Halim Ambiya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 25:
== Kehidupan Pribadi ==
Halim Ambiya, pendakwah yang mendedikasikan ilmu dan amalnya untuk merangkul, mendidik, dan mengajar anak-anak punk dan jalanan ini terlahir dari keluarga [[santri]]. Sejak belia, putra kedua pasangan Abdul Wahid dan Muslihah ini mendapat pendidikan agama langsung dari kakek dan paman-pamannya, K.H. Abdul Muin ZA, K.H. Zaenal Arifin Said, Kyai Hasan Basyari, dan Kyai Tarmidzi.
Selain mengikuti pendidikan Sekolah Dasar (SD) di pagi hari di Desa [[Bugis, Anjatan, Indramayu|Bugis, Kecamatan Anjatan, Indramayu]], Halim kecil juga menempuh pendidikan agama di lembaga yang didirikan oleh sang kakek (K.H. Abdul Muin)—sebuah lembaga yang dikenal dengan "Yayasan Dewi Sartika." Di sore hari, dia pun mengikuti pelajaran agama di [[Madrasah ibtidaiah|Madrasah Ibtidaiyah]] (MI) Tarbiyah wa Ta'lim yang didirikan keluarganya tersebut. Setelah menamatkan SD dan MI sekaligus, Halim melanjutkan [[Madrasah sanawiah|Madrasah Tsanawiyah]] (MTs) GUPPI Bugis pada yayasan serupa.
Saat ditanya mengenai keberaniannya untuk berdakwah di kalangan preman bertato, Halim menyebut bahwa keberaniannya sudah didapat dari kakek dan pamannya. "Dulu di zaman operasi [[Penembakan misterius|Petrus]], di sungai desa saya menjadi tempat pembuangan mayat para korban operasi itu, Hampir tiap minggu saya melihat mayat. Kebanyakan penjahat yang mati itu bertato. Maka, banyak preman bertato yang tidak ada sangkut pautnya dengan kejahatan berat merasa ketakutan. Nah, akhirnya ada saja preman bertato yang menjadi santri kakek saya. Jadi, saya sudah biasa bergaul dengan preman sejak kecil," aku Halim.<ref name=":2">Wawancara dengan Ustadz Halim Ambiya, tanggal 28 Juli 2023 di Pondok Tasawuf Underground.</ref>
Kecintaannya terhadap ilmu agama pun kian berlanjut. Halim Ambiya melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Gading, [[Kroya, Cilacap]] di bawah asuhan K.H. Amin Ma'mun Basya. [[Pesantren]] yang menggabungkan sistem pendidikan [[Pesantren Salaf|salaf]] (tradisional) dan [[Pesantren modern|khalaf]] (modern) ditempuh dari tahun 1989-1993. Halim tidak hanya mendapatkan pelajaran berbasis kurikulum ala Kulliatul Mua'limin Al-Islamiyah (KMI) Gontor, tetapi juga mendapat pengayaan pengajaran kitab-kitab thuras ala pesantren Nahdliyyin.
Di tahun 1994, Halim Ambiya mengikuti pendidikan formal di SMA Muhammadiyah, [[Haurgeulis, Indramayu]]. Bukan tanpa alasan dirinya menamatkan SMA di lembaga tersebut, sebab dirinya lahir di tengah keluarga aktivis [[Nahdlatul Ulama
== Pendidikan ==
Pada tahun 1994, Halim Ambiya memulai kuliahnya di Fakultas Ushuluddin, Program Sarjana (S1) Aqidah dan Filsafat Islam, [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta|UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]]. Pengenalan pada ilmu [[Sufisme|tasawuf]] banyak ia dapatkan di bangku kuliah. Menurutnya, di masa itu [[kurikulum]] dan [[silabus]] di jurusannya banyak memuat mata kuliah terkait tasawuf. Hampir 50 persen dari beban SKS di jurusan Aqidah dan Filsafat Islam mengajarkan mata kuliah tasawuf, [[akhlak]], aliran-aliran pemikiran dalam Islam, [[tafsir]] dan [[hadis]] tentang tasawuf.
