Mangkunegara II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 43:
== Kangjeng Pangeran Adipati Prangwadana ==
 
Sedari masa KGPAA. Mangkunegara I, penggunaan nama selalu mengundang faktor kecurigaan dan sensitif yang tinggi karena nama yang dipakai sering memuat sejumlah harapan dan cita cita yang diklaim sebagai hegemoni dan pelebaran kekuasaan. Contohnya BRM. Sulama yang pernah memiliki nama Pangeran Surya Mataram kemudian diganti menjadi Pangeran Surya Mangkubumi.<ref>{{Cite web|title=Jejak Sejarah Mataram|url=https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid02CMqSQERvPBKFpSet4QPYBadPi2bhM8LSU4xeLH6B89v3RmtdvRHaHCTcrWW1wCsjl&id=100009397006908|website=www.facebook.com|language=id|access-date=2023-07-24}}</ref> Nama [[Pangeran Surya Mataram]] sempat membuat panik Belanda karena nama itu memuat unsur keagungan yang dapat memancing kekeruhan stabilitas tiga penguasa antara Kasultanan - Kasunanan - Mangkunegaran.
BRM. Sulama pernah memiliki nama Pangeran Surya Mataram kemudian diganti menjadi Pangeran Surya Mangkubumi. Namun karena diprotes oleh Sultan Hamengkubuwana I, akhirnya diganti lagi dengan nama Pangeran Prangwadana atau dengan gelar lengkapnya sebagai '''"Kangjeng Pangeran Arya Prabu Prangwadana"'''. Hal ini berkaitan dengan aturan yang disepakati hingga penerus-penerusnya nanti, bahwa diperkenankan memakai nama "Mangkunegara" setelah berusia 40 tahun.
 
Nama [[Pangeran Surya Mataram]] sempat membuat panik Belanda disebabkan nama itu memuat unsur keagungan yang dapat memancing kekeruhan stabilitas tiga kerajaan; ''Kasultanan-Kasunanan-Mangkunegaran''.Pergantian nama dan gelar Pangeran Surya Mataram menjadi [[Pangeran Surya Mangkubumi]] membuatjadi peralihan darisumber kepanikan Belanda menjadilagi, karena bisa mengundang kemarahan Sultan [[Hamengku Buwono I|Sultan Hamengkubuwana I]]. Belanda perlu khawatir karena nama Pangeran Surya Mataram maupun Pangeran Surya Mangkubumi belum pernah ada waktu itu, dan terasarasanya betul unsur unsur keagungan nya yang bakalbisa mengundang rasa curiga bagi pihak Keraton/Kerajaanpecahan Mataram yang lain.Rasa curigaDan bagiini pihakmerupakan lainancaman mengundang ancamanterjadinya perselisihan danbahkan perang terbuka yang akan menyeret Belanda kembali [[Belanda]]ke kedalamdalam peperanganperang. Sehingga Belanda tidak ingin mengulangmengambil kembali keterlibatannyaresiko dalam perselisihan dan perang yang berlarut larut.Sultan [[Hamengku Buwono I]] mengajukan protes lewat patihnya karena nama [[Mangkubumi]] adalah nama untuk dirinya sebagai anggota tertua yang masih hidup dalam dinasti Mataram.{{butuh rujukan}}
 
BRM.Tak Sulamaayal pernahnama memilikisurat namaprotes Pangeranpun Suryadilayangkan Mataramoleh kemudian[[Hamengku digantiBuwono menjadiI|Sultan PangeranHamengkubuwana SuryaI]] Mangkubumi.lewat Namunpatihnya, karena diprotesnama oleh[[Mangkubumi]] Sultanadalah Hamengkubuwananama I,untuk dirinya sebagai anggota tertua yang masih hidup dalam dinasti Mataram. akhirnya diganti lagi dengan nama Pangeran Prangwadana atau dengan gelar lengkapnya sebagai '''"Kangjeng Pangeran Arya Prabu Prangwadana"'''. Hal ini berkaitan dengan aturan yang disepakati hingga penerus-penerusnya nanti, bahwa diperkenankan memakai nama "Mangkunegara" setelah berusia 40 tahun.
 
