GMIM Riedel Wawalintouan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Michel Ticoalu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Michel Ticoalu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 35:
'''Gereja Riedel Tondano''' atau yang lebih dikenal dengan [[Gereja Masehi Injili di Minahasa|Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM)]] '''Jemaat Riedel Wawalintouan''' adalah sebuah gereja yang terletak di Kelurahan Wawalintouan, Kecamantan [[Tondano Barat, Minahasa|Tondano Barat]], [[Kabupaten Minahasa]], [[Sulawesi Utara]] yang berdekatan dengan Makam Pahlawan Nasional [[Sam Ratulangi|Dr. G.S.S.J. Ratulangie]]. Gereja ini bernaung dalam [[Gereja Masehi Injili di Minahasa]] yang beraliran [[Calvinisme|Calvinis]] dengan sistem [[Presbiterial Sinodal]]. Jemaat Riedel berada dalam [[Klasis|Wilayah/klasis]] [[Tondano (kota)|Tondano]] II sekaligus menjadi pusat [[Klasis|wilayah/klasis]]<ref>{{cite web |title=Wilayah pelayanan Gereja Masehi Injili di Minahasa |url=https://profillengkap.com/Wilayah_pelayanan_Gereja_Masehi_Injili_di_Minahasa |website=profillengkap.com |access-date=28 Agustus 2022 |language=id |archive-date=2023-06-22 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230622040959/https://profillengkap.com/Wilayah_pelayanan_Gereja_Masehi_Injili_di_Minahasa |dead-url=no }}</ref><ref>{{Cite web|last=Sinode GMIM|title=Daftar Jemaat: Wilayah Tondano II|url=http://dashboard.gmim.info/wilayah-104|website=www.gmim.or.id}}</ref>.
 
'''GMIM Riedel Wawalintouan''' berdiri pada 27 Agustus 1989 yang merupakan pemekaran dari GMIM Peniel Watulambot. Pada awal pemekaran, jemaat di Wawalintouan bernama Peniel III dikarenakan pemekaran jemaat di Watulambot mengambil nama Peniel II. Penggunaan nama jemaat di Wawalintouan dari Peniel III menjadi Riedel[[Johann diFriedrich berlakukanRiedel|Riedel]] pada 25 Januari 1992 sebagai pengingat atas jasa dalam penginjilan [[Johann Friedrich Riedel|J.F. Riedel]] di Tondano dan menjadi jemaat GMIM pertama yang menggunakan nama [[Johann Friedrich Riedel|Riedel]] sebagai nama Jemaat<ref name=":1">{{Cite web|last=Kompasiana.com|date=2020-06-12|title=12 Juni 1831 dan Kisah 2 Pendeta Jerman dalam Sejarah Kekristenan Indonesia|url=https://www.kompasiana.com/meidy_tinangon_minahasa/5ee350be097f3664276d36d2/12-juni-1831-dan-kisah-2-pendeta-jerman-dalam-sejarah-kekristenan-indonesia|website=KOMPASIANA|language=id|access-date=2022-10-19|archive-date=2022-10-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20221022045109/https://www.kompasiana.com/meidy_tinangon_minahasa/5ee350be097f3664276d36d2/12-juni-1831-dan-kisah-2-pendeta-jerman-dalam-sejarah-kekristenan-indonesia|dead-url=no}}</ref>.
 