"Alhamdulillah saya bersyukur dapat menimba ilmu dari guru-guru mulia. Saya mendapatkan mata kuliah Ilmu Tasawuf 2 semester dari [[Said Aqil Siroj|Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A.]]. Kuliah tafsir dari [[Said Agil Husin Al Munawar|Prof. Dr. H. Said Agil Husin al-Munawar]], M.A., dan [[Ali Mustafa Yaqub|Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Ya'qub, M.A.]]. Ulumul-Quran dari [[Nasaruddin Umar|Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A.]]. Bahkan saya mendapat mata kuliah Tafsir Tasawuf dari K.H. Saifuddin Amsir. Begitu juga dengan mata kuliah Ilmu Tasawuf dan Filsafat Islam, alhamdulillah saya mendapat dari Prof. Dr. Rd. Mulyadhi Kartanegara, [[Komaruddin Hidayat|Prof. Dr. Komaruddin Hidayat]], dan Prof. Dr. H. Kautsar Azhari Noer," ungkapnya.<ref name=":3">Wawancara dengan Ustadz Halim Ambiya, tanggal 30 Juli 2023 di Pondok Tasawuf Underground.</ref>
Aktivis [[Himpunan Mahasiswa Islam|Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)]] [[Ciputat, Tangerang Selatan|Ciputat]] ini mendapat kesempatan menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta|UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]] di tahun 1997-1998, sebuah periode bersejarah bagi para aktivis ketika itu. Setelah meletus [[Reformasi Indonesia (1998–sekarang)|Reformasi '98]] dan sebelum menamatkan
Kecintaannya pada ilmu tasawuf pun kian bertambah di akhir penyelesaian kuliahnya. Halim Ambiya merasa terpikat dengan kitab Risalah
Halim Ambiya mengikuti program studi Sejarah dan Kebudayaan Islam di ISTAC selama 4 tahun. "Saya benar-benar seperti masuk pesantren lagi di ISTAC. Ini kampus internasional. Tradisi thuras di kampus ini luar biasa. Dan, perpustakaan ISTAC itu lengkap sekali. Bayangkan, manuskrip-manuskrip dari Perpustakaan Nasional Bosnia saja diboyong ke kampus ini.
"Saya merasa banyak mendapat berkah ilmu di [[Kuala Lumpur]]. Karena itu, pengalaman saya di Kuala Lumpur ini saya abadikan dalam novel saya berjudul [https://www.wattpad.com/579752617-sor-baujan-part-1-mahkamah Sor Baujan] dan Novel Indon Menjerit," ujarnya lagi. Di ISTAC ini, Halim Ambiya merasa banyak belajar dan mengkaji tentang sejarah dan kebudayaan Islam di [[Nusantara]], hal ini tampak jelas dalam cerita novelnya. Dirinya memiliki minat yang besar terhadap manuskrip-manuskrip Melayu mengenai tasawuf dan [[Tarekat (Islam)|tarekat]] yang terdapat di [[Malaysia]], yang tidak didapatkan di [[Indonesia]].<ref name=":3" />
== Karier ==
Baris 61 ⟶ 62:
Hingga sekarang Halim Ambiya masih menjadi Direktur Salima Publika. Lembaga yang dipimpin ini tidak hanya berkutat pada dunia penerbitan dan percetakan buku, tetapi juga pada penelitian-penelitian ilmiah terkait sejarah kebudayaan Islam di [[Nusantara]], manuskrip-manuskrip Melayu, dan kebijakan publik. Apalagi di tengah kelesuan industri penerbitan buku di [[Indonesia]], Halim Ambiya aktif mengkampanyekan literasi digital melalui media sosial.
