Mangkunegara II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 30:
}}
 
'''Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara II''' adalah Adipati kedua dari Pura Mangkunegaran. Kekuasaannya berlangsung selama kurang lebih 4039 tahun (1796-1835) dan banyak terlibat dalam persaingan politik yang penting. Bahkan Legiun Mangkunegaran yang berada di bawah kendali perintahnya juga terlibat dalam [[Perang Srondol]] untuk membantu pasukan gabungan [[Prancis]] - [[Belanda]] melawan [[Inggris]] yang menguasai [[Nusantara]], penyerangan Inggris ke [[Kesultanan Yogyakarta|Yogyakarta]] tahun 1812, serta [[Perang Jawa]] membantu [[Kesultanan Yogyakarta]] melawan pasukan [[Diponegoro]] (1825 - 1830).
 
== Asal Usul ==
Baris 79:
Dalam dua periode Gubernur Jenderal ([[Daendels]] dan [[Raffles]]), Yogyakarta ditekan dengan kekuatan militer untuk memaksa [[Hamengku Buwono II|Sultan Hamengkubuwana II]] turun tahta. Desember tahun 1810 Daendels dengan pasukan 4.200 tentara menyerbu Yogyakarta. Daendels menurunkan [[Hamengku Buwono II|Sultan Hamengkubuwana II]] kemudian mengangkat putera mahkota Yogyakarta sebagai Sultan [[Hamengku Buwono III|Hamengkubuwana III]] dan kembali ke Batavia dengan membawa Pangeran Natakusuma sebagai tawanan. Pada bulan Juli 1812, Raffles dengan 2.000 tentara menyerbu Yogyakarta. Waktu yang bersamaan Tentara Gurkha-Spehi yang datang ke Jawa bersama Inggris terlibat rencana pemberontakan terhadap kekuasaan Inggris karena beredar desas-desus bahwa mereka akan dijual ke Belanda dan ditinggalkan [[Inggris]] sehingga untuk memperbesar jumlah pasukan dalam menekan Yogyakarta, maka Raffles mengkontak [[Pangeran Prangwadana]] dari [[Kadipatèn Mangkunagaran|Pura Mangkunegaran]] untuk mengerahkan [[Legiun Mangkunegaran]] guna mendukung pasukan [[Natakusuma]]. Kekuatan Eropa yang datang ke Jawa adalah kekuatan yang memiliki kemampuan untuk memaksa karena dilengkapi dengan pasukan tempur yang sangat memadai. Terhadap yang mementang maka kekuatan ini tidak segan-segan untuk bertindak keras bahkan kalau perlu membubarkan kekuasaan dan penguasa tradisional di [[Jawa]]. Korban pertama dengan datangnya [[Daendels]] ke [[Jawa]] adalah [[Banten]]. Kasultanan Banten dibubarkan oleh [[Herman Willem Daendels|Daendels]].
 
=== Destabilisasi karaton JogjaYogyakarta ===
 
Pada masa [[Raffles]] memerintah [[Jawa]] menggantikan [[Jansens]], Kasultanan [[Yogyakarta]] terancam dibubarkan. Campur tangan [[Kadipatèn Mangkunagaran|Pura Mangkunegaran]] dengan [[Legiun Mangkunegaran]] berhasil mencegah pembubaran Kasultanan dengan penyelesaian berdirinya Kadipaten [[Paku Alaman]]. Solusi berdirinya kadipaten di wilayah Kasultanan [[Yogyakarta]] ini adalah kompromi untuk mencegah munculnya satu kerajaan dengan dua penguasa. Kompromi adalah solusi yang tepat karena tidak ada niat untuk menyingkirkan [[Hamengku Buwono III|Sultan Hamengkubuwana III]] dan menggantinya dengan [[Natakusuma|Pangeran Natakusuma]] dan juga tidak ada niat mempertahankan [[Hamengku Buwono III|Sultan Hamengkubuwana III]] dengan menyingkirkan [[Natakusuma|Pangeran Natakusuma]]. Contoh dari masa lalu yang berhasil untuk meredakan konflik yang berlarut adalah pembagian kekuasaan. Pada tanggal 17 Maret 1813, Kasultanan Yogyakarta dibelah menjadi dua kekuasaan. Bersamaan dengan pembelahan itu (masih zaman [[Raffles]]) [[Mangkunegaran|Pura Mangkunegaran]] mendapat tambahan wilayah masuk dalam kekuasaannya sebagai benefitnya.
 