== Sejarah ==
=== Jemaat Protestan di Tondano ===
[https://malesung.wordpress.com/sejarah-biografi-riedel-schwarz/ [Johann Friedrich Riedel]] dan [[Johann Gottlieb Schwarz] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230708155252/https://malesung.wordpress.com/sejarah-biografi-riedel-schwarz/ |date=2023-07-08 }}] tiba di tanah Minahasa sebagai bagian dari utusan [[Nederlandsch Zendeling Genootschap|''Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG)'']] meski demikian Riedel dan Schwarz berkebangsaan [[Jerman]] dan didik di [[Belanda]]<ref name=":1" />. Pada 12 Juni 1831 setelah singgah di [[Pulau Ambon|Ambon]] tiba di Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz dan melanjutkan perjalanan ke Manado selama beberapa bulan untuk belajar bahasa lokal dibawa asuhan Ds. G. Jan Hellendoorn<ref>{{cite news |last1=Manewus |first1=David |title=Jan Hellendoorn, Peletak Batu Dasar Zending Minahasa |url=https://tribunmanadowiki.tribunnews.com/2020/02/11/jan-hellendoorn-peletak-batu-dasar-zending-minahasa?page=all |access-date=28 Agustus 2022 |agency=Tribun Manado |archive-date=2023-07-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230708190134/https://tribunmanadowiki.tribunnews.com/2020/02/11/jan-hellendoorn-peletak-batu-dasar-zending-minahasa?page=all |dead-url=no }}</ref>. Tanggal ini oleh Gereja Masehi Injili di Minahasa diperingati sebagai Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di Tanah Minahasa. Johann Gottlieb Schwarz ditugaskan di Langowan sementara Johann Friedrich Riedel ditugaskan di Tondano<ref name=":1" /><ref>{{cite web |title=Sejarah Biografi Riedel & Schwarz |url=https://malesung.wordpress.com/sejarah-biografi-riedel-schwarz/ |website=Malesung Land |access-date=28 Agustus 2022 |archive-date=2023-07-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230708155252/https://malesung.wordpress.com/sejarah-biografi-riedel-schwarz/ |dead-url=no }}</ref>.
 
Johann Friedrich Riedel tiba di Tondano pada 14 Oktober 1831 dan mulai melakukan pelayanannya di tengah masyarakat yang belum terlalu mengenal Kekristenan. Pada tahun yang sama (1831), jemaat di Tondano mendirikan gereja yang dikenal dengan nama ''Groote Kerk'' atau Gereja Besar (sekarang Gereja Sentrum)<ref>{{cite web |last1=Polii |first1=Bert Toar |title=Gereja Sentrum Tondano |url=http://toudano-minahasa.blogspot.com/2011/03/gereja-sentrum-tondano.html |website=Taudano-Minahasa |access-date=2022-08-28 |archive-date=2023-07-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230708203211/http://toudano-minahasa.blogspot.com/2011/03/gereja-sentrum-tondano.html |dead-url=no }}</ref> di seberang [[Sungai Tondano]] dan [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|''Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)'']] (Sekarang SMP 1 Tondano). Usaha Riedel dalam memperkenalkan Kekristenan pada masyarakat dilakukan melalui pendidikan dan berdialog dengan masyarakat lokal beserta dukungan istrinya<ref>{{Cite web|date=2017-07-11|title=SEJARAH BIOGRAFI RIEDEL & SCHWARZ|url=https://malesung.wordpress.com/sejarah-biografi-riedel-schwarz/|website=Malesung Land|language=id-ID|access-date=2023-06-20|archive-date=2023-07-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20230708155252/https://malesung.wordpress.com/sejarah-biografi-riedel-schwarz/|dead-url=no}}</ref>. Usaha-usaha [[Johann Friedrich Riedel]] mendapatkan perkembangan yang signifikan di mana terjadi peningkatan kehadiran ibadah, ketertarikan masyarakat untuk belajar alkitab dan di baptis (setelah mengikuti katekisasi). [[Johann Friedrich Riedel]] meninggal pada 12 Oktober 1860 dan dimakamkan di Tempat Pekuburan Umum [[Ranowangko, Tondano Timur, Minahasa|Ranowangko]], [[Tondano Timur, Minahasa|Tondano Timur]]<ref>{{Cite web|title=Makam Johann Friedrich Riedel (Museum) - North Sulawesi|url=https://www.helpmecovid.com/id/2460669_makam-johann-friedrich-riedel|website=www.helpmecovid.com|access-date=2022-10-19|archive-date=2022-10-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20221019232738/https://www.helpmecovid.com/id/2460669_makam-johann-friedrich-riedel|dead-url=no}}</ref>.
Baris 57:
* Kapasitas gedung Gereja Peniel tidak mampu menampung jemaat sehingga banyak jemaat yang beribadah di luar bangunan terlebih yang tinggal di [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]] duduk di luar dikarenakan tidak berbatasan langsung dengan Watulambot.
* [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Kelurahan Wawalintouan]] yang merupakan pusat [[Tondano (kota)|Kota Tondano]] tidak memiliki [[gereja]] dah hanya memiliki [[Masjid]] sementara mayoritas penduduk adalah [[Kristen Protestan]].
* Jika pembentukan gedung [[gereja]] di [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]] ditunda maka [[gereja]] kemungkinan tidak akan berdiri di pusat kota dan akan berdiri di daerah perkebunan Susunan Labo di, Lewet.
* Adanya semangat untuk membangun gereja sendiri.
 
