Halim Ambiya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{Infobox person
|name = Halim Ambiya
|image = Potret Halim Ambiya (2021).jpg
|
|birth_date = {{birth date and age|1974|07|12}}
|birth_place = [[Indramayu]], [[Jawa Barat]],
|nationality = [[Indonesia]]
|education = Madrasah Ibtidaiyyah Tarbiyah wa Ta'lim, [[Bugis, Anjatan, Indramayu]]{{br}}Madrasah Tsanawiyah GUPPI, [[Bugis, Anjatan, Indramayu]]{{br}}Pondok Pesantren Modern Gading Kroya, [[Cilacap]]{{br}}SMA Muhammadiyah [[Haurgeulis, Indramayu]]
Baris 19:
Sebagai pengamal dan juru dakwah [[Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah|Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah (TQN)]] [[Pondok Pesantren Suryalaya]], Kyai Halim Ambiya mengaku menggunakan "Konsep Inabah" yang diajarkan Guru [[Mursyid]] [[Abah Anom|Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin (Abah Anom)]] dalam melakukan terapi rohani terhadap santrinya. Dia menggunakan metode [[Zikir|dzikir]], [[Salat|shalat]], dan [[hidroterapi]] untuk menyadarkan anak-anak binaannya dan melepas ketergantungan mereka pada narkoba dan psikotropika.
Halim Ambiya menamakan program dakwahnya dengan istilah '''Pengenalan Peta Jalan Pulang.''' Melalui program ini, santri binaannya tak hanya diajarkan pendidikan rohani melalui shalat, dzikir, pembacaan [[Al-Qur'an|Al-Quran]], dan kitab-kitab, tetapi juga dengan melakukan pemberdayaan ekonomi dan sosial. Anak-anak punk dan jalanan binaannya diberi pembekalan dan pelatihan, serta praktik [[kewirausahaan]]. Kini,
Tokoh agama yang inspiratif ini mengawali kariernya sebagai [[wartawan]] dan [[dosen]], bahkan dia pun dikenal dikenal sebagai [[penulis]] dan [[editor]] buku-buku keislaman. Di tengah kesibukannya berdakwah dan membina santri-santri punk, Halim Ambiya hingga sekarang masih menggeluti dunia penerbitan buku.
Baris 46:
Halim Ambiya mengikuti program studi Sejarah dan Kebudayaan Islam di ISTAC selama 4 tahun. "Saya benar-benar seperti masuk pesantren lagi di ISTAC. Ini kampus internasional. Tradisi thuras di kampus ini luar biasa. Dan, perpustakaan ISTAC itu lengkap sekali. Bayangkan, manuskrip-manuskrip dari Perpustakaan Nasional Bosnia saja diboyong ke kampus ini. Di samping mendapat bimbingan langsung dari Prof. Alattas dan [[Wan Mohammad Nor Wan Daud|Prof. Dr. Wan Mohammad Nor Wan Daud]], kami banyak mendapat pengajaran profesor-profesor dari berbagai negara, seperti [[Turki]], [[Sudan]], [[Iran]], [[Belanda]], [[Jerman]], dan [[Amerika Serikat]]," tutur Halim.
"Saya merasa banyak mendapat berkah ilmu di [[Kuala Lumpur]]. Karena itu, pengalaman saya di
== Karier ==
Baris 57:
Halim Ambiya tumbuh menjadi konsultan dan kreator buku hingga kawan-kawan penerbitan buku menjuluki dirinya sebagai "''Ghost Writer"'' karena keahliannya dalam membuat konsep dan penyusunan buku. Dia terlibat dalam penyusunan buku-buku karya tokoh-tokoh nasional, anggota dewan, menteri dan pengambil kebijakan lainnya. Ketika ditanya, judul buku apa saja yang pernah disusunnya, Halim Ambiya menolak untuk menyebut. "Biarkan itu menjadi misteri. Namanya juga g''host writer''. Nggak ada nama saya disitu," jawabnya sambil tertawa.
