Sungai Brantas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Merapikan
Dasnusantara (bicara | kontrib)
+Peta;
Baris 4:
| name_other = Kali Brantas
<!-- *** Image *** --->| image = COLLECTIE TROPENMUSEUM Een kabelbrug over de rivier Brantas bij Kesamben residentie Kediri Oost-Java TMnr 10007555.jpg
| image_size = 250300
| image_alt =
| image_caption = Sebuah jembatan gantung di atas sungai Brantas dekat Kesamben (1922).
<!-- *** Etymology *** --->| etymology = <!-- *** Country etc. *** -->
| subdivision_type1 = [[Negara]]
| subdivision_name1 = [[Indonesia]]
| subdivision_type2 = [[Provinsi]]
| subdivision_name2 = [[Jawa Timur]]
| subdivision_type3 = [[Kabupaten]]/Kota
| subdivision_name3 = [[Kabupaten Malang]], [[Kabupaten Blitar]], [[Kabupaten Tulungagung]], [[Kabupaten Kediri]], [[Kabupaten Jombang]], [[Kabupaten Nganjuk]], [[Kabupaten Mojokerto]], [[Kabupaten Gresik]], [[Kabupaten Sidoarjo]], [[Kabupaten Pasuruan]], [[Kota Batu]], [[Kota Kediri]]
<!-- *** Dimensions *** -->| length = {{cvt|320|km}}
| width =
| depth =
| volume =
| basin_size = {{cvt|11900|km2}}<ref>https://hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4f2f760d2fff3/keputusan-menteri-kehutanan-nomor-sk511menhutv2011-tahun-2011</ref>
| source1 = [[Gunung Anjasmoro]]
| source1_location = [[Sumber Brantas, Bumiaji, Batu|Desa Sumber Brantas]], [[Bumiaji, Batu|Kecamatan Bumiaji]], [[Kota Batu]]
| source1_elevation = {{cvt|2000|m}}
| pushpin_map = Jawa
| pushpin_map_caption = Lokasi sungai
<!-- *** Muara *** -->| mouth = [[Kali Mas]], [[Kali Porong]], [[Selat Madura]]
| mouth_location =
| mouth_elevation = {{cvt|0|m}}
| mouth_elevation_note =
| lat_d = -7.4599
| long_d = 112.4302
Baris 34 ⟶ 26:
| timezone = [[Waktu Indonesia Barat|WIB]]
| geonames = 6881549
| custom_label = Pengelola sungai
| custom_data = [[BPDAS Brantas Sampean]]<ref>https://jdih.menlhk.go.id/new/uploads/files/2022pmlhk14_menlhk_08082022112114.pdf</ref> dan [[BBWS Brantas]]<ref>https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/152117/Permen%20PUPR%20Nomor%2016%20Tahun%202020.pdf</ref>
| river_system = DAS Brantas<ref>https://jdih.menlhk.go.id/new/uploads/files/2022pmlhk14_menlhk_08082022112114.pdf</ref>
| basin_code = DAS220228 <ref>https://jdih.menlhk.go.id/new/uploads/files/2022pmlhk14_menlhk_08082022112114.pdf</ref>
| basin_management = BPDAS Brantas Sampean <ref>https://jdih.menlhk.go.id/new/uploads/files/2022pmlhk14_menlhk_08082022112114.pdf</ref>
| custom_databasin_authority = [[BPDASBalai BrantasBesar Sampean]]<ref>https://jdih.menlhk.go.id/new/uploads/files/2022pmlhk14_menlhk_08082022112114.pdf</ref>Wilayah danSungai Brantas | [[BBWS Brantas]]<ref>https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/152117/Permen%20PUPR%20Nomor%2016%20Tahun%202020.pdf</ref>
| river_region = WS Brantas
| river_region_code = 02.19.A3
| widthextra = q
| country = {{flag|Indonesia}}
| subdivision_name2state = [[Jawa Timur]]
| waterbodies = [[Bendungan Sutami]]; [[Bendungan Wonorejo]]; [[Bendungan Selorejo]]
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De rivier Brandas TMnr 3728-1021.jpg|jmpl|300px|[[Litografi]] Sungai Brantas berdasarkan lukisan [[Abraham Salm]] (1865-1872)]]
Baris 45 ⟶ 44:
 
== Hidrologi ==
Sungai Brantas berhulu di kaki [[Gunung Arjuno]], tepatnya [[Sumber Brantas, Bumiaji, Batu|Desa Sumber Brantas]], [[Bumiaji, Batu|Kecamatan Bumiaji]], [[Kota Batu]]. Sungai ini lalu mengalir ke [[Kota Malang]] dan kemudian bertemu dengan [[Sungai Lesti]] di [[Kabupaten Malang]]. Sungai ini lalu mengalir ke [[Kabupaten Blitar|Blitar]] dan bertemu dengan [[Sungai Ngrowo]] di [[Kabupaten Tulungagung|Tulungagung]]. Sungai ini kemudian mengalir ke [[Kabupaten Kediri|Kediri]] dan bertemu dengan [[Sungai Widas]] di [[Kertosono, Nganjuk|Kertosono]]. Sungai ini lalu mengalir ke [[Kabupaten Jombang|Jombang]] dan bercabang menjadi dua di [[Kabupaten Mojokerto|Mojokerto]], yakni menjadi [[Kali Surabaya]] dan [[Kali Porong]].