Karena kegelisahannya melihat fenomena budaya instan di kalangan [[milenial]] yang mengikis tradisi intelektual [[pesantren]], pada tanggal 8 Februari 2012, Halim Ambiya mendirikan apa yang dikenal sebagai [[Tasawuf Underground]]. Didampingi sahabatnya, Ade Irfan Abdurrahman, Halim Ambiya membuat ''fans page'' di [[Facebook]] dengan nama Tasawuf Underground. Sebuah nama yang dianggap asing ketika itu. Halim Ambiya merasa terpancing untuk terlibat dalam dakwah digital melalui penyebaran karya-karya klasik Islam di media sosial, khususnya tentang ilmu [[Sufisme|tasawuf]].
"Saya merasa sedih melihat media sosial yang mengumbar syahwat ilmu tanpa sumber rujukan yang jelas hingga menjadi salah kaprah. Tasawuf dianggap [[klenik]]. Bicara tasawuf tanpa rujukan. Karena itu, saya masuk mengenalkan wajah tasawuf yang ilmiah," tuturnya. Halim Ambiya mengunggah kalimat-kalimat hikmah tasawuf dari para tokoh [[sufi]] klasik, dengan mencantumkan sumber rujukan kitab yang representatif, seperti kalimat hikmah dari kitab-kitab [[Ihya Ulumuddin|Ihya Ulumudddin]], [[Minhajul Abidin]], Risalah al-Qusyairiyah, Al-Hikam, Sirrul Asrar, Fathu Rabbani, Matsnawi, Fihi Ma Fihi, Nashaihul 'Ibad, dan sebagainya.
Baris 67 ⟶ 68:
Menurutnya, nama "[[Tasawuf Underground]]" adalah istilah yang pernah disampaikan oleh [[Abdul Aziz Dahlan|Prof. Dr. H. Abdul Aziz Dahlan]] (Guru Besar Ilmu Tasawuf [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta|UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]]) dalam sebuah sidang skripsi mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Halim mengungkapkan:<blockquote>''"Istilah Tasawuf Underground ini berasal dari Prof. Aziz Dahlan, untuk menyebut fenomena seorang tokoh yang berkiprah dalam dakwah tasawuf dengan cara sembunyi-sembunyi terhadap para preman di Tanjung Priok, Jakarta. Dia tidak dikenal di bumi, tapi dikenal di langit."'' </blockquote>"Alhamdulillah. Mereka bisa membaca kalimat hikmah dari sumber yang jelas. Bisa dibaca di mobil, di halte, di tempat kerja, di dapur, di kantor. Mereka secara ''underground'' belajar ilmu tasawuf secara sembunyi-sembunyi melalui [[Facebook]] dan [[Instagram]]," tuturnya.
Halim Ambiya tak hanya merambah dakwahnya di media sosial. Para pecinta ilmu tasawuf melalui akun Facebook dan Instagram [[Tasawuf Underground]] pun kian bertambah. Di tahun 2016, ''fans page'' Tasawuf Underground diikuti lebih dari 300.000 ''followers'' dan di akun Instagram mencapai 60.000 lebih ''followers''. Bahkan, Halim Ambiya akhirnya dikenal sebagai ''influencer'' ketika membuat viral puluhan lagu-lagu shalawat melalui akun Facebooknya. Jutaan viewers Facebook, Instagram, dan [[YouTube]] meramaikan video [[Selawat|shalawat]] yang dikenalkannya. [[Nasyid|Grup nasyid]] bernama "Aleehya" yang dikenalkan Halim Ambiya pun kian dikenal oleh stasiun televisi nasional.