Pada tahun 2012 akhir, Halim Ambiya mendirikan perusahaan penerbitan sendiri yang dia namakan '''Salima Publika''', sebuah lembaga yang menerbitkan buku-buku keislaman. Diantara buku yang diterbitkan oleh penerbit ini, antara lain, Dahsyatnya Doa (Muhammad Agus Syafii), Mukjizat Huruf-Huruf Al-Qur'an (Didik Suharyo), Sunan Gunung Djati (Dadan Wildan), Sirrul Asrar: Rasaning Rasa ([[Abdul Qadir al-Jailani|Syekh Abdul Qadir al-Jailani]], terjemahan K.H. Zezen Zaenal Abidin Bazul Asyhab), Tafsir Al-Jailani (
Hingga sekarang Halim Ambiya masih menjadi Direktur Salima Publika. Lembaga yang dipimpin ini tidak hanya berkutat pada dunia penerbitan dan percetakan buku, tetapi juga pada penelitian-penelitian ilmiah terkait sejarah kebudayaan Islam di [[Nusantara]], manuskrip-manuskrip Melayu, dan kebijakan publik. Apalagi di tengah kelesuan industri penerbitan buku di [[Indonesia]], Halim Ambiya aktif mengkampanyekan literasi digital melalui media sosial.
Karena kegelisahannya melihat fenomena budaya instan di kalangan [[milenial]] yang mengikis tradisi intelektual pesantren, pada tanggal 8 Februari 2012, Halim Ambiya mendirikan apa yang dikenal sebagai [[Tasawuf Underground]]. Didampingi sahabatnya, Ade Irfan Abdurrahman, Halim Ambiya membuat ''fans page'' di [[Facebook]] dengan nama
"Saya merasa sedih melihat media sosial yang mengumbar syahwat ilmu tanpa sumber rujukan yang jelas hingga menjadi salah kaprah. Tasawuf dianggap [[klenik]]. Bicara tasawuf tanpa rujukan. Karena itu, saya masuk mengenalkan wajah tasawuf yang ilmiah," tuturnya. Halim Ambiya mengunggah kalimat-kalimat hikmah tasawuf dari para tokoh [[sufi]] klasik, dengan mencantumkan sumber rujukan kitab yang representatif, seperti kalimat hikmah dari kitab-kitab [[Ihya Ulumuddin|Ihya Ulumudddin]], [[Minhajul Abidin]], Risalah al-Qusyairiyah, Al-Hikam, Sirrul Asrar, Fathu Rabbani, Matsnawi, Fihi Ma Fihi, Nashaihul 'Ibad, dan sebagainya.
Menurutnya, nama "[[Tasawuf Underground]]" adalah istilah yang pernah disampaikan oleh [[Abdul Aziz Dahlan|Prof. Dr. H. Abdul Aziz Dahlan]] (Guru Besar Ilmu Tasawuf [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta|UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]]) dalam sebuah sidang skripsi mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin,
Halim Ambiya tak hanya merambah dakwahnya di media sosial. Para pecinta ilmu tasawuf melalui akun
Dari sini, Ustadz Halim Ambiya mulai membuat pengajian secara ''off air''. Dibantu sejumlah jemaah, dia membuka pengajian [[Tasawuf Underground]] di rumah dan kantor penerbitannya. Lalu, membuat pengajian yang disebutnya sebagai '''Sufi After Hours'''.
Di tahun 2017, Halim Ambiya mulai merambah dakwahnya ke kalangan marjinal, yakni anak-anak punk dan jalanan. Dirinya terjun langsung ke beberapa titik kelompok kalangan jalanan, seperti di perempatan Gaplek ([[Pondok Cabe Udik, Pamulang, Tangerang Selatan|Pondok Cabe]]), [[Pondok Aren, Tangerang Selatan|Pondok Aren]], [[Tebet, Jakarta Selatan|Tebet]], [[Tanah Abang, Jakarta Pusat|Tanah Abang]], [[Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat|Gondangdia]], [[Kota Tua Jakarta|Kota Tua]], [[Kebon Jeruk, Jakarta Barat|Kebon Jeruk]], [[Cipinang, Pulo Gadung, Jakarta Timur|Cipinang]], dan lainnya. Halim Ambiya mulai merangkul secara personal satu per satu anak punk dan jalanan untuk ikut dalam kegiatan pengajiannya di kantor atau rumahnya. Kedua tempat inilah yang kelak menjadi embrio pendirian [[Tasawuf Underground|Pondok Pesantren Tasawuf Underground]].
