Perang Padri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
FelixJL111 (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
k tambahan rujukan |
||
Baris 137:
Dalam pelarian dan persembunyiannya, [[Tuanku Imam Bonjol]] terus mencoba mengadakan konsolidasi terhadap seluruh pasukannya yang telah bercerai-berai dan lemah, tetapi karena telah lebih 3 tahun bertempur melawan Belanda secara terus menerus, ternyata hanya sedikit saja yang tinggal dan masih siap untuk bertempur kembali.
Tuanku Imam Bonjol menyerah kepada Belanda pada Oktober 1837<ref>{{Cite web|last=Muhtarom|first=Iqbal|date=2021-10-25|title=Hari Ini 25 Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol Menyerah atau Ditangkap Belanda?|url=https://infotogel.top/|website=tempo.co|access-date=2023-07-27}}</ref>, dengan kesepakatan bahwa anaknya yang ikut bertempur selama ini, Naali Sutan Chaniago, diangkat sebagai pejabat kolonial Belanda.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Hadler|first=Jeffrey|date=2008/08|title=A Historiography of Violence and the Secular State in Indonesia: Tuanku Imam Bondjol and the Uses of History|url=https://www.cambridge.org/core/journals/journal-of-asian-studies/article/historiography-of-violence-and-the-secular-state-in-indonesia-tuanku-imam-bondjol-and-the-uses-of-history/E87E1A7ADBE2861999240C78C27C0829|journal=The Journal of Asian Studies|language=en|volume=67|issue=3|pages=971–1010|doi=10.1017/S0021911808001228|issn=1752-0401}} Halaman 986-989, 1002</ref>
Pada 23 Januari 1838 Imam Bonjol dibuang ke [[Cianjur]], pada akhir 1838 ia dipindahkan ke [[Pulau Ambon|Ambon]]. Pada 19 Januari 1839, Tuanku Imam Bonjol kembali dipindahkan ke Lotta, [[Kabupaten Minahasa|Minahasa]], dekat [[Manado]], dan di daerah inilah setelah menjalani masa pembuangan selama 27 tahun lamanya. Pada 8 November 1864, Tuanku Imam Bonjol meninggal dunia pada tanggal [[8 November]] [[1864]]. Beliau dimakamkan di tempat pengasingannya tersebut.
|