Kabupaten Bekasi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Sejarah: Menambah sumber, dulu Cibarusah bagian dari Bogor Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Ejaan banyak berantakan. Belum lagi jika ejaan tersebut merupakan hasil keputusan oleh senior-senior WBI (editor awal-awal WBI muncul, editor yg sdh mengedit sebelum tahun 2009), sdh pasti mereka ngotot tdk ingin keputusan lamanya diganti. Senioritas at its peak. Percuma mau usul di talk page. Kalo ngga digubris, ya pake senjata lama, jika penggunaan umum di masyarakat mendukung mereka, itu yg dipake. Jika KBBI dukung mereka, itu yg dipake. Kalo keduanya tdk mendukung, dipakailah alasan sejarah. |
||
Baris 62:
[[Berkas:Kecamatan di Kabupaten Bekasi.jpg|jmpl|Kecamatan di Kabupaten Bekasi]]
'''
== Sejarah ==
Penelusuran [[Poerbatjaraka]] (seorang ahli [[bahasa
Candrabhaga merupakan bagian dari [[Kerajaan Tarumanagara]], yang berdiri sejak abad ke 5 Masehi.<ref name="sejarah"/> Ada 7 (tujuh) [[prasasti]] yang menyebutkan adanya kerajaan Tarumanagara yang dipimpin oleh Maharaja [[Purnawarman]], yakni [[Prasasti Tugu]] (Cilincing, Jakarta), [[Prasasti Ciaruteun]], [[Prasasti Muara Cianten]], [[Prasasti Kebon Kopi]], [[Prasasti Jambu]], [[Prasasti Pasir Awi]] (ke enam prasasti ini ada di daerah Bogor), dan satu prasasti di daerah Bandung Selatan ([[Prasasti Cidangiang]]). {{butuh rujukan}}
Diduga bahwa Bekasi merupakan salah satu pusat [[Kerajaan Tarumanagara]] (Prasasti Tugu, berbunyi: ..dahulu kali yang bernama Kali Candrabhaga digali oleh Maharaja Yang Mulia Purnawarman, yang mengalir hingga ke laut, bahkan kali ini mengalir di sekeliling istana kerajaan. Kemudian, semasa 22 tahun dari takhta raja yang mulia dan bijaksana beserta seluruh panji-panjinya menggali kali yang indah dan berair jernih, “Gomati” namanya {{butuh rujukan}}. Setelah sungai itu mengalir disekitar tanah kediaman Yang Mulia Sang Purnawarman {{butuh rujukan}}. Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, yaitu pada tanggal 8 paro petang bulan Phalguna dan diakhiri pada tanggal 13 paro terang bulan Caitra. {{butuh rujukan}} Jadi, selesai hanya 21 hari saja. Panjang hasil galian kali itu mencapai 6.122 tumbak.{{butuh rujukan}} Untuk itu, diadakan selamatan yang dipimpin oleh para Brahmana dan Raja mendharmakan 1000 ekor sapi…).{{butuh rujukan}} Tulisan dalam prasasti ini menggambarkan perintah [[Purnawarman|Raja Purnawarman]] untuk menggali kali Candrabhaga, yang bertujuan untuk mengairi sawah dan menghindar dari bencana banjir yang kerap melanda wilayah Kerajaan Tarumanagara.{{butuh rujukan}}
Setelah kerajaan Tarumanagara runtuh (abad 7), kerajaan yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap Bekasi adalah [[Kerajaan Padjadjaran]], terlihat dari situs sejarah [[Batu Tulis]] (di daerah Bogor).<ref name="sejarah"/> Sutarga lebih jauh menjelaskan, bahwa Bekasi merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Padjadjaran dan merupakan salah satu pelabuhan sungai yang ramai dikunjungi oleh para pedagang.<ref name="sejarah"/> Bekasi menjadi kota yang sangat penting bagi Padjadjaran, selanjutnya menjelaskan bahwa: “..Pakuan adalah ibu kota Kerajaan Padjadjaran yang baru. {{butuh rujukan}} Proses perpindahan ini didasarkan atas pertimbangan geopolitik dan strategi militer.{{butuh rujukan}} Sebab, jalur sepanjang Pakuan banyak dilalui aliran sungai besar yakni
Demikianlah, waktu berlalu, kerajaan-demi kerajaan tumbuh, berkembang, mengalami masa kejayaan, runtuh, timbul kerajaan baru.<ref name="sejarah"/> Kedudukan Bekasi tetap menempati posisi strategis dan tercatat dalam sejarah masing-masing kerajaan (terakhir tercatat dalam sejarah, kerajaan yang menguasai Bekasi adalah [[Kerajaan Sumedanglarang]], yang menjadi bagian dari [[Kerajaan Mataram]]).<ref name="sejarah"/> Bahkan bukti-bukti mengenai keberadaan kerajaan ini sampai sekarang masih ada, misalnya: ditemukannya makam Wangsawidjaja dan Ratu Mayangsari (batu nisan), makam Wijayakusumah serta sumur mandinya yang terdapat di kampung Ciketing, Desa Mustika Jaya, Bantargebang. {{butuh rujukan}} Dimana baik batu nisan maupun kondisi sumur serta bebatuan sekitarnya, menunjukkan bahwa usianya parallel dengan masa Kerajaan Sumedanglarang. {{butuh rujukan}} Demikian pula penemuan rantai di Kobak Rante, Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukakarya (konon katanya, daerah Kobak Rante adalah daerah pinggir sungai yang cukup besar, hingga mampu dilayari kapal. Jalur ini sering digunakan patroli kapal dari Sumedanglarang. {{butuh rujukan}}
|