Saat membuka pengajian di kolong jembatan bersama anak punk dan jalanan, di tahun 2019 inilah, Halim Ambiya dan Tasawuf Undergroud-nya menjadi viral di media sosial. Gerakan dakwahnya pun disambut banyak kalangan hingga meramaikan pemberitaan nasional dan internasional. Bahkan, setelah pendirian
=== '''Perjalanan Karier''' ===
Baris 81:
* ''Freelance'' Editor di Mizan, Penerbit Buku Kompas, [[Rakyat Merdeka]] Books, Serambi, Ufuk Publishing House dan [[Republika (surat kabar)|Republika]] (2007-2012)
* Direktur Salima Publika (2012-sekarang)
* Admin
* Pengasuh
== Tasawuf Underground ==
[[Berkas:Logo Tasawuf Underground.jpg|jmpl|Logo [[Tasawuf Underground]].<ref>{{Cite web|title=Tasawuf Underground|url=https://www.facebook.com/tasawufunderground|website=www.facebook.com|language=id|access-date=2023-07-29}}</ref> ]]
=== Komunitas Tasawuf Underground ===
[[Tasawuf Underground]] sebagai komunitas yang didirikan oleh Halim Ambiya pada tanggal 8 Februari 2012. Dibantu oleh sahabatnya, Ade Irfan Abdurahman, membuat akun ''fans page'' dengan akun pribadi Halim Ambiya di [[Facebook]] dengan nama
Menurut Halim Ambiya, tujuan pendirian [[Tasawuf Underground]] untuk menjawab kegelisahan intelektualnya yang melihat miskinnya tradisi ilmiah di media sosial seperti
Sejak itu, Halim Ambiya mulai mengunggah kutipan dan kajian hikmah tasawuf yang bersumber dari kitab-kitab rujukan ilmu tasawuf seperti, kitab Al-Hikam karya [[Ibnu Atha'illah as-Sakandari|Syekh Ibnu Atha'illah]]; kitab Sirrul-Asrar, Fathu Rabbani, Al-Ghunyah, Futuhul-Ghaib, Tafsir Al-Jailani karya [[Abdul Qadir al-Jailani|Syekh Abdul Qadir al-Jailani]]; kitab Ihya Ulumuddin, Minhajul Abidin, Bidayatul Hidayah, Al-Mawaizh fi Al-Ahadis Al-Qudsiyyah karya [[Al-Ghazali|Imam al-Ghazali]]; kitab Risalah Al-Qusyairiyah karya [[Al-Qusyairi|Imam Al-Qusyairi]]; kitab Matsnawi dan Fihi Ma Fihi karya [[Jalaluddin Rumi|Maulana Jalaluddin Rumi,]] dan kitab-kitab rujukan ilmu tasawuf lainnya. Tujuannya agar masyarakat di media sosial mendapatkan pelajaran ilmu tasawuf dari rujukan ilmu yang representatif.