Selain itu juga sebagai penanda bahwa beliau adalah Komandan Legiun Mangkunegaran dengan sematan pangkat Kolonel. Sistem kepangkatan militer asing telah menggantikan sistem kepangkatan yang sudah lama digunakan para militer di Jawa. Lalu pada pemerintahan kolonial era Daendels sebelum Raffles, kedudukan Pengageng Pura Mangkunegaran yang tadinya merupakan "Pangeran Miji" ditingkatkan menjadi "Pangeran Pinisepuh" atau Pangeran yang dituakan. Sehingga Pura Mangkunegaran menjadi satu-satunya institusi di Jawa yang tidak dilucuti kekuatan militernya.
Baris 51 ⟶ 53:
Ketika kakeknya (KGPAA. Mangkunagara I) wafat, maka RM. Sulama yang telah bergelar Kangjeng Pangeran Arya Prabu Prangwadana dan saat itu masih berusia 29 tahun ditunjuk sebagai Pengageng Pura Mangkunegaran selanjutnya. Namanya pun dirubah menjadi '''"Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Prabu Prangwadana"''' serta dilantik di Sasana Sumewa atau Bangsal Pagelaran Karaton Surakarta oleh SISKS. Pakubuwana IV pada hari Senin Legi, 15 Rejeb Jimakir 1722 windu Kunthara atau tanggal 25 Januari 1796 dengan sengkalan Paksa Loro Pandhiteng-Rat.
 
Barulah ketika mencapai usia 54 tahun dan telah bertahta selama 25 tahun, KGPAA. Prabu Prangwadana dilantik dengan nama KGPAA. Mangkunegara II pada hari Senin Pahing, 23 Besar Alip 1747 windu Kunthara atau tanggal 2 Oktober 1820 dengan gelar lengkap : '''"Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara ingkang Jumeneng Kaping Kalih".''' Pemerintahan KGPAA. Mangkunegara II sarat dengan percaturan kekuasaan dan cenderung aktif serta ekspansif. Hingga pemerintahannya yang berakhir pada tahun 1835, mengindikasikan kuat bahwa KGPAA. Mangkunegara II sangat terampil dan lihai dalam memainkan perannya menghadapi kekuasaan kolonial maupun kekuasaan pecahan Mataram lainnya.
 
== PemerintahanPerluasan Wilayah ==
Dalam pemerintahan KGPAA. Mangkunegara II, daerah [[Mangkunegaran|Pura Mangkunegaran]] mengalami perluasan wilayah. Penambahan pertama terjadi pada tahun 1813 semasa [[Stamford Raffles|Raffles]] menjabat Letnan Gubernur Jawa, yaitu sebanyak 240 ''jung''<ref>Satu ''jung'' sama dengan 28.386 m<sup>2</sup> atau 4 ''[[Bahu (agraria)|bahu]]''.</ref> atau 1.000 ''karya'', sehingga luas wilayah menjadi menjadi 5.000 ''karya'' atau 3.500 hektare.<ref name=Warsino14>{{cite book|last=Warsino|url=http://books.google.co.id/books?id=AmeMJ7vahkwC&pg=PA14&dq=Mangkunegara+II&hl=en&ei=MJMnTsebB8ntrAey66CjCQ&sa=X&oi=book_result&ct=book-preview-link&resnum=3&ved=0CDYQuwUwAg#v=onepage&q=Mangkunegara%20II&f=false|title=Kapitalisme Bumi Putra: Perubahan Masyarakat Mangkunegaran|year=2008|publisher=LKiS|location=Yogyakarta|id=ISBN 979-1283-11-7|pages=14|accessdate=21 Juli 2011 }}</ref> Penambahan ini sebagai balasan atas dukungan Pura Mangkunegara II saat Inggris memerangi [[Hamengkubuwana II|Sultan Sepuh]] dari Yogyakarta dan [[Pakubuwana IV]] dari Surakarta.<ref name=Warsino14/> Wilayah tambahan tersebut yaitu di Keduwang (72 ''jung''), Sembuyan (12 ''jung''), Sukawati bagian timur (95,5 ''jung''), Sukawati bagian barat (18,5 ''jung''), serta lereng bagian timur Gunung Merapi (29,5 ''jung'').<ref name=Warsino14/> Penambahan kedua terjadi pada tahun 1830 sebanyak 120 ''jung'' atau 500 ''karya'' di Sukawati bagian utara, sehingga luas keseluruhan daerah Pura Mangkunegaran menjadi 5.500 ''karya'' atau 3.850 hektare.<ref name="Warsino14" /> Penambahan semasa Gubernur Jenderal [[Johannes van den Bosch|Van den Bosch]] ini sebagai balasan atas dukungan KGPAA. Mangkunegara II yang dimintai bantuan saat Belanda memerangi [[Pangeran Diponegoro]].<ref name="Warsino14" />
 
