Gereja Kristen Indonesia Bungur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k top: pembersihan kosmetika dasar, added orphan tag
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 6 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
 
Baris 4:
 
== Sejarah ==
Mula-mula, di [[Indonesia]] terjadi misi [[Kristenisasi]] yang dikerjakan oleh perkabaran [[Injil]] dari ''Zending'' [[Belanda]], orang Tionghoa Perantauan dan orang [[Tionghoa]] Peranakan.<ref name=":4">End, Dr. Th. Van den. 2006. Sumber-sumber Zending Tentang Sejarah Gereja Di Jawa Barat 1858-1963. Jakarta: Gunung Mulia.</ref> Hubungan antara perkabaran [[injil]] dengan keberadaan orang [[Tionghoa]] itu bukan lagi menjadi hal yang asing bagi [[Indonesia]]. Pada waktu itu, telah berdiri beberapa jemaat [[Kristen]] Tionghoa di beberapa kota, seperti [[Indramayu]], [[Cirebon (disambiguasi)|Cirebon]], [[Bandung]] dan [[Jakarta]].<ref name=":0">End, Dr. Th. van den. 2007. Ragi Carita 1: Sejarah Gereja Di Indonesia 1500-1860. Jakarta: Gunung Mulia.</ref> Pada tahun 1889, pemerintah [[Hindia Belanda]] juga mengakui keberadaan mereka dengan pemberian nama “''Evangelische Chineesche Gemeente''” yang pada tahun 1938 dikenal dengan nama Tionghoa sebagai “''Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Khu Hwee West Java''” atau THKTKH-KH West Java.<ref name=":2">{{Cite web |url=http://gkibungur.or.id/sejarah |title=Salinan arsip |access-date=2017-12-09 |archive-date=2018-12-03 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181203211310/http://gkibungur.or.id/sejarah/ |dead-url=no }}</ref>
 
Setelah diakui secara resmi oleh pemerintah, THKTKH-KH West Java mulai melakukan aktivitas peribadatannya. Pada tahun 1868, mereka membaptis 17 orang dewasa yang merupakan jemaat Patekoan. Jemaat Patekoan tersebut dianggap sebagai cikal bakal berdirinya GKI Gloria Pinangsia, GKI Bungur dan GKI Kanaan Jembatan Dua. Dalam perkembangannya, jemaat Patekoan mengalami kemajuan yang cukup siginifikan. Pada tahun 1950, mereka membeli sebidang tanah seluas 3800 m2 untuk dijadikan tempat ibadah terpisah dengan THKTKH-KH West Java. Sejak bulan April tahun 1952, THKTKH-KH West Java juga berdiri sendiri menjadi sebuah jemaat yang kini disebut GKI Gloria. Kemudian, pada tahun 1952 terjadi berkabaran [[injil]] di jemaat Patekoan yang dilakukan oleh beberapa pekerja gereja dari Jemaat Pinangsia. Mereka mengabarkan Injil di daerah [[Pasar Senen]] yang kemudian pada tahun yang sama dianggap sebagai waktu berdirinya GKI Bungur.<ref name=":1">Coppel, Charles A. 1994. Tionghoa Indonesia Dalam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.</ref>
Baris 25:
GKI Bungur sebagai bagian dari Sinode GKI memakai sistem gereja Presbiterial Sinodal. Kepemimpinan dilakukan oleh para Presbiter (Penatua, Majelis Jemaat) dan keputusan diambil secara kolektif melalui Persidangan Majelis Jemaat (PMJ).
 