Lebih dari 3.000 artikel dan kutipan mengenai tasawuf ditulis oleh Halim Ambiya dan diunggah melalui
Untuk mengembangkan dakwahnya, Halim Ambiya pun tak hanya menyelenggarakan pengajian ''online'', tetapi juga pengajian ''off air''. Dia membuat pengajian di rumah, kantor, dan dari kafe ke kafe dalam sebuah program yang disebutnya sebagai '''Sufi After Hours'''. Kebanyakan jemaahnya adalah mereka yang mengikuti [[Tasawuf Underground]] di
Beberapa tokoh yang menjadi narasumber pengajian ''Sufi After Hours'' ini, antara lain, Prof. Dr. H. Kautsar Azhari Noer, beliau dikenal luas sebagai guru besar ilmu tasawuf yang mendalami filsafat dan tasawuf [[Ibnu Arabi|Syekh Ibnu Arabi]]; Prof. Dr. Rd. Mulyadhi Kartanegara, beliau bicara seputar puisi-puisi [[Jalaluddin Rumi|Maulana Jalaluddin Rumi]], karena sang profesor adalah pakar dalam pemikiran
Langkah dakwah Halim Ambiya di media sosial mendapat sambut besar. Akun ''fans page''
Di tahun 2013 sampai 2015, Halim Ambiya mengabdikan dirinya untuk ikut terlibat dalam pembinaan anak-anak yatim piatu dan dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan, [[Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan]]. Setiap hari Minggu mengajar
Pada 2016, Halim Ambiya mulai membuka kelas pengajian [[Tasawuf Underground]] di rumahnya dan mengajak keterlibatannya dalam aksi nyata sosial-kemanusiaan. Dia merangkul anak jalanan untuk dibina dan dilatih
'''Merangkul Anak Punk dan Jalanan'''
Baris 109:
Halim Ambiya melihat bahwa agama terlalu melangit bila hanya dipelajari di dunia maya, tidak ''down to earth.''<ref name=":0">{{Cite news|date=31 Mei 2019|via=YouTube|title=HALIM AMBIYA, PENDIRI TASAWUF UNDERGROUND {{!}} HITAM PUTIH (31/05/19) PART 2|url=https://www.youtube.com/watch?v=MzdY9FaNIO0|work=TRANS7 OFFICIAL|type=Video|access-date=29 Juli 2023}}</ref> Dari pemikiran itu, dia mencoba untuk melakukan pendekatan terhadap anak punk dan jalanan secara pribadi. Di akhir tahun 2016, Halim Ambiya mulai merangkul anak-anak punk dan jalanan di sekitar [[Jabodetabekpunjur|Jabodetabek]] dengan lebih intensif. Awalnya, Halim mendekati mereka di perempatan Gaplek, [[Pondok Cabe Udik, Pamulang, Tangerang Selatan|Pondok Cabe]], [[Kota Tangerang Selatan]] dengan cara berkawan. “Di awal kita ngopi bareng. Lambat laun mereka sendiri yang mau belajar ngaji dan shalat,” tuturnya.<ref>{{Cite news|last=Afdhal|first=Muhammad|date=12 Januari 2021|title=Halim Ambiya, Ustadnya Anak Jalanan|url=https://jatman.or.id/halim-ambiya-ustadnya-anak-jalanan/|work=JATMAN Online|access-date=28 Juli 2023}}</ref> Halim tidak mengenalkan dirinya sebagai ustadz atau kyai di hadapan anak-anak punk dan jalanan, melainkan hadir menjadi sahabat bagi anak-anak punk dan jalanan, datang sebagai guru bagi mereka, serta menjadi ayah ideologis bagi mereka.<ref name=":1">{{Cite news|date=9 April 2021|via=YouTube|title=Halim Ambiya Sempat Risih Dipanggil Ustadz, Apa Alasannya? {{!}} E-Talkshow tvOne|url=https://www.youtube.com/watch?v=vk-biMu_UqE|work=tvOneNews|type=Video|access-date=29 Juli 2023}}</ref> Halim Ambiya mengungkapkan:<blockquote>''"Rasulullah tidak memanggil Abu Bakar, Utsman, Umar, Ali sebagai 'tilmid' atau 'thalib', tapi memanggilnya sebagai 'shohib', sebagai sahabat. Jadi, konsep persahabatan adalah metodologi dakwah yang paling pas. Karenanya, perlu mendekati anak punk dan jalanan itu dengan sebuah konsep persahabatan."''<ref name=":1" /></blockquote>Melalui kegiatan nyata sosial, kemanusiaan dan keagamaan, Halim Ambiya ingin agar pengamalan ilmu tasawuf dapat dirasakan dampaknya bagi masyarakat luas. Salah satu model dakwah tasawuf yang dia lakukan adalah dengan pemberdayaan anak punk dan jalanan, baik secara agama, ekonomi, dan sosial. “Tasawuf bukan hanya ilmu langit, tapi juga ilmu bumi. Ilmu yang penerapannya vertikal dan horizontal, ''habblum minallah wa hablum minannas,”'' tuturnya lagi.
