Milan Kundera: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Saya mengedit pruf dan struktur kalimat.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Saya hanya menyalin-edit sedikit.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 59:
 
== Gaya dan filsafat penulisan ==
Karakter Kundera sering kali secara eksplisit disamakan dengan figmen imajinasinya sendiri. Ia berkomentar dengan suara narasi orang pertama atas para karakternya dalam cerita-cerita yang sepenuhnya menggunakan narasi orang ketiga. Kundera lebih peduli terhadap kata-kata yang mengubah atau menjadikan karakter-karakternya dibanding penampilan fisik mereka. Dalam karya nonfiksinya, ''The Art of the Novel'', diaia mengatakan bahwa imajinasi pembaca secara otomatis menyelesaikan pandangan penulisnya. Sebagai sang penulis, diaia ingin fokus pada hal yang penting, dan penampilan fisik bukanlah hal yang penting untuk mendapat pengertian mengenai sang karakter. Baginya, mungkin yang penting tidak termasuk penampilan fisik atau bahkan dunia interior (dunia psikologis) karakter-karakternya. Kadang kala, sebuah gambaran atau kepribadian spesifik menjadi fokus idiosinkratik karakter.
 
[[François Ricard]] berpendapat bahwa Milan Kundera berkarya dengan tujuan satu karya besar dan tidak membatasi ide-idenya pada satu novel dalam satu waktu. Tema dan meta-tema miliknya muncul dalam seluruh karya besar. Setiap buku baru menampilkan tingkatan baru filsafatnya. Di antara meta-tema ini ada masalah pembuangan, identitas, kehidupan melampaui batasan (melampaui cinta, melampaui seni, melampaui keseriusan), sejarah sebagai pengulangan, dan nikmatnya hidup yang tidak terlalu "penting".{{butuh rujukan}} Banyak karakter Kundera yang dikembangkan agar menjadi penjelasan tema-tema tersebut dengan mengorbankan pengembangan inti kemanusiaan mereka. Karakter-karakternya cenderung tidak dijelaskan secara spesifik. Dalam satu novel sering kali muncul lebih dari satu tokoh utama, bahkan hingga sejauh tidak melanjutkan sebuah karakter dan memajukan plot dengan sebuah karakter yang sama sekali baru. Sebagaimana ia katakandikatakannya kepada [[Philip Roth]] dalam sebuah wawancara di ''[[The Village Voice]]'': "Kehidupan intim dimengerti sebagai rahasia pribadi seseorang, sebagai sesuatu yang berharga, tidak dapat dilanggar, dasar keaslian seseorang.<ref>Contemporary Authors Online, Thomson Gale, 2007{{Citation needed|date=November 2007}}<!-- The issue and pages of The Village Voice would be preferred --></ref>
 
Novel-novel awal Kundera mengeksplor aspek-aspek [[tragedi|tragis]] dan [[komedi (drama)|komedi]] totalitarianisme. Namun demikian, ia tidak memandang karya-karyanya sebagai komentar politik. "Penghinaan terhadap totalitarianisme tidak pantas diberikan sebuah novel," kata Kundera. Menurut seorang novelis Meksiko [[Carlos Fuentes]], "Apa yang menurut [Kundera] menarik adalah kemiripan antara totalitarianisme dengan "mimpi berkepanjangan dan indah mengenai sebuah masyarakat harmonis di mana kehidupan pribadi dan kehidupan publik menjadi satu dan semua manusia bersatu di sekeliling satu keinginan dan satu kepercayaan..."
 
Kundera menganggap dirinya sendiri sebagai penulis tanpa pesan. Sebagai contoh, dalam ''Sixty-three Words'', sebuah bab di buku nonfiksinya ''The Art of the Novel'', Kundera menuliskan pengalamannya ketika sebuah penerbit Skandinavia berpikir ulang untuk menerbitkan ''The Farewell Party'' karena pesan [[gerakan antiaborsi|anti-aborsi]] di dalam novel tersebut. Kundera menjelaskan bahwa bukan hanya sang penerbit salah mengenai keberadaan pesan tersebut di dalam karya itu, tapi juga, "...saya senang dengan kesalahan tersebut. Saya telah sukses sebagai seorang novelis. Saya sukses menjaga ambiguitas moral situasinya. Saya tetap beriman dengan esensi novel sebagai seni, yaitu ironi. Dan ironi tidak peduli dengan pesan!"<ref>{{cite news|url=http://www.nytimes.com/books/98/05/17/specials/kundera-words.html|title=Key Words, Problem Words, Words I love|last=Kundera|first=Milan|date=6 Maret 1988|work=The New York Times|accessdate=13 November 2010}}</ref>