Mamluk: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
RuangWaktu (bicara | kontrib) k menambahkan kosa kata Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit |
Membalikkan revisi 23966275 oleh RuangWaktu (bicara) Spam Link Judi Tag: Pembatalan |
||
Baris 16:
Periode Kesultanan Mamluk (1250–1517) yang paling terkenal adalah, di mana sebuah faksi Mamluk di Mesir berhasil mengambil alih kekuasaan dari penguasanya, dinasti Ayyubiyah. Mereka awalnya merupakan prajurit budak yang berasal dari suku-suku bangsa [[Turki]],<ref name="Isichei 1997 192">{{cite book|last=Isichei|first=Elizabeth|year=1997|title=A History of African Societies to 1870|publisher=Cambridge University Press|url=http://books.google.com/books?id=3C2tzBSAp3MC&pg=PA192&dq=mamluks+kipchak+turks&lr=&hl=en|accessdate=8 November 2008|pages=192}}</ref> yang memanfaatkan keadaan dinasti Ayyubiyah yang mulai melemah.
== Selayang pandang ==
Pasukan Mamluk pertama dikerahkan pada zaman [[Abbasiyyah]] pada [[abad ke-9]]. Bani Abbasiyyah merekrut tentara-tentara
Keistimewaan tentara Mamluk ini ialah mereka tidak mempunyai hubungan dengan golongan bangsawan atau pemerintah lain. Tentera-tentera Islam selalu setia kepada syekh, suku dan juga bangsawan mereka. Jika terdapat penentangan tentara Islam ini, cukup sulit bagi khalifah untuk menanganinya tanpa bantahan dari golongan bangsawan. Tentara budak
== Organisasi ==
Setelah memeluk Islam, seorang Mamluk akan dilatih sebagai tentara berkuda
Tentara Mamluk ini hidup di dalam komunitas mereka sendiri saja. Masa lapang mereka diisi dengan permainan seperti memanah dan juga persembahan kemahiran bertempur. Latihan yang intensif dan ketat untuk anggota-anggota baru Mamluk juga akan memastikan bahawa kebudayaan Mamluk ini abadi.
Setelah tamat latihan, tentara Mamluk
Pada mulanya, status tentara Mamluk ini tidak boleh diwariskan dan anak lelaki tentara Mamluk dilarang mengikuti jejak langkah ayahnya. Di sebagian kawasan seperti [[Mesir]], tentara Mamluk mulai menjalin hubungan dengan pemerintah setempat dan akhirnya mendapat pengaruh yang luas.
Baris 39:
''”Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah. Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya). Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi. Maka, ia menerbangkan debu dan menyerbu ke tengah kumpulan musuh.”'' '''(Al-‘Adiyat 1-4)'''.
Kaum [[muslim]] sebenarnya pun sudah menulis berbagai karya mengenai soal perang dan ilmu militer. Berbagai jenis buku mengenai '[[jihad]]' dan pengenalan terhadap seluk beluk kuda, panahan, dan taktik militer
Dalam karya itu, Al-Nadim menulis berbagai kategori mengenai cara menunggang kuda,
Pada zaman [[Shalahuddin]], ada sebuah buku manual militer yang disusun oleh [[At-Tharsusi]], sekitar '''tahun 570 H/1174 M'''. Buku ini membahas mengenai keberhasilan [[Shalahuddin]] di dalam memenangkan perang melawan bala [[tentara salib]] dan menaklukkan [[Yerussalem]]. Buku ini ditulis dengan [[bahasa Arab]], meski sang penulisnya orang [[Armenia]]. Manual yang ditulisnya selain berisi tentang penggunaan panah
Buku lain yang membahas mengenai militer adalah karya yang ditulis oleh [[Ali ibnu Abi Bakar Al Harawi]] (wafat '''611 H/1214 M'''). Buku ini membahas secara detail mengenai soal taktik perang, organisasi militer, tata cara pengepungan, dan formasi tempur. Kalangan ahli militer di Barat menyebut buku ini sebagai sebuah penelitian yang lengkap tentang pasukan [[muslim]] di medan tempur dan dalam pengepungan
Contoh buku yang lain adalah karya [[Al-Aqsara’i]] (wafat'''74 H/1348 M''') yang diterjemahkan kedalam [[bahasa Inggris]] menjadi An End to Questioning and Desiring (Further Knowledge) Concerning the Science of Horsemanship. Buku ini lebih komplet karena tidak hanya membahas soal kuda, pasukan, dan senjata, namun juga membahas mengenai doktrin dan pembahasan pembagian rampasan perang.
|