Halim Ambiya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 13:
}}
'''Abdul Halim Ambiya''' atau biasa dikenal '''Halim Ambiya''' (lahir di [[Kabupaten Indramayu|Indramayu]], [[Jawa Barat]], 12 Juli 1974) adalah pendiri dan pengasuh '''Pondok Tasawuf Underground''' di [[Indonesia]]. Melalui gerakan dakwah yang merangkul dan membina kaum marjinal dari kalangan [[punk]] dan jalanan ini, namanya mulai dikenal luas.
Sebagai pengamal dan juru dakwah [[Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah|Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN)]] [[Pondok Pesantren Suryalaya]],
Tokoh agama yang inspiratif ini mengawali kariernya sebagai [[wartawan]] dan [[dosen]], bahkan dia pun dikenal dikenal sebagai [[penulis]] dan [[editor]] buku-buku keislaman. Di tengah kesibukannya berdakwah dan membina santri-santri punk,
== Kehidupan Pribadi ==
Baris 34:
== Pendidikan ==
Pada tahun 1994, Halim Ambiya memulai kuliahnya di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Akidah dan Filsafat, [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta|IAIN]]/[[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta|UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]]. Pengenalan pada ilmu tasawuf banyak ia dapatkan di bangku kuliah. Menurutnya, di masa itu kurikulum dan silabus di jurusannya banyak memuat
"Alhamdulillah saya bersyukur dapat menimba ilmu dari guru-guru mulia. Saya mendapatkan
Aktivis [[Himpunan Mahasiswa Islam|Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)]] [[Ciputat, Tangerang Selatan|Ciputat]] ini mendapat kesempatan menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta|IAIN Jakarta]] di tahun 1997-1998, sebuah periode bersejarah bagi para aktivis ketika itu. Setelah meletus [[Reformasi Indonesia (1998–sekarang)|Reformasi '98]] dan sebelum menamatkan pendidikanya, Halim Ambiya sudah memulai kariernya di dunia [[Kewartawanan|jurnalistik]] sejak tahun 1998. Dia bergabung menjadi [[wartawan]] [[Jawa Pos Group]].
Kecintaannya pada ilmu tasawuf pun kian bertambah di akhir penyelesaian kuliahnya. Halim Ambiya merasa terpikat dengan
Halim Ambiya mengikuti program studi Sejarah dan Kebudayaan Islam di [[ISTAC]] selama 4 tahun. "Saya benar-benar seperti masuk pesantren lagi di ISTAC. Ini kampus internasional. Tradisi thuras di kampus ini luar biasa. Dan, perpustakaan ISTAC itu lengkap sekali. Bayangkan, manuskrip-manuskrip dari Perpustakaan Nasional Bosnia saja diboyong ke kampus ini. Di samping mendapat bimbingan langsung dari Prof. Alattas dan [[Wan Mohammad Nor Wan Daud|Prof. Dr. Wan Mohammad Nor Wan Daud]], kami banyak mendapat pengajaran profesor-profesor dari berbagai negara, seperti Turki, Sudan, Iran, Belanda, Jerman dan Amerika Serikat," tutur Halim.
"Saya merasa banyak mendapat berkah ilmu di Kuala Lumpur. Karena itu, pengalaman saya di Kuala Lumpur ini saya abadikan dalam novel saya berjudul [https://www.wattpad.com/579752617-sor-baujan-part-1-mahkamah Sor Baujan] dan Novel Indon Menjerit," ujarnya lagi. Di ISTAC ini, Halim Ambiya merasa banyak belajar dan mengkaji tentang sejarah dan kebudayaan Islam di [[Nusantara]], hal ini tampak jelas dalam cerita novelnya. Dirinya memiliki minat yang besar terhadap manuskrip-manuskrip Melayu mengenai
== Karier ==
Kecintaannya pada dunia penelitian dan penyuntingan buku-buku keislaman mulai berlanjut sepulang dari [[Malaysia]]. Halim Ambiya mulai terlibat dalam sejumlah penelitian, penerjemahan, dan penyuntingan buku-buku keislaman. Sejak 2007, dia bergabung sebagai