<ref name="sinaro">{{cite book | last =Sinaro | first = Radhi | author-link = | title = Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) | publisher = Bentara Adhi Cipta | series = | volume = | edition = | date = 2007 | location = Tangerang Selatan | pages = | language = Indonesia | url = http://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/158847/| doi = | id = | isbn = 978-979-3945-23-1 | mr = | zbl = | jfm =}}</ref> Luas Daerah Aliran Sungai ([[Daerah aliran sungai|DAS]]) Brantas mencapai 11.800&nbsp;km² atau seperempat dari luas Provinsi Jawa Timur.<ref>{{cite book |last=Whitten |first=T |author2=Soeriaatmadja, R. E. |author3=Suraya A. A. |title=The Ecology of Java and Bali |publisher=Periplus Editions Ltd |date=1996 |location=Hong Kong |pages=132 |id=}}</ref> Sungai sepanjang 320&nbsp;kilometer ini mengalir melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif, yakni [[Gunung Kelud]].<ref>{{cite document|author=Ramu, Kikkeri|title=Brantas River Basin Case Study, Indonesia|series=Background Paper|url=http://siteresources.worldbank.org/INTSAREGTOPWATRES/Resources/Indonesia_BrantasBasinFINAL.pdf|date=December 2004|page=36|publisher=Worldbank|format=pdf}}</ref> Rerata curah hujan di wilayah sungai ini mencapai 2.000&nbsp;mm per tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% di antaranya jatuh pada musim hujan.<ref name="pola"/> Rerata potensi air permukaan di wilayah sungai ini sebesar 12 miliar m³ per tahun, dan yang termanfaatkan baru sebesar 2,6-3,0 miliar m³ per tahun.<mapframe latitude="-7.749094" longitude="112.401123" zoom="8" width="300" height="300">
{
"type": "FeatureCollection",
"features": [
{
"type": "Feature",
"properties": {
"marker-symbol": "m",
"marker-color": "0050d0",
"title": "Muara sungai Brantas"
},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 112.874351, -7.571905 ]
}
},
{
"type": "Feature",
"properties": {
"marker-symbol": "dam",
"marker-color": "0050d0",
"title": "[[Bendungan Sutami]] (Waduk Karangkates)"
},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 112.449422, -8.162836 ]
}
},
{
"type": "Feature",
"properties": {
"marker-symbol": "dam",
"marker-color": "0050d0",
"title": "Bendungan Wonorejo"
},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 111.800505, -8.017667 ]
}
},
{
"type": "Feature",
"properties": {
"marker-symbol": "dam",
"marker-color": "0050d0",
"title": "Bendungan Selorejo"
},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 112.362544, -7.874466 ]
}
},
{
"type": "Feature",
"properties": {
"marker-symbol": "dam",
"marker-color": "0050d0",
"title": "[[Bendungan Bening]]"
},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 111.794008, -7.539452 ]
}
},
{
"type": "Feature",
"properties": {"marker-symbol":"park", "marker-color":"208020", "title":"Taman Nasional Bromo Tengger Semeru"},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 112.878513, -8.037473 ]
}
}
]
}
</mapframe>
 
== Sejarah ==
Baris 81 ⟶ 154:
[[Berkas:Brantas 140722-44842 kdi.JPG|jmpl|300px|Sungai Brantas yang mendangkal di Kota Kediri. Di kejauhan, tampak sampan penambang [[pasir]]. ]]
===Pra kemerdekaan===
Pengembangan infrastruktur di Sungai Brantas telah dimulai pada saat Raja [[Airlangga]] memimpin [[Kerajaan Kahuripan]], sebagaimana dijelaskan pada [[Prasasti Kamalagyan]] yang berangka tahun 1037. Prasasti tersebut menjelaskan bahwa Raja Airlangga memerintahkan warga untuk membangun bendungan di Waringin Sapta untuk mengatasi banjir yang sering terjadi di Kamalagyan dan sekitarnya.