Baris 67:
Pada bulan berikutnya di minggu pertama, tanggal 2 Maret 1986, seusai [[Ibadah]] yang dipimpin oleh [[Pdt. MrTH Supit]], diadakan rapat singkat yang membicarakan pembentukan Tim Formatur Panitia Pembangunan yang bertugas untuk pengadaan [[dana]], [[tanah]] dan pembangunan Gereja. Adapun Tim Formatur terbentuk dan terdiri dari 5 orang:
# Pnt. Johan D. Kalonta †
# PE Drs. Ronny Sumanti
# Ang J. Marentek
# Jules Parengkuan †
# Ventje Mamengko
Pada hari Kamis, 6 Maret 1986, Tim Formatur mengadakan Rapat untuk membentuk Panitia Pembangunan Gereja sebagai Persiapan berdirinya suatu [[Jemaat]] [[Gereja Masehi Injili di Minahasa|GMIM]] di [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Kelurahan Wawalintouan]].
{| class="wikitable"
Baris 88:
Pernah ada sebidang tanah yang berlokasi di bagian barat [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Kelurahan Wawalintouan]] yang bersebelahan dengan Jalan Roda (sekarang Jalan Pattimura) akan di beli dengan uang yang ada pada waktu itu namun belum belum jelas kepastiannya. Setelah 1 bulan berlalu, muncul satu usulan lokasi pembangunan gereja [[GMIM]] di [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]] berada di suatu tempat yang saat itu disebut "COT" yang letaknya bersebelahan dengan terminal [[Tondano (kota)|Tondano]]. Meskipun tempat yang disebut "COT" memiliki banyak batu besar, lokasinya sangat strategis dan terletak di puncak dengan pemandangan 2/3 [[Tondano (kota)|Kota Tondano]].
 
Daerah "COT" miliki nilai sejarah pada masa [[Pertempuran Manado|Pendudukan Jepang]] dan masa pergolakan [[Permesta]]. Ketika usulan tersebut diangkat dan disetujui dalam rapat Panitia Pembangunan, maka disepakati bahwa akan dilakukan pembicaraan lebih lanjut dengan Bapak [[Ir. Montong]] yang saat itu menjabat Sekda Tingkat II [[Kabupaten Minahasa Utara|Minahasa]]. Pembicaraan dilaksanakan Jumat, 18 Juli 1986 di mana Bapak [[Jules Parengkuan]], Bapak [[Ventje Mamengko]], Bapak [[A. Lumingkewas]], Bapak [[Liong Gimon]] dan Bapak [[Dandle]] yang menjabat Danramil waktu itu menghadap Bapak Ir. Montong . Pertemuan ini merupakan terobosan perdana dalam rangka memastikan status tanah yang telah direncakan (COT) yang katanya merupakan milik [[pemerintah]].
 