Karya-karya penyuntingan buku-bukunya bertengger di rak-rak toko buku [[Gramedia (toko buku)|Gramedia]], Gunung Agung, dan toko buku utama lainnya. Lebih dari 80 judul buku pernah disunting melalui kepiawaiannya. Halim Ambiya tak hanya menyunting buku-buku keislaman, namun juga buku-buku sosial-politik, ekonomi islam, psikologi, dan sejarah. Beberapa karya penyuntingannya antara lain [https://perpustakaan.jakarta.go.id/book/detail?cn=INLIS000000000828875 Psikologi Beragama] ([[Komaruddin Hidayat]]), [https://books.google.co.id/books?id=_b0Li32wPuMC&pg=PR6&lpg=PR6&dq=soraya+clues;+jejak-jejak+perjalanan+jiwa+halim+ambiya&source=bl&ots=xRRzLw1NBW&sig=ACfU3U0W1GvWYc9ZdUqZaWxb99GuzdhbQQ&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjuvK_SoLOAAxXF4TgGHVS9BJoQ6AF6BAgeEAM#v=onepage&q=soraya%20clues%3B%20jejak-jejak%20perjalanan%20jiwa%20halim%20ambiya&f=false Soraya Clues: Jejak-jejak Perjalanan Jiwa] ([[Soraya Haque]], Mizan Publika), [https://catalogue.nla.gov.au/Record/4201963 Opick, Oase Spiritual dalam Senandung] ([[Opick]], Mizan Publika), [https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=704291 Bangkit dari Terpuruk] (Masriyah Amva, Penerbit Buku Kompas), [https://books.google.co.id/books?id=rvtNzxe2EFoC&pg=PR4&lpg=PR4&dq=Indahnya+Doa+Rasulullah+halim+ambiya&source=bl&ots=4l7YDveFlk&sig=ACfU3U1u334klx8p8Fx2prhVEfNwGsiGxQ&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj5tYetobOAAxWzimMGHeeTAD8Q6AF6BAgfEAM#v=onepage&q=Indahnya%20Doa%20Rasulullah%20halim%20ambiya&f=false Indahnya Doa Rasulullah Bagiku] (Masriyah Amva, Penerbit Buku Kompas), Siklus Rezeki dengan Silva Method (Lasmono Dyar, Ufuk Publishing House), [https://books.google.co.id/books?id=no4NAL4EH-sC&pg=PA5&hl=id&source=gbs_selected_pages&cad=2#v=onepage&q&f=false 40 Nasehat Langit] (Syekh Abdul Hamid al-Anquri, Serambi), dan lain-lain. Berkat kepiawannya dalam penyuntingan buku, di tahun 2009-2010, Halim Ambiya dipercaya menjadi Redaktur Pelaksana di Rakyat Merdeka Magazine, sebuah majalah bulanan yang memuat biografi tokoh-tokoh nasional.
Halim Ambiya pun pernah mengabdikan dirinya untuk membantu mengajar di almamaternya. Namun, tidak di fakultas dimana dia kuliah dulu. Dia menjadi asisten Prof. Dr. Salam Harun, MA untuk mengajar mata kuliah tafsir di Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Halim Ambiya tumbuh menjadi konsultan dan kreator buku hingga kawan-kawan penerbitan buku menjuluki dirinya sebagai "''Ghost Writer"'', karena keahliannya dalam membuat konsep dan penyusunan buku. Dia terlibat dalam penyusunan buku-buku karya tokoh-tokoh nasional, anggota dewan, menteri dan pengambil kebijakan lainnya. Ketika ditanya, judul buku apa saja yang pernah disusunnya, Halim Ambiya menolak untuk menyebut.
Pada tahun 2012 akhir, Halim Ambiya mendirikan perusahaan penerbitan sendiri yang dia namakan Salima Publika, sebuah lembaga yang menerbitkan buku-buku keislaman. Diantara buku yang diterbitkan oleh penerbit ini antara lain;
▲Halim Ambiya pun pernah mengabdikan dirinya untuk membantu mengajar di almamaternya. Namun, tidak di fakultas dimana dia kuliah dulu. Dia menjadi asisten Prof Dr. Salam Harun,MA untuk mengajar mata kuliah tafsir di Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyar, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dari tahun 2007-2012.
Hingga sekarang Halim Ambiya masih menjadi Direktur Salima Publika. Lembaga yang
▲Halim Ambiya tumbuh menjadi konsultan dan kreator buku hingga kawan-kawan penerbitan buku menjuluki dirinya sebagai ''Ghost Writer'', karena keahliannya dalam membuat konsep dan penyusunan buku. Dia terlibat dalam penyusunan buku-buku karya tokoh-tokoh nasional, anggota dewan, menteri dan pengambil kebijakan lainnya. Ketika ditanya, judul buku apa saja yang pernah disusunnya, Halim Ambiya menolak untuk menyebut. ''"Biarkan itu menjadi misteri. Namanya juga Ghost Writer. Nggak ada nama saya disitu,"'' jawabnya sambil tertawa.
