Gandari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 6 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
Baris 22:
Menurut kitab ''[[Mahabharata]]'', Gandari dijodohkan kepada [[Dretarastra]], pangeran sulung dari [[Hastinapura]], ibu kota [[Kerajaan Kuru]], sebuah wilayah yang kini merupakan [[Delhi]] dan [[Haryana]]. Pernikahannya direncanakan oleh [[Bisma]]. Ketika ia mengetahui bahwa calon suaminya adalah orang yang [[buta]], ia ikut menutup matanya sendiri agar merasakan kondisi yang sama dengan suaminya. Perasaannya saat menikahi orang buta tidak diuraikan dalam [[wiracarita]]. Dalam kisah populer dikatakan bahwa tindakan menutup mata sendiri merupakan pertanda dedikasi dan cinta. Sebaliknya, [[Irawati Karve]] dan beberapa cendekiawan mengulas bahwa tindakan menutup mata merupakan aksi protes kepada [[Bisma]], yang telah mengintimidasi Raja Gandhara agar menikahkan putrinya kepada pangeran buta dari [[Hastinapura]].<ref>[[Irawati Karve]], [[Yuganta: The End of an Epoch]], Chapter:3</ref>
 
Dalam kitab ''Mahabharata'' bagian ''[[Adiparwa]]'' bab ''Sambhawaparwa'', dikisahkan bahwa saat masih gadis, Gandari membuat Dewa [[Siwa]] terkesan akan tapa brata yang dilakukannya, dan menerima anugerah berupa 100 orang anak. Namun alasan ia melakukan tapa brata, serta alasan meminta anugerah tersebut, tidak dijelaskan lebih rinci. Salah satu alasan Bisma memilih Gandari sebagai menantu pertama Dinasti Kuru adalah adanya anugerah tersebut, sehingga menghapus kerisauannya akan masalah ketiadaan penerus takhta kerajaan.<ref>{{citation | url=https://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01111.htm | title=The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa, Book 1: Adi Parva | chapter=Shambava Parva. Section CX | author=Kisari Mohan Ganguli | year=1883–1896 | accessdate=2020-09-25 | archive-date=2022-12-03 | archive-url=https://web.archive.org/web/20221203081554/https://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01111.htm | dead-url=no }}</ref>
 
Kitab ''[[Mahabharata]]'' menguraikan pernikahannya sebagai awal dari konflik utama cerita. Dikisahkan bahwa [[Sangkuni]], adik Gandari merasa gusar karena pihak [[Hastinapura]]—setelah perang penaklukkan Gandhara yang menewaskan saudara-saudara Sangkuni—akhirnya menjodohkan putri negeri taklukannya dengan orang buta. Sangkuni pun bersumpah untuk menghancurkan [[Dinasti Kuru]] (keluarga raja Hastinapura), serta berperan sebagai provokator dalam konflik antara [[Korawa]] (para putra [[Dretarastra]]) dan [[Pandawa]] (para putra [[Pandu]]).<ref>{{Cite web|title=The Mahabharata, Book 1: Adi Parva: Sambhava Parva: Section CX|url=https://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01111.htm|access-date=2020-09-01|website=www.sacred-texts.com|archive-date=2022-12-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20221203081554/https://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01111.htm|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|last=varunthelannister|date=2019-05-17|title=Why Shakuni Wanted To Destroy Hastinapur - Was It Love For His Sister or Something More?|url=https://www.bonobology.com/was-it-love-for-his-sister-that-drove-shakuni-to-destroy-hastinapur/|access-date=2020-09-01|website=Bonobology.com|language=en-US|archive-date=2023-06-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230605061321/https://www.bonobology.com/was-it-love-for-his-sister-that-drove-shakuni-to-destroy-hastinapur/|dead-url=no}}</ref>
 
[[Dretarastra]] ditangguhkan sebagai penerus takhta karena kebutaan yang dideritanya, meskipun merupakan putra sulung, sehingga penerus takhta jatuh kepada [[Pandu]], adiknya. Setelah dikutuk oleh Resi [[Kindama]], Pandu memakzulkan diri dan berkhalwat bersama dua istrinya. Setelah itu, Dretarastra menjabat sebagai penjabat takhta Hastinapura, sehingga Gandari menjadi permaisuri.<ref>{{citebook |title= [[Yuganta: The End of an Epoch]] |page=29 |author= Irawati Karve}}</ref>
Baris 42:
 