 
Pada masa Mangkunegara I penggunaan nama selalu mengundang faktor kecurigaan dan sensitif yang tinggi karena nama memuat sejumlah harapan dan cita cita yang dapat menjadi claim bagi hegemoni dan pelebaran kekuasaan.Pemerintahan Mangkunegara II sarat dengan percaturan kekuasaan dan [[Mangkunegaran]] cenderung aktif dan ekspansif keluar Istana.Pemerintahannya yang berakhir sampai 1835 mengindikasikan bahwa Mangkunegara II terampil dan lihay dalam memainkan peran Kerajaan berhadapan dengan kekuasaan Kolonial dan Kekuasaan dua Kerajaan yang lain di Jawa ini. Mangkunegaran telah berhasil membaca tanda tanda zaman.Tiga Serangkai Penguasa kelajutan Dinasti Mataram teruji oleh zaman dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi Kerajaannya.{{butuh rujukan}}
 
== Perluasan wilayah kerajaan ==
Dalam pemerintahan Mangkunegara II, daerah [[Mangkunegaran]] mengalami perluasan wilayah. Penambahan pertama terjadi pada tahun 1813 semasa [[Stamford Raffles|Raffles]] menjabat Letnan Gubernur Jawa, yaitu sebanyak 240 ''jung''<ref>Satu ''jung'' sama dengan 28.386 m<sup>2</sup> atau 4 ''[[Bahu (agraria)|bahu]]''.</ref> atau 1.000 ''karya'', sehingga luas wilayah menjadi menjadi 5.000 ''karya'' atau 3.500 hektare.<ref name=Warsino14>{{cite book|last=Warsino|url=http://books.google.co.id/books?id=AmeMJ7vahkwC&pg=PA14&dq=Mangkunegara+II&hl=en&ei=MJMnTsebB8ntrAey66CjCQ&sa=X&oi=book_result&ct=book-preview-link&resnum=3&ved=0CDYQuwUwAg#v=onepage&q=Mangkunegara%20II&f=false|title=Kapitalisme Bumi Putra: Perubahan Masyarakat Mangkunegaran|year=2008|publisher=LKiS|location=Yogyakarta|id=ISBN 979-1283-11-7|pages=14|accessdate=21 Juli 2011 }}</ref> Penambahan ini sebagai balasan atas dukungan Mangkunegara II saat Inggris memerangi [[Hamengkubuwana II|Sultan Sepuh]] dari Yogyakarta dan [[Pakubuwana IV]] dari Surakarta.<ref name=Warsino14/> Wilayah tambahan tersebut yaitu di Keduwang (72 ''jung''), Sembuyan (12 ''jung''), Sukawati bagian timur (95,5 ''jung''), Sukawati bagian barat (18,5 ''jung''), serta lereng bagian timur Gunung Merapi (29,5 ''jung'').<ref name=Warsino14/>
 