Karena kegelisahannya melihat fenomena budaya instan di kalangan
▲Pada tahun 2012 akhir, Halim Ambiya mendirikan perusahaan penerbitan sendiri yang dia namakan Salima Publika, sebuah lembaga yang menerbitkan buku-buku keislaman. Diantara buku yang diterbitkan oleh penerbit ini antara lain; ''Dahsyatnya Doa'' (Muhammad Agus Syafii), ''Mukjizat Huruf - Huruf Al-Qur'an'' (Didik Suharyo), ''Sunan Gunung Djati'' (Dadan Wildan), ''Sirrul Asrar; Rasaning Rasa'' (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, terj KH Zezen Zaenal Abidin Bazul Asyhab), ''Tafsir Al-Jailani'' (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani-terjemah), Wisdom Traveler (Imam Arkananto), ''DISC; The Soul of Selling'' (Evilin Kumala Warangian), dll.
"Saya merasa sedih melihat
▲Hingga sekarang Halim Ambiya masih menjadi Direktur Salima Publika. Lembaga yang dipimpinan ini tidak hanya berkutat pada penerbitan dan percetakan buku, tetapi juga pada penelitian-penelitian ilmiah terkait sejarah kebudayaan Islam di Nusantara, manuskrip-manuskrip Melayu, dan kebijakan publik. Apalagi di tengah kelesuan industri penerbitan buku di Indonesia, Halim Ambiya aktif mengkampanyekan literasi digital melalui media sosial.
Menurutnya, nama '''"Tasawuf Underground"''' adalah istilah yang pernah disampaikan oleh Prof. Dr. Aziz Dahlan, MA
▲Karena kegelisahannya melihat fenomena budaya instan di kalangan Milineal, yang mengikis tradisi intelektual pesantren, Halim Ambiya pada 8 Februari 2012 mendirikan apa yang dikenal sebagai Tasawuf Underground. Didampingi sahabatnya, Ade Irfan Abdurrahman, membuat ''fanspage'' di Facebook dengan nama Tasawuf Underground. Sebuah nama yang dianggap asing ketika itu. Halim Ambiya merasa terpancing untuk terlibat dalam dakwah digital melalui penyebaran karya-karya klasik Islam di Medsos, khususnya tentang ilmu tasawuf.
Halim Ambiya tak hanya merambah dakwahnya di
▲"Saya merasa sedih melihat Medos yang mengumbar syahwat ilmu tanpa sumber rujukan yang jelas. Hingga menjadi salah kaprah. Tasawuf diangap klenik. Bicara tasawuf tanpa rujukan. Karena itu, saya masuk mengenalkan wajah tasawuf yang ilmiah," tuturnya. Halim Ambiya memposting kalimat-kalimat hikmah tasawuf dari para tokoh sufi klasik, dengan mencantumkan sumber tujukan kitab yang representatif. Seperti memposting kalimat hikmah dari kitab-kitab seperti: ''Ihya Ulumudddin, Minhajul 'Abidin, Risalah Al-Qusyairiyah, Al-Hikam, Sirrul Asrar, Fatuhurrabani, Mastnawi, Fihi Ma Fihi, Nashaihul 'Ibad,'' dan sebagainya,
Dari sini, Ustadz Halim Ambiya mulai membuat pengajian secara ''
▲Menurutnya, nama "Tasawuf Underground" adalah istilah yang pernah disampaikan oleh Prof Dr. Aziz Dahlan, MA (Gurubesar ilmu tasawuf UIN Jakarta) dalam sebuah sidang skripsi mahasiswa Jurusan Akidah dan Filsafat, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. "Istilah Tasawuf Underground ini berasal dari Prof Aziz Dahlan, untuk menyebut fenomena seorang tokoh yang berkiprah dalam dakwah tasawuf dengan cara sembunyi-sembunyi terhadap para preman di Tanjung Priok, Jakarta. Dia tidak dikenal di bumi, tapi dikenal di langit," tuturnya lagi.
