Kholil al-Bangkalani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 209:
=== Kiai Wahab Hasbullah ===
'''[[Abdul Wahab Hasbullah|Kiai Wahab Hasbullah]] -
Pada suatu hari di bulan [[Syawal]], Syekh Kholil memanggil semua santri dan memerintahkan agar penjagaan pondok diperketat karena tidak lama lagi akan ada macan masuk ke pondok.<ref name=":2">{{Cite web|date=2020-01-18|title=Kisah Syaikhona Kholil Bangkalan Meneriaki Kiai Wahab Chasbullah “Macan”|url=https://www.syaichona.net/2020/01/18/kisah-syaikhona-kholil-bangkalan-meneriaki-kiai-wahab-chasbullah-macan/|website=
Sejak itu, setiap hari semua santri melakukan penjagaan yang ketat di pondok pesantren. Hal ini dilakukan karena di dekat pondok pesantren ada hutan rimba, sehingga khawatir jika ada macan muncul dari hutan tersebut.<ref name=":2" />
Baris 217:
Setelah beberapa hari ternyata macan yang ditunggu-tunggu tidak juga muncul. Pada minggu ketiga, Syekh Kholil memerintahkan para santri untuk berjaga ketika ada pemuda kurus, tidak terlalu tinggi dan membawa tas koper seng masuk ke komplek pondok pesantren.<ref name=":2" />
Begitu sampai di depan rumah Syekh Kholil, pemuda itu mengucapkan salam. Mendengar salam pemuda tersebut, Syekh Kholil justru malah berteriak memanggil para santrinya ''“Hai santri-santri, macan! macan! Ayo kepung, jangan sampai masuk ke pondok.”'' Mendengar teriakan Syekh Kholil, serentak para santri berhamburan membawa apa saja yang bisa dibawa untuk mengusir pemuda tersebut. Para santri yang sudah membawa pedang, celurit, tongkat mengerubuti “macan” yang tidak lain adalah pemuda itu. Muka pemuda itu menjadi pucat pasi ketakutan. Karena tidak ada jalan lain, akhirnya pemuda tersebut lari
Karena tingginya semangat untuk nyantri ke pondok yang diasuh oleh Syekh Kholil, keesokan harinya pemuda itu mencoba memasuki pesantren lagi. Meskipun begitu, dirinya tetap memperoleh perlakuan yang sama seperti sebelumnya. Karena rasa takut dan kelelahan akhirnya pemuda tersebut tidur di bawah kentongan yang ada di musala pesantren. Ketika tengah malam, dirinya dibangunkan dan dimarah-marahi oleh Syekh Kholil. Meski demikian, setelah itu dirinya diajak oleh Syekh Kholil ke rumahnya dan dinyatakan sebagai salah satu santri dari pondok yang beliau pimpin.<ref name=":2" />
Sejak itu, pemuda tersebut resmi sebagai santri pondok. Pemuda yang dimaksud itu adalah [[Abdul Wahab Hasbullah]] yang menjadi salah satu pendiri [[NU]].<ref name=":2" /> Ternyata apa yang diprediksi oleh Syekh Kholil menjadi kenyataan, [[Abdul Wahab Hasbullah]] benar-benar menjadi ''“Macan”'' [[NU]].
=== Kiai As'ad ===
'''[[As'ad Samsul Arifin|Kiai As’ad]] - [[Asembagus, Situbondo]]: Uang barakah'''
Ketika [[As'ad Samsul Arifin|Kiai As’ad]] masih menjadi santri Syekh Kholil, ia pernah disuruh mengantarkan tongkat ke [[Hasjim Asy'ari|Kiai Hasyim Asy’ari]] di [[Jombang]]. Di lain hari ia disuruh mengantarkan tasbih kepada Kiai Hasyim juga. Syekh Kholil hanya memberikan bekal beberapa uang logam. Ketika Kiai As’ad naik bus atau kereta, bolak-balik kondektur tidak menagih tiket kepadanya, demikian pula ketika akan menyeberangi [[Selat Madura]], seseorang tiba-tiba mengajaknya naik ke kapal bersamanya secara cuma-cuma. Setelah turun dari kapal, beliau kembali ditawari naik kendaraan ke [[Jombang]], beliau menerima tawaran ini dengan rasa syukur. Kiai As’ad yakin hal ini karena doa dan barakah dari sang guru melalui uang logam yang diberikan Syekh Kholil.<ref>{{Cite web|last=rosedays.elumar|date=2021-08-07|title=Karomah Mbah Kholil (5): Berkah Uang Logam|url=https://www.duniasantri.co/karomah-mbah-kholil-5-berkah-uang-logam/|website=Dunia Santri|language=id-ID|access-date=2023-08-06}}</ref>
=== Kiai Bahar Sidogiri ===
|