Dari sini, Ustadz Halim Ambiya mulai membuat pengajian secara ''off air''. Dibantu sejumlah jemaah, dia membuka pengajian [[Tasawuf Underground]] di rumah dan kantor penerbitannya. Lalu, membuat pengajian yang disebutnya sebagai '''Sufi After Hours'''. Halim Ambiya membuka pengajian dari kafe ke kafe di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Beberapa tokoh yang menjadi narasumber pengajian [[tasawuf]] ini, antara lain, Prof. Dr. H. Kautsar Azhari Noer, Prof. Dr. Rd. Mulyadhi Kartanegara, Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.Ag., dan Dr. K.H. Ahmad Sodiq, M.A.. "Kalau di Barat, ''after hours'' itu diisi dengan ''nenggak'' minuman keras di bar. Tapi, saya buat di kafe, rumah, dan kantor agar bisa ''ngopi'', ngobrol perkara iman. Bahkan belajar ilmu tasawuf dari profesor ilmu tasawuf dan filsafat," jelas Halim.
Di tahun 2017, Halim Ambiya mulai merambah dakwahnya ke kalangan marjinal, yakni anak-anak [[punk]] dan jalanan. Dirinya terjun langsung ke beberapa titik kelompok kalangan jalanan, seperti di perempatan Gaplek ([[Pondok Cabe Udik, Pamulang, Tangerang Selatan|Pondok Cabe]]), [[Pondok Aren, Tangerang Selatan|Pondok Aren]], [[Tebet, Jakarta Selatan|Tebet]], [[Tanah Abang, Jakarta Pusat|Tanah Abang]], [[Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat|Gondangdia]], [[Kota Tua Jakarta|Kota Tua]], [[Kebon Jeruk, Jakarta Barat|Kebon Jeruk]], [[Cipinang, Pulo Gadung, Jakarta Timur|Cipinang]], dan lainnya. Halim Ambiya mulai merangkul secara personal satu per satu anak punk dan jalanan untuk ikut dalam kegiatan pengajiannya di kantor atau rumahnya. Kedua tempat inilah yang kelak menjadi embrio pendirian [[Tasawuf Underground|Pondok Pesantren Tasawuf Underground]].
Saat membuka pengajian di kolong jembatan bersama anak punk dan jalanan, di tahun 2019 inilah, Halim Ambiya dan Tasawuf Undergroud-nya menjadi viral di media sosial. Gerakan dakwahnya pun disambut banyak kalangan hingga meramaikan pemberitaan nasional dan internasional. Bahkan, setelah pendirian Pondok Tasawuf Underground di [[Ciputat, Tangerang Selatan|Ciputat]], memancing berbagai kalangan akademik dan media untuk meneliti kiprah dakwahnya. Tercatat sudah ada 35 skripsi, 2 tesis, dan 1 disertasi yang meneliti tentang kiprah Halim Ambiya dan Tasawuf Underground. Apalagi setelah Pengasuh Pondok Tasawuf Underground ini mendirikan lini usaha milik santri, seperti kafe, usaha laundry, bengkel motor, sablon kaos, cucian mobil, dan penjualan motor custom, Halim Ambiya mendapatkan panggung yang lebih besar untuk mengembangkan dakwah di kalangan anak punk dan jalanan.
Baris 89 ⟶ 90:
[[Tasawuf Underground]] sebagai komunitas didirikan oleh Halim Ambiya pada tanggal 8 Februari 2012. Dibantu oleh sahabatnya, Ade Irfan Abdurahman, membuat akun ''fans page'' dengan akun pribadi Halim Ambiya di [[Facebook]] dengan nama “Tasawuf Underground”.
Menurut Halim Ambiya, tujuan pendirian
Sejak itu, Halim Ambiya mulai mengunggah kutipan dan kajian hikmah tasawuf yang bersumber dari kitab-kitab rujukan ilmu tasawuf seperti, kitab Al-Hikam karya [[Ibnu Atha'illah as-Sakandari|Syekh Ibnu Atha'illah]]; kitab Sirrul-Asrar, Fathu Rabbani, Al-Ghunyah, Futuhul-Ghaib, Tafsir Al-Jailani karya [[Abdul Qadir al-Jailani|Syekh Abdul Qadir al-Jailani]]; kitab [[Ihya Ulumuddin]], [[Minhajul Abidin]], Bidayatul Hidayah, Al-Mawaizh fi Al-Ahadis Al-Qudsiyyah karya [[Al-Ghazali|Imam al-Ghazali]]; kitab Risalah Al-Qusyairiyah karya [[Al-Qusyairi|Imam Al-Qusyairi]]; kitab Matsnawi dan Fihi Ma Fihi karya [[Jalaluddin Rumi|Maulana Jalaluddin Rumi,]] dan kitab-kitab rujukan ilmu tasawuf lainnya. Tujuannya agar masyarakat di media sosial mendapatkan pelajaran ilmu tasawuf dari rujukan ilmu yang representatif.