Penambahan kedua terjadi pada tahun 1830 sebanyak 120 ''jung'' atau 500 ''karya'' di Sukawati bagian utara, sehingga luas keseluruhan daerah Mangkunegaran menjadi 5.500 ''karya'' atau 3.850 hektare.<ref name=Warsino14/> Penambahan semasa Gubernur Jenderal [[Johannes van den Bosch|Van den Bosch]] ini sebagai balasan atas dukungan Mangkunegara II saat Belanda memerangi [[Pangeran Diponegoro|Diponegoro]].<ref name=Warsino14/>
 
== Komandan Legiun Mangkunegaran ==
KGPAA. Mangkunegara II adalah komandan dan penguasa pertama Pura Mangkunegaran dalam sejarah Legiun Mangkunegaran. Kolonel adalah pangkat tertinggi di Korpskorps militer bergengsi keprajuritan Legiun Mangkunegaran.{{butuh rujukan}}Secara historis, keberadaan Legiun Mangkunegaran dengan komandannya merupakan warisan dan kelanjutan dari kakeknya dan formasi pasukan-pasukan pilihan sebelumnya. Kakeknya dalam kepangkatan militer bisa disetarakan jenjang Jenderal, sedangkan bagi KGPAA. Mangkunegara II dan para penggantinya nanti hanya mencapai jenjang Kolonel saja.
 
Sebelum menjadi Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara (II), RM Sulomo adalah Pangeran Prangwedana yang menjabat sebagai komandan Legiun Pasukan Mangkunegaran dengan pangkat Kolonel. Sistem asing disini telah menggantikan sistem kepangkatan yang telah lama dipergunakan oleh para militer di Jawa.Secara historis keberadaan Legiun Mangkunegaran dengan Komandannya merupakan warisan dan kelanjutan dari kakeknya dan formasi pasukan-pasukan pilihan sebelumnya. Kakeknya dalam kepangkatan militer bisa meraih jenjang Jenderal sedangkan Mangkunegara II dan para penggantinya hanya mencapai jenjang Kolonel.{{butuh rujukan}}
 
== Konflik di JogjaYogyakarta ==
 
=== Situasi Kekuasaan Jawa Permulaan Tahun 1800 M ===
 
Pemerintahan KGPAA. Mangkunegara II mengalami kesuksesan dalam meredam konflik di Yogyakarta serta membentuk pemerintahan baru di Yogyakarta yakni Kadipaten Paku AlamanPakualaman dengan wilayah yang diambil dari Kasultanan. Sebagai Adipati yang pertama di Kadipaten yang baru ini Pangeran [[Natakusuma]] diangkat sebagai [[Paku Alam I]] dengan gelar [[Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya|Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya]]. Tanggal 13 Maret 1813 merupakan awal dan hari jadi Kadipaten.{{butuh rujukan}}
 
Pada masa KGPAA. Mangkunegara II, di Yogyakarta yang bertahta adalah [[Hamengku Buwono II|Sultan Hamengkubuwana II]]. Sultan Yogyakarta ke dua ini dalam pemerintahannya mengalami intrik dan rongrongan kekuasaan dari kerabat dan saudaranya, sehingga jalannyajalan pemerintahan Kasultanan mengalami pasang surut dan penuh dengan ketegangan dan muatan konflik yang berakibat melemahnya pemerintahan. Yogyakarta kurang siap dalam membaca perubahan abad yang menyangkut kekuatan asing / Eropa di Pulau Jawa yang berbeda dengan VOC-Belanda. Terhadap penguasa -penguasa Jawa penampilan Belanda mampu memainkan peran sebagai kekuatan taklukan yang berkuasa. [[Belanda]] melayani penguasa -penguasa Jawa sebagai suatu alat strategi tujuan untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan.{{butuh rujukan}}
 