<ref name="pws">{{cite book | last = Notodihardjo | first = Mardjono | title = Pengembangan Wilayah Sungai di Indonesia | publisher = Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum | series = | volume = | edition = | date = 1989 | location = Jakarta | pages = | language = Indonesia | url = https://pustaka.pu.go.id/storage/biblio/file/pengembangan-wilayah-sungai-di-indonesia-kumpulan-karangan-9J4GB.pdf | access-date = 2023-01-01 | archive-date = 2023-01-17 | archive-url = https://web.archive.org/web/20230117132138/https://pustaka.pu.go.id/storage/biblio/file/pengembangan-wilayah-sungai-di-indonesia-kumpulan-karangan-9J4GB.pdf | dead-url = yes }}</ref> Pada dekade 1840-an, pada masa pendudukan Belanda, pengembangan infrastruktur di Sungai Brantas difokuskan untuk mengendalikan banjir dan memanfaatkan derasnya aliran sungai ini.<ref name="jica4"/> Pada tahun 1843, pemerintah Hindia Belanda membangun [[Pintu Air Mlirip]] untuk mengendalikan air Sungai Brantas yang mengalir ke Kali Surabaya. Pada tahun 1857, pemerintah Hindia Belanda membangun [[Bendung Lengkong]] untuk mengairi lahan pertanian seluas 30.000 hektar di delta Sungai Brantas.<ref name="sinaro"/> Pada tahun 1865 dan 1870, pemerintah Hindia Belanda membangun [[Kali Jagir]] dan [[Pintu Air Jagir]] untuk mengurangi jumlah air Kali Surabaya yang mengalir ke [[Kali Mas]]. Pada tahun 1882, pemerintah Hindia Belanda juga membangun [[Kali Porong]] untuk mengurangi jumlah air Sungai Brantas yang mengalir ke Kali Surabaya.<ref name="porong"/>
Pada dekade 1840-an, pada masa pendudukan Belanda, pengembangan infrastruktur di Sungai Brantas difokuskan untuk mengendalikan banjir dan memanfaatkan derasnya aliran sungai ini.<ref name="jica4"/> Pada tahun 1843, pemerintah Hindia Belanda membangun [[Pintu Air Mlirip]] untuk mengendalikan air Sungai Brantas yang mengalir ke Kali Surabaya. Pada tahun 1857, pemerintah Hindia Belanda membangun [[Bendung Lengkong]] untuk mengairi lahan pertanian seluas 30.000 hektar di delta Sungai Brantas.<ref name="sinaro"/> Pada tahun 1865 dan 1870, pemerintah Hindia Belanda membangun [[Kali Jagir]] dan [[Pintu Air Jagir]] untuk mengurangi jumlah air Kali Surabaya yang mengalir ke [[Kali Mas]]. Pada tahun 1882, pemerintah Hindia Belanda juga membangun [[Kali Porong]] untuk mengurangi jumlah air Sungai Brantas yang mengalir ke Kali Surabaya.<ref name="porong"/>
 
Pada tahun 1889, pemerintah Hindia Belanda juga membangun [[Pintu Air Gubeng]] untuk mengendalikan air Kali Mas yang mengalir ke pusat kota Surabaya.<ref name="porong">{{Cite web|url=https://www.mongabay.co.id/2020/08/21/menyibak-peradaban-masa-lalu-yang-terkubur-bencana-alam/|title=Menyibak Peradaban Masa Lalu yang Terkubur Bencana Alam|publisher=[[Mongabay]]|first=Eko|last=Widianto|date=21 Agustus 2020|language=id|access-date=12 November 2022}}</ref> Sekitar tahun 1910, saluran-saluran irigasi pun mulai dikembangkan di bagian hulu dan bagian tengah Sungai Brantas.<ref name="pws"/> Pada tahun 1926 dan 1932, mulai dioperasikan [[PLTA Siman]] dan [[PLTA Mendalan]] di hulu [[Kali Konto]] untuk membangkitkan listrik.<ref name="sinaro"/> Infrastruktur lain yang juga dibangun pada masa pendudukan Belanda di Indonesia meliputi [[Pintu Air Gunungsari]] dan [[Bozem Morokrembangan]] untuk mengendalikan air yang masuk ke pusat kota Surabaya.<ref name="jica4">{{cite book| last = | first = | title = Development of the Brantas River Basin (part 4)| publisher = [[JICA]]| series = | volume = | edition = | date = 1998| location = Tokyo| pages = 40-41 | language = Inggris| url = https://openjicareport.jica.go.jp/pdf/11968989_04.pdf}}</ref> Pada tahun 1943, di bawah arahan tentara Jepang, masyarakat juga mulai membangun [[Terowongan Neyama]] tanpa bantuan mesin,<ref name="hist">{{Cite web|url=https://historia.id/amp/urban/articles/terowongan-neyama-romusha-PRkO6|title=Terowongan Neyama Romusha|publisher=Historia|first=Hendri|last=Isnaeni|date=14 April 2012|language=id|access-date=23 Oktober 2022}}</ref> sehingga baru dapat diselesaikan setahun kemudian.<ref name="jica4"/>