Lebih dari 3.000 artikel dan kutipan mengenai tasawuf ditulis oleh Halim Ambiya dan diunggah melalui Facebook dan Instagram [[Tasawuf Underground]]. “Secara ''underground'', jemaah saya bisa membaca kalimat-kalimat hikmah dari tokoh dan ulama tasawuf yang otoritatif sekaligus sumber kitab rujukannya. Mereka bisa membaca materi tasawuf di bus, kantor, kamar atau kampus, secara sembunyi-sembunyi, secara ''underground'' melalui Facebook dan Instagram Tasawuf Underground,” tuturnya.
Baris 101 ⟶ 102:
Langkah dakwah Halim Ambiya di media sosial mendapat sambut besar. Akun ''fans page'' Facebook [[Tasawuf Underground]] mencapai 343K ''likes'' dan 462K ''followers''.<ref>{{Cite web|title=Tasawuf Underground|url=https://www.facebook.com/tasawufunderground|website=www.facebook.com|language=id|access-date=2023-07-29}}</ref> Sedangkan di akun Instagram mencapai 106K ''followers''.<ref>{{Cite web|title=Halim Ambiya (@tasawufunderground) • Foto dan video Instagram|url=https://www.instagram.com/tasawufunderground/|website=www.instagram.com|language=id|access-date=2023-07-29}}</ref> Halim Ambiya dengan Tasawuf Underground-nya berhasil viral dan menjadi perbincangan saat mengunggah video [https://web.facebook.com/tasawufunderground/videos/1550999718283290/ Shalawat Jaran Goyang], [https://web.facebook.com/tasawufunderground/videos/1578111578905437/ Shalawat Versi Despacito], [https://web.facebook.com/tasawufunderground/videos/1564546626928599/ Shalawat Versi Baby Shark], dan [https://web.facebook.com/tasawufunderground/videos/305129443580045/ Shalawat Versi Doraemon] yang dibuat oleh [[Nasyid|grup nasyid]] Aleehya, pimpinan Ari Zaenal.
Di tahun 2013 sampai 2015, Halim Ambiya mengabdikan dirinya untuk ikut terlibat dalam pembinaan anak-anak [[yatim piatu]] dan [[Duafa|dhuafa]] di Yayasan Irtiqo Kebajikan, [[Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan]]. Setiap hari Minggu, dia mengajar kitab [[Bulughul Maram]] kepada mereka. Di yayasan ini, Halim Ambiya belajar tentang pemberdayaan anak yatim, anak jalanan dan anak terlantar di sekitar [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]].