Terobosan selanjutnya pada saat ketika ada acara pengucapan syukur yang dilaksanakan di [[Gereja]] Peniel, dihadiri oleh [[Bupati]] [[Kabupaten Minahasa Utara|Minahasa]] saat itu dijabat oleh Bapak [[Alex Lelengboto]], beliau langsung menyetujui ketika Ketua Panitia Pembangunan Gereja Bapak Pnt. [[P.O. Kandouw]] menanyakan persetujuan darinya tentang lokasi pembangunan Gereja, beliau langsung mengiyakan bahkan langsung menyuruh [[Camat]] [[Tondano (kota)|Tondano]] untuk langsung mengukur tanah lokasi yang akan dibangun [[Gereja]]. Ketika kepastian tanah sudah ada, maka pada tanggal 8 Oktober 1986 dalam rapat panitia yang bertempat di Kel. Kandouw-Lompoliuw, Panitia Pembangunan Gereja melakukan penetapan lokasi pembangunan gereja dan melakukan pengukuran tanah pada 14 Oktober 1987.
Baris 95:
Pada hari Minggu, 14 Desember 1986 adalah awal pembangunan Gereja [[GMIM]] di [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]], yang ditandai dengan peletakan batu pertama. Ibadah peletakan batu pertama dipimpin oleh Pnt. [[J. D. kalonta]], dan dihadiri oleh Bapak [[Nico Kawengian]] mewakili pemerintah yang saat itu menjabat [[Sekretaris Kelurahan Wawalintouan]]. Sebelum pembanguanan gereja permanen dilakukan, jemaat sudah tidak lagi melaksanakan di GMIM Jemaat Pniel namun sudah mulai melaksanakan ibadah di [[Balai Kelurahan]] dan kemudian di [[Kanisa]] yang terbuat dari [[bambu]] di lokasi pembangunan gereja.
 
Sukacita membangun Gedung Gereja lewat Panitia Pembangunan yang telah dipercayakan didukung oleh seluruh Jemaat yang juga terlibat penuh di dalamnya. Setiap kolom, dari kolom 31-39 berusaha dengan maksimal dalam memberi sumbangsih untuk berpartisipasi membangun [[Gereja]]. Usaha menjual makanan, menjual kupon, menjalankan kartu kawan, dan ada juga yang memberi sumbangan secara pribadi dalam bentuk dana maupun bahan bangunan sampai dengan dibuatnya kantin pembangunan yang letaknya di kompleks terminal [[Tondano (kota)|Tondano]] yang dikelola oleh setiap kolom. Bapak [[Ir. Kardono]] adalah salah satu orang yang berperan penting dalam pembangunan Gereja [[Gereja Masehi Injili di Minahasa|GMIM]] di [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]]. Beliau seorang [[Kristen]] tapi memang bukan warga [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]] namun karena tugas pekerjaan, Bapak [[Ir. Kardono]] berdomisili dan tinggal di Jl. Mini (Kolom 36). Suatu waktu beliau menghadiri Ibadah Kolom 36 dan mendengar bahwa ada kendala dalam pembangunan Gereja, beliau kemudian dengan ketulusan dan inisiatif pribadi memberi bantuan membawa [[Bulldozer]] yang biasa dipakai untuk urusan pekerjaan ke lokasi pembangunan Gereja untuk meratakan tanah (COT) lokasi pembangunan di daerah puncak bukit dan berbatu. Pada tanggal 8 November 1987, karena telah selesai tugas dan sebagai tanda terima kasih kepada Bapak [[Ir. Kardono]] diadakan acara ramah tanah sekaligus pemberian cendera mata sebagai kenang-kenangan oleh Panitia Pembangunan.
Bapak [[Ir. Kardono]] adalah salah satu orang yang berperan penting dalam pembangunan Gereja [[Gereja Masehi Injili di Minahasa|GMIM]] di [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]]. Beliau seorang [[Kristen]] tapi memang bukan warga [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]] namun karena tugas pekerjaan, Bapak [[Ir. Kardono]] berdomisili dan tinggal di Jl. Mini (Kolom 36). Suatu waktu beliau menghadiri Ibadah Kolom 36 dan mendengar bahwa ada kendala dalam pembangunan Gereja, beliau kemudian dengan ketulusan dan inisiatif pribadi memberi bantuan membawa “[[Bulldozer]]" yang biasa dipakai untuk urusan pekerjaan ke lokasi pembangunan Gereja untuk meratakan tanah (COT) lokasi pembangunan di daerah puncak bukit dan berbatu. Pada tanggal 8 November 1987, karena telah selesai tugas dan sebagai tanda terima kasih kepada Bapak [[Ir. Kardono]] diadakan acara ramah tanah sekaligus pemberian cendera mata sebagai kenang-kenangan oleh Panitia Pembangunan.
 