Tahun 1807, [[Daendels]] datang ke Jawa dan membenahi admnistratif Jawa dan Nusantara dengan aturan -aturan yang baru semacam protokoler kepada penguasa penguasa setempat termasuk para raja di Jawa. [[Paku Buwono IV|Sahandhap Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Sri Susuhunan Pakubuwana IV]] dari [[Keraton Surakarta Hadiningrat|Surakarta]] yang tadinya menolak, dengan cepat membaca situasi dan kemudian menerimanya. [[Kadipatèn Mangkunagaran|Pura Mangkunegaran]] yangtidak kalah terampil dan cepat membaca perubahan zaman dengan segera merespon dan menjalin kemitraan dengan pembentukan Angkatan Bersenjata Kerajaan. Namun di Yogyakarta agakagaknya terlambat dalam membaca perubahan, sehingga menerima risiko kemerosotan Kerajaan.{{butuh rujukan}}
 
=== Kekuatan Eropa di Jawa ===
 
Berbeda dengan [[Belanda]], kekuatan Eropa yang datang pada tahun 1800-an itu memiliki militer sebagai kekuatan pemaksa terhadap pembangkangan. Sama sama dari Eropa, kekuatan Eropa yang datang adalah kekuatan revolusioner yang selalu siap berlaga-tempur. KratonKaraton Yogyakarta situasinya terpecah-pecah dalam kelompok kekuatan yang saling menjatuhkan satu dengan yang lainnya. Ada kelompok Natakusuma dengan anaknya Natadiningrat di samping juga kelompok Putra Mahkota (calon [[Hamengku Buwono III|Sultan Hamengkubuwana III]]) dengan Kapiten Cina wilayah Yogyakarta yakni [[Tan Jiem Sing]] (kelak bergelar [[Tumenggung Secadiningrat]]). Satu lagi adalah kelompok Patih DanurejoDanureja yang karena jabatannya merupakan kompromi antara Sultan dengan Gubernur [[Belanda]], maka mengharuskan seorang patihPatih melayani dua kepentingan penguasa; yaituantara Kasultanan dan Gubernur Belanda.{{butuh rujukan}}Konflik antar kelompok itu akhirnya mengundang pemerintah di Batavia turun ke daerah dengan bala tentaranya.
 
Konflik antar kelompok itu mengundang pemerintah di Batavia turun ke daerah dengan bala tentara nya.{{butuh rujukan}}
 
=== Intervensi Eropa di Jawa ===
 
Dalam dua periode Gubernur Jenderal ([[Daendels]] dan [[Raffles]]), Yogyakarta ditekan dengan kekuatan militer untuk memaksa [[Hamengku Buwono II|Sultan Hamengkubuwana II]] turun tahta. Desember tahun 1810 Daendels dengan pasukan 4.200 tentara menyerbu Yogyakarta. Daendels menurunkan [[Hamengku Buwono II|Sultan Hamengkubuwana II]] kemudian mengangkat putera Mahkotamahkota Yogyakarta sebagai Sultan [[Hamengku Buwono III|Hamengkubuwana III]] dan kembali ke Batavia dengan membawa Pangeran Natakusuma sebagai tawanan. Pada bulan Juli 1812, Raffles dengan 2.000 tentara menyerbu Yogyakarta. Waktu yang bersamaan Tentara Gurkha-SepehiSpehi yang datang ke Jawa bersama Inggris terlibat rencana pemberontakan terhadap kekuasaan Inggris karena beredar desas-desus bahwa mereka akan dijual ke Belanda dan ditinggalkan [[Inggris]] sehingga untuk memperbesar jumlah pasukan dalam menekan Yogyakarta, maka Raffles mengkontak [[Pangeran Prangwadana]] dari [[Kadipatèn Mangkunagaran|Pura Mangkunegaran]] untuk mengerahkan [[Legiun Mangkunegaran]] guna mendukung pasukan [[Natakusuma]].{{butuh rujukan}}Kekuatan Eropa yang datang ke Jawa adalah kekuatan yang memiliki kemampuan untuk memaksa karena dilengkapi dengan pasukan tempur yang sangat memadai. Terhadap yang mementang maka kekuatan ini tidak segan-segan untuk bertindak keras bahkan kalau perlu membubarkan kekuasaan dan penguasa tradisional di [[Jawa]]. Korban pertama dengan datangnya [[Daendels]] ke [[Jawa]] adalah [[Banten]]. Kasultanan Banten dibubarkan oleh [[Herman Willem Daendels|Daendels]].
 