Di tahun 2017, Halim Ambiya mulai merambah dakwahnya ke kalangan marjinal, yakni anak-anak punk dan jalanan. Dirinya terjun langsung ke beberapa titik kelompok kalangan jalanan, seperti di perempatan Gaplek, Pondok Cabe, Pondok Aren, Tebet, Tanah Abang, Gondangdia, Kota Tua, Kebon Jeruk, Cipinang, dan lainnya. Halim Ambiya mulai merangkul secara personal satu per satu untuk ikut dalam kegiatan pengajiannya di kantor atau rumahnya. Kedua tempat inilah yang kelak menjadi embrio pendirian '''Pondok Pesantren Tasawuf Underground'''. ▼
Saat membuka pengajian di
▲Halim Ambiya tak hanya merambah dakwahnya di Medsos. Para pecinta ilmu tasawuf melalui akun Facebook dan Instagram Tasawuf Underground pun kian bertambah. Di tahun 2016, fanspage Tasawuf Underground diikuiti lebih dari 300.000 followers dan akun Instagramnya mencapat 60.000 followers lebih. Bahkan, Halim Ambiya akhirnya dikenal sebagai ''influencer'' ketika membuat viral puluhan lagu-lagu shalawat melalui akun Facebooknya. Jutaan viewers Facebook, Instagram, dan Youtube meramaikan video shalawat yang dikenalkannya. Group Nasyid bernama "Aleehya" yang dikenalkan Halim Ambiya pun kian dikenal oleh stasiun televisi nasional.
=== '''Perjalanan Karier:''' ===▼
▲Dari sini, Ustadz Halim Ambiya mulai membuat pengajian secara ''offair''. Dibantu sejumlah jamaah, Halim Ambiya membuka pengajian Tasawuf Underground di rumah dan kantor penerbitannya. Lalu, membuat pengajian yang disebutnya dengan ''Sufi After Hours''. Halim Ambiya membuka pengajian dari kafe ke kafe di Jakarta. Beberapa tokoh yang menjadi narasumber pengajian tasawuf ini antara lain; Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, Prof. Dr. Asep Usman Ismail, dan Dr. KH Ahmad Sodiq, MA.
▲Di tahun 2017, Halim Ambiya mulai merambah dakwahnya ke kalangan marjinal, yakni anak-anak punk dan jalanan. Dirinya terjun langsung ke beberapa titik kelompok kalangan jalanan, seperti di Gaplek, Pondok Cabe, Pondok Aren, Tebet, Tanah Abang, Gondangdia, Kota Tua, Kebon Jeruk, Cipinang dan lainnya. Halim Ambiya mulai merangkul secara personal satu per satu untuk ikut dalam kegiatan pengajiannya di kantor atau rumahnya. Kedua tempat inilah yang kelak menjadi embrio pendirian Pondok Pesantren Tasawuf Underground.
▲Saat membuka pengajian di Kolong Jembatan bersama anak punk dan jalanan di tahun 2019 inilah, Halim Ambiya dan Tasawuf Undergroud-nya menjadi viral di Medsos. Gerakan dakwahnya pun disambut banyak kalangan hingga meramaikan pemberitaan nasional dan internasional. Bahkan, setelah pendirian Pondok Tasawuf Underground di Ciputat, memancing berbagai kalangan akademik dan media untuk meneliti kiprah dakwahnya. Tercatat sudah ada 35 skripsi, 2 tesis dan 1 disertasi yang meneliti tentang kiprah Halim Ambiya dan Tasawuf Underground. Apalagi setelah Pengasuh Pondok Tasawuf Underground ini mendirikan lini usaha milik santri, seperti kafe, usaha laundry, bengkel motor, sablon kaos, cucia n mobil dan penjualan motor custom, Halim Ambiya mendapatkan panggung yang lebih besar untuk mengembangkan dakwah di kalangan anak punk dan jalanan.
▲'''Perjalanan Karier:'''
* Wartawan [[Jawa Pos Group]] (1998-2000)
* Staf Pengajar Fakultas Tarbiyah [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta]] (2007-2012)
Baris 119 ⟶ 110:
== Konsep Pengenalan "Peta Jalan Pulang" ==
Konsep Pengenalan '''Peta Jalan Pulang''' adalah sebuah metode dakwah yang diinisiasi oleh Ustaz Halim Ambiya dalam melakukan pendekatan terhadap para anak punk dan jalanan binaannya. Jalan pulang yang dimaksud adalah jalan pulang kepada [[Allah SWT]] dan jalan pulang kepada keluarga. Jalan pulang kepada Allah SWT yakni melalui pendidikan ruhani, dzikir, dan hidroterapi. Jalan pulang kepada keluarga yakni melakukan pemberdayaan sosial dan ekonomi dengan memberikan lapangan pekerjaan layak yang sesuai dengan hobi dan potensi mereka masing-masing.
== Penghargaan ==
|