==== Menjadi Jemaat Mandiri ====
Sejak lokasi yang akan dibangun Gereja di ukur pada 14 Oktober 1987, telah dilakukan berbagai pertemuan-pertemuan, usaha-usaha bahkan tidak sedikit juga pengorbanan yang dilakukan oleh seluruh Panitia Pembangunan, Pelayan Khusus bahkan setiap anggota [[Jemaat]] yang ada di [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]]. Hal ini berlangsung terus sampai dengan pertengahan tahun 1989, tepatnya pada hari Selasa, 4 Juli 1989 diadakan pertemuan di rumah Keluarga [[Ngantung-Rempas]] dan salah satu topik adalah Peresmian [[Jemaat]] di [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]] untuk menjadi jemaat yang berdiri sendiri dan mekar dari Jemaat PnielPeniel.
 
Tahapan itu dimulai dengan persiapan penahbisan antara lain dibangunlah Kanisa dengan beratapkan seng, dindingnya dari [[bambu]], sedang lantainya dari [[beton]]. Begitu pun dengan [[konsistori]], yang membedakan dindingnya yang terbuat dari [[tripleks]]; Juga sudah diikuti dengan berbagai persiapan perlengkapan di dalam Kanisa. Selain itu dilakukan juga dipersiapkan struktur Badan Pekerja Majelis Jemaat [[Gereja Masehi Injili di Minahasa|GMIM]] di [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]] yang disusun dan dipilih. Setelah melalui beberapa proses, maka pada hari Jumat, 18 Agustus 1989 diadakanlah Rapat Pemilihan Badan Pekerja Majelis Jemaat di [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]].
Baris 130 ⟶ 129:
 
== Dedikasi ==
Pada tanggal 25 Januari 1991, nama [[Pniel|Peniel]] diganti dengan nama [[Johann Friedrich Riedel|Riedel]]. Nama ini dipilih dengan mempertimbangkan bahwa belum ada jemaat di lingkungan [[GMIM]] yang memakai nama [[Johann Friedrich Riedel|Riedel]]. Nama [[Johann Friedrich Riedel|Riedel]] dipakai sebagai pengingat atas jasa [[Johann Friedrich Riedel]] dalam [[penginjilan]] di [[Minahasa]] khususnya di [[Tondano (kota)|Tondano]]<ref name=":1" /> sehingga menjadi jemaat [[GMIM]] pertama yang menggunakan nama [[Riedel]] sebagai nama [[Jemaat]].
 
Penggunaan nama [[Johann Friedrich Riedel|Riedel]] sebagai nama jemaat kemudian diabadikan juga dalam relief yang terletak pada dinding barat Aula Gereja berhadapan dengan relief [[Sam Ratulangi|Dr. G.S.S.J. Ratulangie]].
 
Jemaat Riedel di Wawalintouan menjadi satu-satunya jemaat yang menggunakan nama Riedel sebagai nama jemaat hingga Juni 2013 setelah jemaat di Kembes meresmikan gereja dengan nama yang sama.
 