Secara umum, GKI Bungur memiliki struktur kepengurusan yang sangat rinci. Mereka memfokuskan bidang-bidang tertentu dengan sumber daya manusia yang secara khusus dan spesifik mengatur persoalan terkait. Posisi Pendeta dalam struktur organisasi gereja sebagai Ketua Umum sekaligus pembina dalam setiap bidang kepengurusan. Majelis Jemaat (Penatua dan Diaken) juga ditetapkan melalui Persidangan Majelis Jemaat (PMJ) untuk menjadi Ketua Bidang maupun anggota bidang serta pelaksana kegiatan. Secara lebih rinci, bentuk struktur [[organisasi]] GKI Bungur adalah Ketua Umum; Ketua 1; Ketua 2; Sekretaris Umum; Wakil Sekretaris Umum; [[Bendahara]] Umum; Wakil Bendahara Umum. Sementara untuk setiap bidang, strukturnya meliputi Bidang 1 (Kesaksian Pelayanan);<ref>{{Cite web |url=http://gkibungur.or.id/bidang-kesaksian-dan-pelayanan |title=Salinan arsip |access-date=2017-12-09 |archive-date=2018-12-03 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181203212323/http://gkibungur.or.id/bidang-kesaksian-dan-pelayanan/ |dead-url=no }}</ref> Bidang 2 (Persekutuan);<ref>{{Cite web |url=http://gkibungur.or.id/bidang-persekutuan |title=Salinan arsip |access-date=2017-12-09 |archive-date=2018-12-03 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181203211054/http://gkibungur.or.id/bidang-persekutuan/ |dead-url=no }}</ref> Bidang 3 (Pembinaan);<ref>{{Cite web |url=http://gkibungur.or.id/bidang-pembinaan |title=Salinan arsip |access-date=2017-12-09 |archive-date=2018-12-03 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181203211219/http://gkibungur.or.id/bidang-pembinaan/ |dead-url=no }}</ref> Bidang 4 (Sarana Penunjang).<ref>{{Cite web |url=http://gkibungur.or.id/bidang-sarana-dan-prasarana |title=Salinan arsip |access-date=2017-12-09 |archive-date=2018-12-03 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181203211224/http://gkibungur.or.id/bidang-sarana-dan-prasarana/ |dead-url=no }}</ref> Keseluruhan bidang-bidang tersebut terdiri dari Ketua Bidang; Wakil Ketua Bidang; Anggota; dan Pembina.
 
Selain itu, GKI Bungur juga memiliki Badan Pelayanan Jemaat yang mencakup komisi anak, komisi remaja, komisi pemuda, komisi dewasa muda, komisi [[wanita]], komisi usia indah, komisi pengabaran Injil, komisi musik, komisi literatur multimedia, seksi data perlawatan jemaat, seksi pengembangan Mandarin, seksi pelayanan Pos Alam Sutera, dan YPK Saint John. Keseluruhan Badan Pelayanan Jemaat tersebut memiliki struktur yang terdiri dari Majelis Penghubung dan Pembina.
Baris 66:
 
== Penggunaan Bahasa Mandarin ==
Penggunaan [[Bahasa Mandarin]] di GKI Bungur tidak terlepas dari sejarah panjang berdirinya gereja yang dilatarbelakangi oleh pengabar Injil asal Amoy (''Xiamen'') provinsi Hokkian Tiongkok, bernama Gan Kwee yang datang dari [[Tiongkok Selatan]] ke [[Batavia]]. Dalam perkembangannya, GKI Bungur kemudian termasuk dalam kelompok GKI Klasis Priangan, Sinode Wilayah [[Jawa Barat]].<ref name=":4" /> GKI Klasis Priangan dibentuk untuk memperhatikan sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka kepada jemaat yang berbahasa Mandarin. GKI Klasis Priangan<ref>{{Cite web |url=http://www.gkiharapanindah.org/sejarah/klasis-priangan-gki-sinode-wilayah-jawa-barat/ |title=Salinan arsip |access-date=2017-12-09 |archive-date=2020-06-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200627055527/http://www.gkiharapanindah.org/sejarah/klasis-priangan-gki-sinode-wilayah-jawa-barat/ |dead-url=no }}</ref> sendiri memiliki latar belakang sejarah kebudayaan [[Tionghoa]] yang juga bertugas untuk memelihara tradisi kebudayaannya dengan cara mengadakan ibadah dua bahasa, Indonesia dan Mandarin, juga acara-acara khusus seperti untuk memperingati Tahun Baru Imlek.
 
Atas dasar tanggung jawab tersebut, GKI Klasis Priangan pun mengarahkan setiap gereja yang termasuk dalam kelompok mereka untuk membuat suatu ibadah umum yang juga menggunakan [[Bahasa Mandarin]]. Selain GKI Bungur, gereja-gereja tersebut di antaranya adalah jemaat [[Tionghoa]] GKI Gloria Pinangsia dan GKI Petekoan (GKI Kanaan Jembatan Dua). Hal itu juga dilakukan sebagai tanggung jawab GKI Klasis Priangan kepada jemaat yang berbahasa [[Mandarin]] dan juga untuk mengingatkan jemaat untuk berjalan dalam sejarah berdirinya Klasis Priangan yang berlatar belakang budaya [[Tionghoa]]. Dalam penerapan ibadah, GKI Klasis Pringan memiliki dua versi tata cara ibadah yang berbeda, yaitu tata cara ibadah yang umum dilakukan oleh seluruh Sinode GKI dan tata cara ibadah Klasis, dalam hal ini adalah Klasis Priangan.<ref name=":3">Esterina, Putri Herwin. 2016. Penggunaan Bahasa Mandarin dalam Gereja Kristen Indonesia Bungur. Skripsi. Program Diploma III Bahasa Mandarin Universitas Gadjah Mada</ref>