Dikisahkan bahwa pada saat perang berkecamuk di [[Kurukshetra]], satu per satu putra Gandari gugur dalam pertempuran, tetapi [[Duryodana]] selaku putra sulung masih mampu bertahan. Karena tidak ingin kehilangan seluruh putranya, maka Gandari memberi anugerah kepada Duryodana agar putranya tersebut mendapat kekebalan terhadap berbagai serangan musuh. Ia menyuruh Duryodana mandi dan setelah itu datang menemui ibunya dalam keadaan telanjang. Pada saat Duryodana pergi untuk menemui ibunya, ia berpapasan dengan [[Kresna]] yang baru saja mengunjungi Gandari. Kresna mencemooh Duryodana yang tak tahu malu karena mau menghadap ibunya sendiri dalam keadaan telanjang. Oleh karena itu, Duryodana menutupi wilayah kemaluannya menggunakan daun, termasuk paha. Setelah itu ia pergi menemui ibunya.<ref>{{citejournal |title= Gandhari, the Rebel |publisher= Economic and Political Weekly
|volume= 29 |page=1517-1519}}</ref> Ketika [[Duryodana]] tiba, Gandari langsung membuka penutup matanya dan melihat Duryodana. Pada saat matanya terbuka, sinar ajaib muncul dan memberi kekuatan kepada Duryodana. Namun ketika ia mengetahui bahwa putranya menutupi wilayah kemaluannya termasuk paha, Gandari mengatakan bahwa wilayah tersebut tidak akan kebal oleh serangan musuh karena tidak mendapat siraman kekuatan. Meskipun bagian cerita ini tidak terkandung dalam naskah ''[[Mahabharata]]'' gubahan [[Byasa]], tetapi cukup populer dalam adaptasi ''Mahabharata'' masa kini, contohnya dalam seri ''Mahabharata'' B.R. Chopra.<ref>{{citation|url=https://www.timesnownews.com/spiritual/religion/article/mahabharat-shri-krishna-nitish-bhardwaj-puneet-issar-duryodhan-bhim-praveen-kumar/590568 |title=Why Gandhari removed her blindfold to see Duryodhana before his fight with Bhim on war's last day| date=12 Mei 2020| access-date=17 November 2020 |publisher=Times Now News| author=Times Now Digital|archive-date=2023-06-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20230609085003/https://www.timesnownews.com/spiritual/religion/article/mahabharat-shri-krishna-nitish-bhardwaj-puneet-issar-duryodhan-bhim-praveen-kumar/590568|dead-url=no}}</ref>
 
Dalam ''[[Sauptikaparwa]]'' diceritakan bahwa menjelang perang berakhir, seluruh adik Duryodana telah gugur, kecuali [[Yuyutsu]] (adik seayah, beda ibu) dan [[Dursala]] (adik perempuan). Akhir perang ditentukan melalui duel antara Duryodana melawan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]], dengan menggunakan senjata [[gada]]. Setelah pahanya yang tidak kebal dihantam oleh gada Bima, maka Duryodana roboh seketika. Ia mati secara perlahan dalam keadaan lumpuh dan berlumuran darah.<ref>{{citebook |title= Mahabharata Book 9 |volume= Shalya Parva |section= 60-61}}</ref>
Baris 55:
Setelah [[Pandawa]] memenangkan [[Perang Kurukshetra|pertempuran di Kurukshetra]], [[Yudistira]] mendapat restu untuk menjadi raja.
 
Dalam kitab ''[[Asramawasikaparwa]]'' diceritakan bahwa [[Dretarastra]] mulai menyadari umurnya yang tua dan memutuskan untuk mengembara sebagai pertapa ke dalam hutan di [[Himalaya]]. Gandari pergi menemaninya, bersama dengan [[Widura]], [[Kunti]], dan [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]]. Di sana, Dretarastra menjalani ritual api suci yang dikelilingi oleh Kunti, Gandari, dan Sanjaya. Namun angin membuat kobaran api membesar, lalu membakar hutan tempat mereka tinggal. Gandari, Kunti, dan Dretarastra yang bertenaga lemah akhirnya meninggal ditelan api tersebut, sedangkan Sanjaya yang masih memiliki sisa tenaga mampu menyelamatkan diri.<ref>{{citation | url=https://www.sacred-texts.com/hin/m15/m15037.htm | author=Kisari Mohan Ganguli | title=The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa, Book 15: Asramavasika Parva | chapter=Naradagamana-parva. Section XXXVII | publisher=Internet Sacred Text Archive | year=1883–1896 | accessdate=2020-11-18 | archive-date=2021-07-02 | archive-url=https://web.archive.org/web/20210702092119/https://sacred-texts.com/hin/m15/m15037.htm | dead-url=no }}</ref>
<!--
Dari pernikahannya dengan Dretarastra, mereka memiliki anak, antara lain Danurdara. Danurdara adalah salah satu dari kerabat [[Korawa|Sata Kurawa]]. Danurdara termasuk keluarga [[Korawa|Kurawa]] yang tidak terkenal dibandingkan saudara lainnya. Keberadaannya hampir tidak pernah ditemukan didalam cerita pedalangan, dan hanya sebagai tokoh pelengkap. Namun, ia mati dalam perang [[Baratayuda]] bersama para [[Korawa|Kurawa]] lainnya.