=== Kompromi Kekuasaan di JogjaYogyakarta ===
 
Konflik kekuasaan di [[Yogyakarta]] berakhir dengan dilantiknya Pangeran [[Natakusuma]] sebagai [[Paku Alam]] yang dihadiri oleh KGPAA. Mangkunegara II (yang waktu itu masih Pangeran Prangwadana) mewakili dari Surakarta. Peran Paku Alaman dalam peta konflik di Yogyakarta menemukan bentuk baru dalam kedudukannya sebagai pangeran merdeka. Purna sudah pembagian [[Mataram]] kedalam dua karaton dan dua kadipaten.
Baris 91:
Dalam tahun 1825 sampai tahun 1830 di Jawa dilanda perang yang menghadapkan Belanda pada pasukan Diponegoro. Dan dalam perang ini KGPAA. Mangkunegara II lebih mengambil sikap netral dengan hanya berjaga-jaga saja di perbatasan wilayah Kasultanan dan [[Mangkunegaran]]. Sikap berjaga-jaga ini sebagai upaya untuk membendung Perang Diponegoro agar tidak menjalar ke wilayah Pura Mangkunegaran, serta menutup kemungkinan adanya pelarian perang memasuki wilayah Praja Mangkunegaran yang dapat menyeret masuk dalam kancah perang.
 
KGPAA. Mangkunegara II baru terlibat dalam Perang Jawa ini ketikakarena diminta bantuan untuk membantu Sultan [[Hamengkubuwana V]] yang terjebak dalam kepungan pasukan Diponegoro dan PuraLegiun Mangkunegaran dimintai bantuan untuk mengusir para pasukan pengepung. Karena Kasultanan Yogyakarta yang makin terdesak oleh pasukan Diponegoro, jugaakhirnya memintamembuat Kolonel Wiranegara selaku komandan pasukan Kasultanan harus mengajukan bantuan pasukan padakepada pemerintah Hindia Belanda untuk ikutmenerobos sertakepungan, membantuyang menghalauselanjutnya pasukanpermintaan Pangerantersebut Diponegoroditeruskan pada pihak Surakarta. Sehingga karena diminta bantuan inilah, Legiun Mangkunegaran akhirnya tidak bisa bersikap netral lagi sehubungan dengan keselamatan [[Sultan Hamengkubuwana V]] yang sedang terkepung. KolonelAkhirnya Wiranegara selaku komandan pasukan Kasultanan mengajukandengan bantuan pasukan untukdari menerobosKasunanan, kepunganPakualaman kepadadan pemerintahMangkunegaran Hindiaakhirnya BelandaSultan yangHamengkubuwana selanjutnyaV menyampaikandapat kepadadiselamatkan pihakdari Mangkunegarankepungan untukdan memenuhinyapenangkapan.
 
''Sultan Hamengkubuwana V'' dengan dibantu oleh pasukan dari Kasultanan, Kasunanan, Paku Alaman dan Mangkunegaran akhirnya dapat diselamatkan dari kepungan dan penangkapan.{{butuh rujukan}}
 
== Konfigurasi Kekuasaan Setelah Perang Jawa ==
Bertambahnya satu pusat kekuasaan di Paku AlamanPakualaman menambah peta Politikpolitik tradisional di jawaJawa bahwa Mataram yang terbagi dalam dinasti tetap membawa corak asli yang dipadu dengan "yang baru". Pura Mangkunegaran sebagai salah satu dari kekuatan tradisional yang mengambil langkah dan membawa corak yang memberikanserta nuansa baru bagi pergantian suatu tahta. PaskaSetelah perangPerang Jawa selesai, KGPAA. Mangkunegara II masih memegang tampuk pemerintahan sampaihingga wafatnyawafat 1935dalam usia 69 tahun di malam Sabtu Pahing, 18 Pasa Jimakir 1762 windoe Sengara atau tanggal 17 Januari 1835, dengan sengkalan Sikara Jogya Muni Siti. Selanjutnya jenazah KGPAA. Mangkunegara II dimakamkan di Astana Mangadeg yang berada di wilayah Matesih, Karang AnyarKaranganyar satu komplekkompleks dengan kakeknya [[Pangeran Sambernyawa|KGPAA. Mangkunegara I / Pangeran Sambernyawa]].{{butuh rujukan}}
 
== Lihat pula ==
Baris 105 ⟶ 103:
 
* Peter Carey: The Power of Prophecy Prince Dipanagara and The End of An Old Older in Java 1785-1855,
* MC.Ricklefs; ''JogjakartaYogyakartakarta Under Sultan Mangkubumi'', 1755-1792, Sejarah Pembagian Jawa
* MC. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
* Djumadi, Thojip,Majalah ''SENANG'', Jakarta; 7 Maret 1982
Baris 111 ⟶ 109:
* Moedjanto, G., 1987, ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram'', Yogyakarta: Kanisius
* Purwadi. 2007. '''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
* Soekanto, Dr., ''Sekitar JogjakartaYogyakartakarta 1755-1825'' (Perjanjian Giyanti-Perang Dipanegara),Djakarta: Mahabarata-Amsterdam, 1952.
=== Catatan kaki ===
{{reflist}}