Ki Ageng Pengging: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 11:
Ketika [[Sri Makurung Prabu Handayaningrat (Ki Ageng Pengging Sepuh)|Sri Makurung Prabu Handayaningrat]] dengan bergelar sebagai Ki Ageng Pengging Sepuh menjadi penguasa Pengging untuk menyelamatkan keberadaan [[Majapahit]] yang saat itu sudah runtuh, maka mau tidak mau harus berbenturan dengan Kerajaan Demak Bintara yang pada saat itu gencar mencari para simpatisan Majapahit untuk ditaklukkan.
Karena Pengging tidak mau takluk maka jadilah peperangan anatara Pengging melawan Demak Bintara di Wirasaba. Di perang itu Ki Ageng Pengging Sepuh dalam kondisi terpojok akhirnya wafat di tangan [[Sunan Ngudung]] yang menjadi panglima pasukan [[Demak|Demak Bintara]].
Selanjutnya untuk mengisi kekosongan kekuasaan, Raden Kebo Kenanga
== Keluarga Ki Ageng Pengging ==
Pada awalnya Ki Ageng Pengging sendiri berkehendak hidup membujang, namun ketika sedang bertapa beliau mendapat petunjuk untuk menikahi Rara Alit atau Raden Ajeng Tajug Inten yang merupakan putri dari Raden Harya Gugur, karena ini akan menjadi perantara lahirnya seorang raja besar yang akan menurunkan raja-raja di tanah Jawa. Keesokan harinya Ki Ageng Pengging menemui Ki Ageng Tingkir yang merupakan saudara seperguruannya lalu menceritakan tentang ilham yang diterimanya semalam.
Lalu Ki Ageng Tingkir menyarankan untuk menemui Raden Harya Gugur di Pedukuhan Gugur. Akhirnya keduanya berangkat ke Pedukuhan Gugur namun mampir terlebih dahulu ke tempat Ki Ageng Butuh. Kebetulan pula disitu ada kawan seperguruan lain yang bernama Ki Ageng Ngerang sedang bertamu. Setelah menuturkan maksud ke Pedukuhan Gugur untuk mempersunting Rara Alit, seluruh kawannya mendukung keinginan Ki Ageng Pengging dan mereka berempat berangkat ke Pedukuhan Gugur.
Dalam perjalanan hingga sampai di hutan Jatisari, secara kebetulan mereka bertemu dengan Raden Harya Gugur beserta Rara Alit sendiri. Setelah menyampaikan maksudnya, ternyata Raden Harya Gugur juga mendapat ilham yang sama. Kemudian Raden Harya Gugur mengajak mereka berempat ke tempatnya untuk membicarakan persiapan pernikahan Rara Alit dengan Raden Kebo Kenanga. Dan tidak lama kemudian di Padepokan Raden Harya Gugur pun dilaksanakan pernikahan antara Raden Kebo Kenanga dan Rara Alit. Setelah menginap beberapa hari di Pedukuhan Gugur, Ki Ageng Pengging dan istrinya memohon ijin untuk kembali ke Pengging.
== Kematian Ki Ageng Pengging ==▼
Beberapa bulan kemudian Rara Alit yang kini menyandang gelar Nyai Ageng Pengging pun mengandung. Hingga pada tanggal 18 Jumadilakhir tahun Dal ''mangsa kawolu'' menjelang subuh lahirlah seorang bayi laki-laki berparas menawan yang diberi nama Mas Karebet, karena pada waktu lahir Ki Ageng Pengging sedang menanggap wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir. Namun naas, Ki Ageng Tingkir sepulang mendalang wafat. Kelak bayi Mas Karebet ini dewasanya akan tersohor dengan nama Raden Jaka Tingkir dan berhasil menjadi raja besar di Kerajaan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya.<ref>{{Cite web|title=SULTAN HADIWIJAYA HING PAJANG... - Jejak Sejarah Mataram|url=https://www.facebook.com/permalink.php/?story_fbid=3361830580806809&id=100009397006908|website=www.facebook.com|language=id|access-date=2023-08-08}}</ref>
▲== Kematian Ki Ageng Pengging ==
Menurut [[Babad Tanah Jawi]], Ki Ageng Pengging dicurigai [[Raden Patah]] hendak memberontak karena tidak mau menghadap ke [[Demak|Demak Bintara]]. Patih Wanasalam pun diutus ke Pengging untuk menyampaikan teguran pada Ki Ageng Pengging. Namun hingga setahun telah berlalu, Ki Ageng Pengging masih tetap menolak menghadap panggilan ke Demak Bintara. Apalagi Ki Ageng Pengging dicap mendakwahkan ajaran [[Syekh Siti Jenar]] yang telah dianggap sesat oleh pemerintah [[Demak|Kasultanan Demak]].
Sehingga utusan kedua pun dikirimkan, kali ini [[Sunan Kudus]] yang mendapat perintah untuk menghukum mati Ki Ageng Pengging atas kesalahan yang didakwakan.<ref name="kompas"/> Setelah melalui perjalanan panjang, rombongan [[Sunan Kudus]] akhirnya tiba di Pengging.
Namun menurut Serat Siti Jenar, Ki Ageng Pengging meninggal karena kemauannya sendiri. Bahkan dikisahkan bahwa Ki Ageng Pengging berhasil menyadarkan [[Sunan Kudus]] mengenai fitnah-fitnah pada ajaran [[Syekh Siti Jenar]] dengan memberi pengertian yang sebenarnya. Akhirnya Ki Ageng Pengging pun meninggal dunia dengan caranya sendiri, bukan karena ditusuk keris oleh [[Sunan Kudus]].
== Referensi ==
|