=== Destabilisasi Kratonkaraton Jogja ===
Kekuatan Eropa yang datang ke Jawa adalah kekuatan yang memiliki kemampuan untuk memaksa karena dilengkapi dengan pasukan tempur yang sangat memadai. Terhadap yang mementang maka kekuatan ini tidak segan-segan untuk bertindak keras bahkan kalau perlu membubarkan kekuasaan dan penguasa tradisional di [[Jawa]]. Korban pertama dengan datangnya [[Daendels]] ke [[Jawa]] adalah [[Banten]]. Kasultanan Banten dibubarkan oleh [[Herman Willem Daendels|Daendels]].{{butuh rujukan}}
 
Pada masa [[Raffles]] memerintah [[Jawa]] menggantikan [[Jansens]], Kasultanan [[Yogyakarta]] terancam dibubarkan. Campur tangan [[Kadipatèn Mangkunagaran|Pura Mangkunegaran]] dengan [[Legiun Mangkunegaran]] berhasil mencegah pembubaran Kasultanan dengan penyelesaian berdirinya Kadipaten [[Paku Alaman]]. Solusi berdirinya kadipaten di wilayah Kasultanan [[Yogyakarta]] ini adalah kompromi untuk mencegah munculnya satu kerajaan dengan dua penguasa. Kompromi adalah solusi yang tepat karena tidak ada ketepatanniat untuk menyingkirkan [[Hamengku Buwono III|Sultan Hamengkubuwana III]] dan menggantinya dengan [[Natakusuma|Pangeran Natakusuma]] dan juga tidak ada ketepatanniat mempertahankan [[Hamengku Buwono III|Sultan Hamengkubuwana III]] dengan menyingkirkan [[Natakusuma|Pangeran Natakusuma]]. Contoh dari masa lalu yang berhasil untuk meredakan konflik yang berlarut adalah pembagian kekuasaan. Pada tanggal 17 Maret 1813, Kasultanan Yogyakarta dibelah menjadi dua kekuasaan. Bersamaan dengan pembelahan itu (masih zaman [[Raffles]]) [[Mangkunegaran|Pura Mangkunegaran]] mendapat tambahan wilayah masuk dalam kekuasaannya.{{butuh rujukan}}sebagai benefitnya.
=== Destabilisasi Kraton Jogja ===
 
Pada masa [[Raffles]] memerintah [[Jawa]] menggantikan [[Jansens]], Kasultanan [[Yogyakarta]] terancam dibubarkan. Campur tangan [[Kadipatèn Mangkunagaran|Mangkunegaran]] dengan [[Legiun Mangkunegaran]] berhasil mencegah pembubaran Kasultanan dengan penyelesaian berdirinya Kadipaten [[Paku Alaman]]. Solusi berdirinya Kadipaten di [[Yogyakarta]] ini adalah kompromi untuk mencegah munculnya satu kerajaan dengan dua penguasa.{{butuh rujukan}}
 
Kompromi adalah solusi yang tepat karena tidak ada ketepatan untuk menyingkirkan [[Hamengku Buwono III]] dan menggantinya dengan [[Natakusuma|Pangeran Natakusuma]] dan juga tidak ada ketepatan mempertahankan [[Hamengku Buwono III]] dengan menyingkirkan [[Natakusuma|Pangeran Natakusuma]]. Contoh dari masa lalu yang berhasil untuk meredakan konflik yang berlarut adalah pembagian kekuasaan. 17 Maret 1813 Yogyakarta dibelah menjadi dua kekuasaan. Bersamaan dengan pembelahan itu (masih zaman [[Raffles]] [[Mangkunegaran]] mendapat tambahan wilayah masuk dalam kekuasaannya.{{butuh rujukan}}
 