Pada 2016, Halim Ambiya mulai membuka kelas pengajian [[Tasawuf Underground]] di rumahnya dan mengajak keterlibatannya dalam aksi nyata sosial-kemanusiaan. Dia merangkul anak jalanan untuk dibina dan dilatih kewirausahaan. Halim Ambiya membuka pelatihan pembuatan kertas dari
'''Merangkul Anak Punk dan Jalanan'''
Halim Ambiya melihat bahwa agama terlalu melangit bila hanya dipelajari di dunia maya, tidak ''down to earth.''<ref name=":0">{{Cite news|date=31 Mei 2019|via=YouTube|title=HALIM AMBIYA, PENDIRI TASAWUF UNDERGROUND {{!}} HITAM PUTIH (31/05/19) PART 2|url=https://www.youtube.com/watch?v=MzdY9FaNIO0|work=TRANS7 OFFICIAL|type=Video|access-date=29 Juli 2023}}</ref> Dari pemikiran itu, dia mencoba untuk melakukan pendekatan terhadap anak [[punk]] dan jalanan secara pribadi. Di akhir tahun 2016, Halim Ambiya mulai merangkul anak-anak punk dan jalanan di sekitar [[Jabodetabekpunjur|Jabodetabek]] dengan lebih intensif. Awalnya, Halim mendekati mereka di perempatan Gaplek, [[Pondok Cabe Udik, Pamulang, Tangerang Selatan|Pondok Cabe]], [[Kota Tangerang Selatan]] dengan cara berkawan. “Di awal kita ngopi bareng. Lambat laun mereka sendiri yang mau belajar ngaji dan shalat,” tuturnya.<ref>{{Cite news|last=Afdhal|first=Muhammad|date=12 Januari 2021|title=Halim Ambiya, Ustadnya Anak Jalanan|url=https://jatman.or.id/halim-ambiya-ustadnya-anak-jalanan/|work=JATMAN Online|access-date=28 Juli 2023}}</ref> Halim tidak mengenalkan dirinya sebagai
Halim Ambiya menjelaskan bahwa tujuannya merangkul anak [[punk]] dan jalanan sebagai anak binaan adalah karena masyarakat marjinal ini tak tersentuh oleh para juru dakwah pada umumnya. Ini adalah program yang sangat menantang bagi Halim Ambiya. “Sebab, ilmu tasawuf boleh dikatakan sebagai bagian dari [[psikologi]] dan [[psikoterapi]] dalam Islam, maka saatnya saya mempraktikkannya untuk merangkul anak punk dan jalanan. Sebagian besar dari mereka berlatar belakang keluarga ''broken home,'' terpapar [[narkoba]],
Menurutnya, anak [[punk]] dan jalanan itu unik. Cara mereka berpakaian,
Secara organisatoris, [[Tasawuf Underground]] sebagai [[komunitas]] dan [[Pesantren|pondok pesantren]] berada di bawah Yayasan Bahjatun-Nufus. Akta Notaris Nomor 03 Tanggal 10 Maret, Syafiuddin Zuhri, SH, MKn. SK Kemenkumham RI Nomor AHU-0003650.AH.01.04
Halim Ambiya mengatakan, "Tasawuf Underground itu bukan komunitas punk, tapi komunitas orang belajar ilmu tasawuf di dunia maya secara ''underground''. Lalu, komunitas ini melakukan pemberdayaan terhadap anak punk dan jalanan."
==== Pengajian di Kolong Jembatan ====
Pada tahun 2018, [[Tasawuf Underground|Komunitas Tasawuf Underground]] yang dipimpin oleh Ustadz Halim Ambiya
Dibantu oleh para [[Kesukarelaan|relawan
Langkah ini membuat kegiatan Tasawuf Underground menjadi viral di media sosial. Media cetak dan elekronik serta media dari dalam dan luar negeri pun semakin meramaikan kegiatan dakwahnya kolong jembatan, di depan [[Stasiun Tebet]]. Namun, Halim Ambiya tak terjebak pada [[euforia]] karena viral di media sosial. "Gara-gara viral jadi bikin masalah. Saya buat pengajian di kolong jembatan itu bukan untuk meramaikan kolong jembatan. Tapi, untuk mengajak mereka pulang," tegas Halim Ambiya.