== Arsitektur & Eksterior ==
[['''Gedung Gereja Riedel]]''' memiliki bentuk yang unik karena dibangun mengikuti kontur geografis lokasi gereja [[bukit|berbukit]] dan [[Batu|berbatu]]. Gereja ini memiliki 5 lantai (ditambah [[menara]] yang lebih kecil) yang terbagi atas 3 bagian yaitu, ruang [[konsistori]] yang terletak di bawah selasar/''platje'' depan, ruang ibadah yang mencakup lantai utama (lt. 2) dan balkon (lt. 3), ruang pertemuan dan gudang di lantai 4 (dari lt. 4 terdapat [[jendela]] besar yang dapat melihat ruang ibadah) dan lantai 5 (dek observasi dan ruang arsip), serta menara yang lebih kecil sebagai tempat [[lonceng]]. Sementara itu, bangunan dibagi atas dua struktur yaitu [[menara]] dan ruang ibadah yang terhubung.
 
[['''Gereja Riedel]]''' umumnya didominasi arsitektur ''[[Mid Century]]'' dan [[Gaya Jengki|Jengki]] pada bagian eksterior dengan dinding yang dilapisi [[ubin]] berwarna putih dan [[ubin]] berwanah merah maroon sebagai aksen pada [[kanopi]] jendela. Pada bagian façade yang mencakup keseluruhan lantai, dikombinasikan dengan arsitektur rumah adat [[Minahasa]] di mana terdapat terdapat dua tangga pada sebelah kiri dan kanan menuju selasar dan bertemu di tengah. Untuk tangga di dalam bangunan mengikuti konsep yang sama dengan yang di luar namun dengan tangga U. Sementara itu, pada kedua sisi selasar terdapat dua ruangan yang berfungsi kantor dan konsistori yang terhubung di lantai bawah. Pada puncak struktur utama bangunan terdapat menara yang lebih kecil mengikuti desain gereja-gereja kolonial dan berfungsi sebagai [[menara]] [[Lonceng gereja|lonceng]]. Menara ini berbentuk [[Segi delapan|octagon]] dengan atap yang runcing ([[kerucut]]) dengan salib di atasnya.
 
Seluruh gedung gereja dikelilingi dengan [[jendela]] berbentuk melengkung (''[[arched window]]'') dan memiliki bagian yang dapat dibuka. Pada ruang ibadah sendiri miliki 28 jendela induk setinggi dua lantai yang terdiri atas 4 susuan jendela. Jendela induk terdiri atas 12 jendela yang lebih kecil dengan 6 jendela yang dapat di buka dan 6 jendela mati pada masing-masing jendela. Terdapat juga 20 jendela sayap ganda di ruang ibadah yang dapat dibuka, jendela sejenis juga ditemukan di ruangan lain. Kondisi ini membuat setiap ruangan mendapatkan pencahayaan maksimal dan sirkulasi udara yang baik.
 
Denah '''Gereja Riedel''' kental dengan simbol kekristenan, yaitu berbentuk [[salib]], namun hanya sisi barat dan timur yang sama panjang, namun denah ruangan tidaklah lurus seperti gereja-gereja pada umumnya tetapi sedikit melebar pada bagian tengah. Sementara itu, pada sekeliling bangunan terdapat setapak yang terbuat dari [[batu |batu templek]]. Pada masing-masing sayap bangunan beratapkan [[atap pelana|pelana]] sedangkan pada sisi selatan terpisah dengan atap utama karena tinggi bangunan yang berbeda. Pada tengah bangunan, pertemuan atapnya meruncing (''[[spire]]'') menyesuaikan dengan denah bangunan sehingga mendominasi atap dengan salib di atasnya. Penempatan spire pada tengah bangunan gereja umumnya ditemukan pada gereja-gereja berarsitektur [[gotik]], namun, ''[[spire]]'' di [[Gereja Riedel]] agak lebar. Jika di lihat dari udara, bentuk bangunan yang agak melebar pada bagian tengah membuat atap terlihat berbentuk salib degan simbol [[Chi Rho|X]] ([[Khi-rho|Chi]]) huruf pertama dari kata Yunani "ΧΡΙΣΤΟΣ" (''Kristos'' = [[Kristus]]).
 
== Interior ==