=== Kompromi Kekuasaan di Jogja ===
 
Konflik kekuasaan di [[Yogyakarta]] berakhir dengan dilantiknya Pangeran [[Natakusuma]] sebagai [[Paku Alam]] yang dihadiri oleh KGPAA. Mangkunegara II (yang dalamwaktu pelantikanitu masih Pangeran Prangwadana) mewakili dari Surakarta. Peran Paku Alaman dalam peta konflik di Yogyakarta menemukan bentuk baru dalam kedudukannya sebagai Pangeranpangeran merdeka. Purna sudah pembagian [[Mataram]] kedalam dua keratonkaraton dan dua kadipaten.{{butuh rujukan}}
 
== Menyikapi Perang Jawa 1825-1830 ==
 
Dalam tahun 1825 sampai tahun 1830 di Jawa dilanda perang yang menghadapkan Belanda pada Pasukanpasukan Pasukan DipanegaraDiponegoro. DalamDan dalam perang ini ''KGPAA. Mangkunegara II'' lebih mengambil sikap netral dandengan berjagahanya berjaga-jaga diperbatasansaja di perbatasan wilayah Kasultanan dan [[Mangkunegaran]]. Sikap berjaga -jaga ini sebagai upaya untuk membendung Perang DipanegaraDiponegoro agar tidak menjalar ke wilayah ''Pura Mangkunegaran'', serta menutup kemungkinan kemungkinan paraadanya pelarian perang memasuki wilayah prajaPraja sehinggaMangkunegaran menyeretnyayang dapat menyeret masuk dalam kancah perang.{{butuh rujukan}}
 
Mangkunegara II baru terlibat dalam perang jawa ini ketika Sultan [[Hamengkubuwana V]] terjebak dalam kepungan pasukan Dipanegara dan Mangkunegaran dimintai bantuan untuk mengusir pasukan pasukan pengepung. Kasultanan Yogyakarta yang dalam perang Jawa terdesak oleh pasukan pasukan Dipanegara dengan Sultan [[Hamengkubuwana V]] terkepung, meminta bantuan pasukan yang disampaikan melalui Belanda untuk membantu menghalau pasukan pasukan Pangeran Dipanegara.{{butuh rujukan}}
 
Mangkunegaran sebagai Kadipaten sosok pemimpinnya disebut sebagai Adipati yaitu Raja muda karena asal muasal Mendirikan Mangkunegaran adalah untuk membangkitkan kembali Sosok Putra Mahkota Mataram yang tergusur yaitu [[Pangeran Adipati Arya Mangkunegara]] Kartasura. Nama dari Mangkunegara yang tergusur di kartasura adalah orang tua dari pendiri Mangkunegaran yang terkenal dengan nama [[Pangeran Sambernyawa]].{{butuh rujukan}}
 
DiKGPAA. bawah pemerintahan ''Mangkunegara II'' Kekuatanbaru milterterlibat dalam Perang Jawa ini ketika diminta bantuan untuk membantu Sultan [[Hamengkubuwana V]] yang terjebak dalam kepungan pasukan Diponegoro dan Pura Mangkunegaran dimintai bantuan untuk mengusir para pasukan pengepung. Kasultanan Yogyakarta yang terdesak oleh pasukan Diponegoro juga meminta bantuan pasukan pada Belanda untuk ikut serta membantu menghalau pasukan Pangeran Diponegoro. Sehingga karena diminta bantuan atauinilah, Legiun Mangkunegaran akhirnya tidak bisa bersikap netral kembalilagi sehubungan dengan keselamatan [[Sultan Hamengkubuwana V]] beradayang dalam posisisedang terkepung oleh Pasukan lawan. Kolonel Wiranegara selaku komandan pasukan Kasultanan mengajukan bantuan pasukan untuk menerobos kepungan kepada pemerintah Hindia Belanda yang selanjutnya menyampaikan kepada pihak Mangkunegaran untuk memenuhinya.{{butuh rujukan}}
 
''Sultan Hamengkubuwana V'' dengan dibantu oleh pasukan dari Kasultanan, Kasunanan, Paku Alaman dan Mangkunegaran akhirnya dapat diselamatkan dari kepungan dan penangkapan.{{butuh rujukan}}