Halim Ambiya benar, dirinya membuat pengajian di kolong jembatan justru untuk membuat program '''Pengenalan Peta Jalan Pulang'''. Dia ingin mengajak anak-anak punk dan jalanan agar meninggalkan jalanan dan ketergantungannya pada [[narkoba]] dan [[psikotropika]]. Melalui pendidikan rohani yang pernah didapatnya di [[Pondok Pesantren
Selain itu, Halim Ambiya juga selalu mencari cara agar anak-anak binaannya meninggalkan kolong jembatan dan tidak mengamen di jalanan agar mereka terbebas dari kekerasan dan kegelapan Ibukota. Halim Ambiya pun mulai mengajak satu per satu dari mereka untuk "''
=== Pondok Tasawuf Underground ===
Seperti umumnya, pendirian pondok atau [[pesantren]] di [[Nusantara]], lembaga pendidikan ini lahir dari gagasan dan kiprah seorang
Halim Ambiya menyusun konsep pemberdayaan dan pendidikan dalam sebuah ''street base''—mengumpulkan anak-anak [[punk]] dan jalanan di tempat dimana mereka berkumpul. Mengajarkan ilmu agama layaknya pesantren, dari ''alif-ba-ta
Pondok Pesantren ini menjadi sentral perekrutan santri, sekaligus menjadi tempat pendidikan dan pemberdayaan anak-anak punk dan jalanan untuk dididik secara
Uniknya, santri yang didik di [[Tasawuf Underground|Pondok Tasawuf Underground]] mayoritas dari kalangan anak-anak punk dan jalanan, Maka, lembaga pendidikan ini memiliki metode pembelajaran dan [[kurikulum]] berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya. Pondok ini tidak memiliki [[kalender akademik]] yang formal, karena setiap saat bisa menerima santri kapan pun.
Di pondok ini, dipelajari
Santri Pondok Tasawuf Underground tidak dikenakan biaya sepeser pun. Semua pembiayaan ditanggung oleh pondok pesantren yang dikelola oleh Yayasan Bahjatun-Nufus. Kyai Halim Ambiya sebagai sentral figur, pendiri dan pengasuh Pondok Tasawuf Underground menjadi pengajar utama bagi para santri
Beberapa pengajar di pondok ini, antara lainnya
Pendidikan di [[Tasawuf Underground|Pondok Tasawuf Underground]] tertuang dalam beberapa aspek penting, diantaranya:
'''Pertama,''' ''Pendidikan
'''Kedua,''' ''Pendidikan Agama Islam.'' Pada tahap kedua pembelajaran
'''Ketiga,''' ''Pendidikan Kewirausahaan.''
'''Keempat,''' ''Pendidikan Seni dan Kebudayaan.'' Pondok Tasawuf Underground menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kesenian dan kebudayaan yang sangat menunjang bagi mental dan spiritual para santri
'''Kelima,''' ''Pendidikan Formal.'' Seluruh santri diarahkan untuk melanjutkan jenjang pendidikan
Saat ini, [[Tasawuf Underground|Pondok Tasawuf Underground]] berada di Komplek Ruko Ciputat,
== Peta Jalan Pulang ==
Konsep Pengenalan '''Peta Jalan Pulang''' adalah sebuah metode dakwah yang diinisiasi oleh Ustadz Halim Ambiya dalam melakukan pendekatan terhadap
Terapi dzikir dan hidroterapi menjadi cara yang digunakan
"Kalau saya hanya mengajarkan shalat dan dzikir, mengajarkan mereka mengaji dan baca kitab, lalu mereka tetap mengamen di jalanan, apa jadinya? Mereka bisa ''mabok maning
Halim Ambiya tidak menggunakan istilah "hijrah" dalam syiar dakwahnya. Hal ini bukan karena ingin berbeda dengan
Menurut Halim Ambiya, istilah Peta Jalan Pulang sebenarnya adalah pemahaman makna dan pelaksanaan pertobatan. "Karena ''tawbah'' atau ''inabah'' sebenarnya berarti
"Dalam tasawuf, tobat adalah maqam pertama. Pertobatan adalah stasiun pertama yang harus dilalui seorang [[salik]] dalam menjalankan laku spiritual. Konsep ini tertuang dalam
== Penghargaan ==
|