Halim Ambiya menjelaskan bahwa tujuannya merangkul anak punk dan jalanan sebagai anak binaan adalah karena masyarakat marjinal ini tak tersentuh oleh para juru dakwah pada umumnya. Ini adalah program yang sangat menantang bagi Halim Ambiya. “Sebab, ilmu tasawuf boleh dikatakan sebagai bagian dari [[psikologi]] dan [[psikoterapi]] dalam Islam, maka saatnya saya mempraktikkannya untuk merangkul anak punk dan jalanan. Sebagian besar dari mereka berlatar belakang keluarga ''broken home,'' terpapar [[narkoba]], seks dan pergaulan bebas, kenakalan remaja, dan kriminalitas lainnya, maka menjadi ranah dakwah yang jarang disentuh. Dari situ, akhirnya ada upaya berbagi cerita, berbagi berkah, dan berbagi ilmu. Mereka sendiri yang ingin ikut bergabung dengan saya, ikut mengaji, dan belajar shalat,” lanjutnya.<ref>{{Cite news|last=Celesta|first=Nada|date=28 Agustus 2022|title=Kisah Ustaz 'Punk', Dirikan Pesantren untuk Punkers Jalanan|url=https://news.detik.com/berita/d-6258339/kisah-ustaz-punk-dirikan-pesantren-untuk-punkers-jalanan|work=detikNews|access-date=29 Juli 2023}}</ref>
Menurutnya, anak punk dan jalanan itu unik. Cara mereka berpakaian, ''style'' rambut, dan gaya hidup mereka pun berbeda dan sangat mencolok. Hobi musiknya pun berbeda, cara berpikir dan ideologi mereka yang anti kemapanan dan selalu melakukan pemberontakan terhadap keluarga dan masyarakat menjadikan mereka dicap negatif dari masyarakat luas. Stigma masyarakat seperti itu yang sedang ditentang oleh Halim Ambiya melalui serangkaian dakwah yang merangkul dan bukan memukul. “Bagi saya, punk itu bukan kriminal, tapi hanya sekadar gaya hidup dan aliran musik yang patut dihargai. Maka, tugas kita adalah membawa mereka ke jalur yang benar, menjauhkan dari narkoba dan tindak kriminal lainnya,” ungkap Halim.
Baris 115:
Secara organisatoris, [[Tasawuf Underground]] sebagai komunitas dan pondok pesantren berada di bawah Yayasan Bahjatun-Nufus. Akta Notaris Nomor 03 Tanggal 10 Maret, Syafiuddin Zuhri, SH, MKn. SK Kemenkumham RI Nomor AHU-0003650.AH.01.04. Tahun 2015. Namun, Halim Ambiya tidak menjadikan yayasan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), atau jabatan apa pun sebagai 'baju' yang melekat pada dirinya untuk melakukan pendekatan terhadap anak punk dan jalanan. Dia hadir sebagai Halim Ambiya secara pribadi untuk meyakinkan anak-anak binaanya.
Halim Ambiya mengatakan
==== Pengajian di Kolong Jembatan ====
Pada tahun 2018, [[Tasawuf Underground|Komunitas Tasawuf Underground]] yang dipimpin oleh Ustadz Halim Ambiya ini menggelar pengajian di beberapa titik di sekitar [[Jabodetabekpunjur|Jabodetabek]], seperti di [[Ciputat, Tangerang Selatan|Ciputat]], [[Sawangan, Depok|Sawangan]], [[Parung, Bogor|Parung]], [[Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang Selatan|Pondok Ranji]], [[Tebet, Jakarta Selatan|Tebet]], [[Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat|Gondangdia]], [[Tanah Abang, Jakarta Pusat|Tanah Abang]], [[Cipinang, Pulo Gadung, Jakarta Timur|Cipinang]], [[Tanjung Priok, Jakarta Utara|Tanjung Priok]], dan [[Kebon Jeruk, Jakarta Barat|Kebon Jeruk]]. Terdapat sekitar 120 anak punk dan jalanan binaan
Dibantu oleh para relawan yang dihimpun melalui Facebook dan Instagram Tasawuf Underground, puluhan anak punk dan jalanan belajar membaca
Langkah ini membuat kegiatan Tasawuf Underground menjadi viral di media sosial. Media cetak dan elekronik
Halim Ambiya benar,
Selain itu, Halim Ambiya juga selalu mencari cara agar anak-anak binaannya meninggalkan
=== Pondok Tasawuf Underground ===
|