Tutup, Tunjungan, Blora: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sejarah: Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Gapura Tutup Central Tempe.jpg|1920px]]
{{desa
|peta =
Baris 8 ⟶ 7:
|kecamatan =Tunjungan
|kode pos =58252
|foto=[[Berkas:Gapura Tutup Central Tempe.jpg|1920px300px]]|caption=Gapura desa Tutup}}
}}
 
'''Tutup''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Tunjungan, Blora|Tunjungan]], [[Kabupaten Blora|Blora]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Nama [[desa]] '''Tutup''' sendiri berasal dari nama sebuah tanaman yaitu Pohon [[Tutup beling|Tutup]] / Trutup dan juga wilayah ini merupakan daerah yang tertutup atau daerah hutan. Dari hal tersebut kemudian dinamakan '''Desa Tutup'''.
 
==Sejarah==
 
Pada 1830-an ada beberapa eks pasukan [[Diponegoro]] yang menghindar dari serangan Belanda ke [[Blora]], diantaranya bernama [[HonggoHangga WijoyoWijaya]]. [[HonggoHangga Wijoyo]]Wijaya merupakan putra [[WongsodidjoyoWangsadidjaya iiII]] Wedana Butuh di daerah [[Kutoarjo, Purworejo|Kutoarjo]] dan merupakan cucu dari [[WonsodidjojoWansadidjaja I]] (Patih RonggoRangga) di daerah [[KartosuroKartasura, Sukoharjo|Kartasura]].
 
Diawali dengan [[HonggoHangga Wijoyo]]Wijaya bertapa kungkum di sebuah blumbang dari sebuah sumber mata air yang keluar di bawah pohon yang hingga sekarang dikenal dengan Banyurip, meskipun sudah tidak keluar airnyaair lagi. Dan mengapa desaDesa tersebut kemudian dinamakan [['''Desa Tutup]] ?'''. Karena selain banyak terdapat pohon tutup, di daerah ini pun tertutup.
 
Sebelum tahun 1921 Tutup semula terdiri dari dua desa, yaitu
 
{{*}} 1. Desa [[Ngetrep]] yang terdiri dari Dukuh [[Genengan]] dan Dukuh [[Ngetrep]]. <br>2. Desa Tutup sendiri terdiri dari Dukuh Sukorame dan Dukuh Tutup.
{{*}} 2. [[Desa Tutup]] sendiri terdiri dari Dukuh [[Sukorame]] dan Dukuh [[Tutup]].
 
Selanjutnya sekitarSekitar tahun 1921 kedua desa tersebut menjadi satu dengan nama Desa [[Tutup]] yang terdiri atas Dukuh [[Tutup]], Dukuh [[Sukorame]] dan Dukuh [[Ngetrep]]. Pusat pemerintahan pada waktu itu berada di Dukuh Tutup.
 
Sekitar tahun 1928 zaman [[Sarekat Islam]] ada orang dari Surabaya bernama [[H.O.S.Oemar Said CokroaminotoTjokroaminoto]] bersama Kusno atau lebih dikenal dengan Bung Karno[[Soekarno]] berkunjung ke Sukorame. Singgah pertama di warung Mbah Djiman depan Mbah Skater dan selanjutnya mengadakan pertemuan disebuah rumah disebelah utara perempatan Sukorame (warung mbah Asto). Menurut cerita Kades [[Soemardjo Tjitrodijoyo]] yang mendapat informasi dari adiknya [[Soemardji Tjitrodiharjo]] pertemuan tersebut sangatlah penting, sehingga beliau minta dari [[Ndoro Sumoputra]] Bupati [[Kabupaten Blora]] untuk diberikan keselamatan.
Sebagai pejuang pendatang baru inipun terus berjuan tidak kenal lelah bersama teman–temannya selalu mengganggu Belanda. Sebagai contoh dahulu kalau ada Belanda berani melalui Dukuh [[Genengan]] untuk mengejar perusuh pasti dibunuhdan dimasukkan rawa–rawa. Maka terdapat semacam kepercayaan, tidak ada petugas pemerintah berani mengejar penjahat yang masuk ke Dukuh Genengan .
 
