
Karena Belanda merasa resah, akhirnya beliau ditangkap dan dibuang ke Ceylon (Srilanka) dan sampai meninggal disana.
Maka dari itu, makamnya tak ada di Desa Kuwaru.
Pada masa ini, pasca Pangeran Diponegoro ditangkap & Perang Jawa berakhir, Belanda berhasil merebut wilayah Bagelen, Kebumen, Gombong hingga Banyumas dan mulai memerintah secara resmi sejak 1835 dan Kesultanan Yogyakarta tidak lagi berkuasa secara penuh.
Kemudian kepemimpinan Kuwaru selanjutnya dilanjutkan oleh putranya, yaitu Raden Demang Prawirodikromo hingga beliau meninggal dan dimakamkan di TPU Keputihan Kuwaru, satu kompleks dengan makam Mbah Cempaka.
[[File:Pintu Masuk Makam Nyi Mas Adjeng Cempaka.png|thumb|Pintu Masuk Makam Mbah Cempaka yang Terukir Huruf Jawa]]
Baris 102 ⟶ 105:
atau " Mbah Glondhong Sepuh ".
Beliau mempunyai 3 orang istri dan 19 orang anak.
Raden Kromosoekarto, Glondong Desa Kuwaru pernah menerima penghargaan dari Kerajaan Belanda berupa "Medali Bintang Perak Kecil / Kleine Zilveren Ster" sebagai tanda jasa atas kepemimpinannya yang baik. Penghargaan tersebut termuat dalam Koran Hindia Belanda, De Locomotief Edisi 9 Februari 1936.
Raden Kromosoekarto memimpin Desa Kuwaru sampai tahun 1945.
Beliau meninggal di usia tua dan dimakamkan di TPU Keputihan Kuwaru, dalam sebuah bangunan Cungkup ( Rumah Makam ) yang bersebelahan dengan Cungkup Mbah Cempaka.
|