Antonius Gunardi Prayitna: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 37:
Hingga selepas ujian SMA, saat pendaftaran ke universitas sudah dibuka, ia memberanikan dirinya mendaftar ke Seminari Berthinianum, tetapi ia terlambat karena hari untuk tes sudah lewat. Bersamaan dengan itu, kabar buruk tentang 2 orang imam di parokinya yang meninggalkan jalan imamat, sempat membuat umat di sana pesimis terhadap panggilan imamat. Orang tua Pastor Anton juga semakin tidak suka jika ia masuk seminari.
 
Namun, tak ada yang bisa menghalangi jika Tuhan berencana. Pada akhirnya ia diterima di Seminari Berthinianum tanpa tes! Ini terjadi setelah ia menghadap Pastor FX. Prajasuta, MSF (yang akhirnya menjadi Uskup Keuskupan Banjarmasin, dan Pastor Wim vd. Weiden, MSF di Wisma Nazareth. Pada tahun ajaran 1973, ia memulai hidupnya sebagai seminaris di Wisma Betania Ungaran. Hal itu terjadi karena di Berthinianum muridnya hanya tiga orang, termasuk dirinya dan 2 calon yang lain. Dengan jumlah murid 3 dan sekitar 6-7 orang guru, maka MSF memutuskan memindahkan Berthinianum ke Wisma Nazareth Yogyakarta.
 
Babak selanjutnya dimulai saat ia diterima di Novisiat MSF Salatiga (sekarang menjadi Wisma Kana). Ketika itu, ada 22 novis yang merupakan gabungan dengan kelas yang dipimpin Mgr. [[Aloysius Sutrisnaatmaka]], MSF. Setelah tahun novisiat berakhir, ia mengikrarkan kaul pertama di Gereja Keluarga Kudus, Wisma Nazareth, 31 Januari 1975. Hidupnya sebagai biarawan MSF semakin diasah dalam studi di IFT dan dalam komunitas. Proses perjalanan menggapai imamat berlanjut dengan aktivitas TOP (Tahun Orientasi Pastoral) tahun 1978 di Keuskupan Banjarmasin.
Baris 47:
Tugas selanjutnya adalah sebagai pastor pembantu di Paroki Keluarga Kudus, Banteng, Yogyakarta, tahun 1983-1986. Saat bertugas di paroki ini, Pastor Anton juga merangkap tugas sebagai Ekonom Skolastikat MSF. Sebagai pastor pembantu, ia terlibat dalam tugas parokial, seperti memimpin Misa.
 
Langkah selanjutnya adalah saat bertugas sebagai Pastor Kepala Paroki St.Santo Petrus dan Paulus Temanggung, 1986-1990. Wilayah paroki ini meliputi: Paroki Adm. Keluarga Kudus, Parakan, Paroki Rawaseneng, dan Paroki St.Santo Petrus dan Paulus. Saat bertugas di Temanggung, ia mendapat pengalaman berkesan berelasi bersama para petinggi pemerintahan, dengan Bapak Bupati serta para pendeta. Kerja sama yang baik juga terjadi antar para religius PBHK di Parakan, OCSO, dan OP di Rawaseneng, serta PI di Temanggung. Hal ini semakin memperkuat panggilannya.
 
Selanjutnya Pastor Anton kembali berkarya sebagai Pastor Kepala di Paroki St.Santo Yohanes Evangelista, Kudus, dan Paroki Stella Maris, Jepara, tahun 1990-1992. Saat bertugas sebagai pastor kepala di paroki ini, ada 2 wilayah besar yaitu Kudus dan Jepara, serta beberapa stasi. Meski merupakan paroki kecil, wilayah Kudus tergolong dinamis, karena kegiatan umat hidup. Selain itu, kota ini terkenal sebagai kota industri rokok.
 
Hingga pada Januari 1992, Kapitel Provinsi MSF memilih Pastor Anton menjadi Asisten III Depimprof dan ia juga dipercaya menjadi menjadi ekonom Provinsi MSF Jawa. Bulan Agustus 1992, ia dipindahkan ke markas MSF di Jl.Guntur 20 menemani Pastor F. Suryaprawata, MSF sebagai Provinsial. Masa tugas ini diwarnai dengan kepergian ayah Pastor Anton dalam usia 72 tahun pada bulan November 1992.