JamanZaman penjajahan dirasakan sangat berat bagi rakyat kecil. Mendapat diskriminasi segi ekonomi dan dari segi pendidikan juga dibeda – bedakan. Untuk orang Eropa disediakan [[ELSEuropeesche Lagere School]], untuk anak priyayi dan pegawainya Belanda disediakan [[Hollandsch-Inlandsche School|HIS]], sedangkan rakyat biasa hanya disediakan Sekolah OngkoAngka Loro seta sekolah desa yang hanya tiga tahun.
Sekitar tahun 1928 zaman Sarekat Islam ada orang dari Surabaya bernama [[H.O.S. Cokroaminoto]] bersama Kusno atau lebih dikenal dengan Bung Karno berkunjung ke Sukorame. Singgah pertama di warung Mbah Djiman depan Mbah Skater dan selanjutnya mengadakan pertemuan disebuah rumah disebelah utara perempatan Sukorame (warung mbah Asto). Menurut cerita Kades [[Soemardjo Tjitrodijoyo]] yang mendapat informasi dari adiknya [[Soemardji Tjitrodiharjo]] pertemuan tersebut sangatlah penting, sehingga beliau minta dari [[Ndoro Sumoputra]] Bupati [[Blora]] untuk diberikan keselamatan.
 
Waktu jamanzaman Jepang keadaan semakin sulit, hasil karya petani diambil [[Jepang]] dengan model Komiai, sehingga rakyat kecil tidak mampu makan. BanyakSangat sekali ditemukanbanyak orang matimeninggal ditemukan di dipinggir–pinggirpinggir–pinggir jalan karena [[kelaparan]]. Untuk mengurusi orang meninggal ditugaskan [[Mbah Setro Salimin]], [[Mbah Marto Sayem]], [[Mbah Kasto Gundul]] untuk menguburnya. AdapunAda mayat tersebut dikubur dalam satu lobanglubang tanpa dilawonidimandikan dan disholatidisalati. Orang–orang yang ditugasi waktu boleh dikatakan pahlawan , sebab disamping mereka termasuk orang kurang pangan sendiri, kalaujika tidak ada orang yang mau diberi tugas alangkahseperti bau dan penyakit yang akan ditimbulkan. Hal ini bisatersebut dibuktikan dengan apabila mauakan menggali tanah pekuburan Sukorame sebelah selatan sendiri, sebelah jalan pintu, masuk yang belok ke utara ± 5 m terus ketimurke timur, nantinantinya satu galian pasti terdapat beberapa kerangka manusia.
Jaman penjajahan dirasakan sangat berat bagi rakyat kecil. Mendapat diskriminasi segi ekonomi dan dari segi pendidikan juga dibeda – bedakan. Untuk orang Eropa disediakan [[ELS]], untuk anak priyayi dan pegawainya Belanda disediakan [[HIS]], sedangkan rakyat biasa hanya disediakan Sekolah Ongko Loro seta sekolah desa yang hanya tiga tahun.
 
Pada akhir pemberontakan [[PKIPartai Komunis Indonesia]] [[MusoMusso]] sekitar tahun 1948-1949 Blora yang dikuasai PKI desa Tutup terkena sasaran Mortir di dua tempat yaitu sebelah timur Banyurip dan arah selatan rumah Bapak Padang ( ± 35 Meter ) yang dilakukan pasukan Siliwangi yang didatangkan dari Jawa Barat.
Waktu jaman Jepang keadaan semakin sulit, hasil karya petani diambil Jepang dengan model Komiai, sehingga rakyat kecil tidak mampu makan. Banyak sekali ditemukan orang mati dipinggir–pinggir jalan karena kelaparan. Untuk mengurusi orang meninggal ditugaskan [[Mbah Setro Salimin]], [[Mbah Marto Sayem]], [[Mbah Kasto Gundul]] untuk menguburnya. Adapun mayat tersebut dikubur dalam satu lobang tanpa dilawoni dan disholati. Orang–orang yang ditugasi waktu boleh dikatakan pahlawan , sebab disamping mereka termasuk orang kurang pangan sendiri, kalau tidak ada orang yang mau diberi tugas alangkah bau dan penyakit yang akan ditimbulkan. Hal ini bisa dibuktikan dengan apabila mau menggali tanah pekuburan Sukorame sebelah selatan sendiri, sebelah jalan pintu, masuk yang belok ke utara ± 5 m terus ketimur, nanti satu galian pasti terdapat beberapa kerangka manusia.
 
Belum tenang dari peristiwa [[PKI]] Madiun, Belanda telah menyerang Blora dengan ''Class'' keduanya. Waktu mundur dari Blora ada lima orang TNI yang singgah ke rumah Kepala Desa untuk pamit sekaligus untuk mengisi perut. Karena kondisi badan lelahkewalahan serta membawa senjata semacam Brem dengan mengalungkan rentengan peluru dipundaknya, apalagi air sungaidari Kali Lusi agak banjir terpaksa seorangseseorang ada yang hilang.
Pada akhir pemberontakan [[PKI]] [[Muso]] sekitar tahun 1948-1949 Blora yang dikuasai PKI desa Tutup terkena sasaran Mortir di dua tempat yaitu sebelah timur Banyurip dan arah selatan rumah Bapak Padang ( ± 35 Meter ) yang dilakukan pasukan Siliwangi yang didatangkan dari Jawa Barat.
 
Masih dalam Jamanzaman Class II, sudah sewajarnya kalau ada masyrakat yang pro Pemerintah -Belanda, tapitetapi batinnyabatin membantu RI.
Belum tenang dari peristiwa [[PKI]] Madiun, Belanda telah menyerang Blora dengan Class keduanya. Waktu mundur dari Blora ada lima orang TNI yang singgah ke rumah Kepala Desa untuk pamit sekaligus untuk mengisi perut. Karena kondisi badan lelah serta membawa senjata semacam Brem dengan mengalungkan rentengan peluru dipundaknya, apalagi air sungai Lusi agak banjir terpaksa seorang ada yang hilang.
 
Dari orang–orang yang ditugaskan membantu tentara P Dardjo dan Letanan Taman diantaranya yaitu [[Petengan KromoKrama Sadjiyo]]Sadjiya, [[Modin Sabit]] bekerja sama dengan [[KamituwoKamituwa JoyoJaya Prawiro]]Prawira berhasil mengambil sasaran yang dituju dengan baik.
Masih dalam Jaman Class II, sudah sewajarnya kalau ada masyrakat yang pro Pemerintah Belanda, tapi batinnya membantu RI.
 
==Daftar Kepala Desa Tutup==
Dari orang–orang yang ditugaskan membantu tentara P Dardjo dan Letanan Taman diantaranya yaitu [[Petengan Kromo Sadjiyo]], [[Modin Sabit]] bekerja sama dengan [[Kamituwo Joyo Prawiro]] berhasil mengambil sasaran yang dituju dengan baik.
{| class="wikitable"
! rowspan="2" |No.
! rowspan="2" |Nama
! colspan="2" |Masa Jabatan
|-
!Dari
!Hingga
|-
|1.
|Tjitro Tenojo
|''Sebelum 1955''
|1955
|-
|2.
|Tasmin
|1955
|1984
|-
|3.
|Kamsi
|1985
|1993
|-
|4.
|M. Turmudzi
|1994
|2007
|-
|5.
|Sri Mujiasih
|2013
|2019
|-
| rowspan="2" |6.
| rowspan="2" |Kokok Sungkowo
|2007
|2013
|-
|2020
|''Petahana''
}|}
 
== Lihat pula ==
==Nama Kepala Desa Yang Pernah Menjabat Di Desa Tutup==
 
{{* [[Tunjungan, Blora}}]]
{{*}} Sebelum tahun 1955 dipimpin [[Tjitro Tenojo]] <br>
* [[Kabupaten Blora]]
{{*}} Tahun 1955 - 1984 dipimpin [[Tasmin]] <br>
{{Tunjungan, Blora}}{{Kelurahan-stub}}{{Authority control}}
{{*}} Tahun 1985 - 1993 dipimpin [[Kamsi]] <br>
{{*}} Tahun 1994 - 2007 dipimpin [[M Turmudzi]] <br>
{{*}} Tahun 2007 - 2013 dipimpin [[Kokok Sungkowo]] <br>
{{*}} Tahun 2013 - 2019 dipimpin [[Sri Mujiasih]] <br>
{{*}} Tahun 2020 sampai sekarang dipimpin [[Kokok Sungkowo]]
 
{{Tunjungan, Blora}}
 
{{Authority control}}