Perebutan Melaka (1511): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Verosaurus (bicara | kontrib) |
Verosaurus (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 12:
|commander2=[[Mahmud Syah dari Malaka|Mahmud Shah]]|
|strength1=1.200 tentara<ref>Diffie, Winius, hal. 255</ref><br>17 hingga 18 kapal<ref name="RICKLEFSp23">{{cite book|last =Ricklefs|first =M.C.|authorlink =|coauthors =|title =A History of Modern Indonesia Since c.1300, 2nd Edition|publisher =MacMillan|year =1991|location =London|page =23|url =|doi =|isbn = 0-333-57689-6 }}</ref>|
|strength2=20.000 tentara<ref>Diffie, Winius, hal. 256</ref><br>Kurang dari 100 artileri{{sfn|Gibson-Hill|1953|p=146-147}}<ref group="Catatan">Walaupun catatan pasca-penaklukan menyebutkan artileri Malaka berjumlah sekitar 2000–8000 buah, jumlah yang digunakan dalam pertempuran jauh lebih kecil.</ref><br>20 [[gajah perang]]<br>Kapal lancaran dengan jumlah tidak diketahui<br>20 penjajap|
|casualties1=28 tewas<ref>Diffie, Winius, hal. 258</ref>|
|casualties2=Tidak diketahui|
Baris 69:
Pada saat itu, Kesultanan Malaka meliputi seluruh Semenanjung Malaya dan sebagian besar Sumatra bagian utara.<ref>{{cite journal |last=McRoberts |first=R. W. |title=An Examination of the Fall of Melaka in 1511 |journal=Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society |volume=57 |issue=1 [246] |year=1984 |pages=26–39 [p. 29] |jstor=41492970 }}</ref> Semua bawahan sultan tampaknya telah mematuhi panggilannya untuk berperang sesuai dengan kapasitasnya. Palembang, Indragiri, Minangkabau, dan Pahang semuanya tercatat mengirimkan pasukan, dan mungkin juga wilayah lain; Satu-satunya negara pemberontak yang tercatat adalah Kampar, yang memberi Portugis basis lokal. Sultan juga merekrut ribuan tentara bayaran dari Jawa, yang dibayar pada awal Agustus dan diberi upah tiga bulan di muka, dan mempekerjakan 3.000 tentara bayaran Turki dan Iran. Akhirnya, ia mengumpulkan gudang senjata berisi 8.000 senjata mesiu, termasuk meriam. Sebagian besar dari ini adalah [[lantaka]] atau [[cetbang]] yang menembakkan peluru 1/4 hingga 1/2 pon (mereka juga termasuk banyak [[Arquebus Jawa|''arquebus'' berat yang diimpor dari Jawa]]).{{sfn|Birch|1875|p=128}}<ref name="Egerton">{{Cite book|last=Egerton|first=W.|title=An Illustrated Handbook of Indian Arms|publisher=W.H. Allen|year=1880}}</ref>{{Rp|96}} Menurut pedagang Cina yang membocorkan informasi ke Portugis, total pasukan sultan berjumlah sebanyak 20.000 prajurit. Mereka awalnya dikumpulkan untuk kampanye melawan musuh utama Malaka di Sumatra, [[Kerajaan Aru]].<ref>{{Harvnb|McRoberts|1984|pp=32–33}}.</ref>
Penduduk semenanjung Melayu tidak menggunakan kapal besar. Dalam peperangan laut, orang Melayu menggunakan [[Lancaran (kapal)|lancaran]] dan [[Banting (perahu)|banting]], digerakkan oleh dayung dada (dayung pendek) dan 2 tiang layar, dengan 2 kemudi (satu di kedua sisi lambung kapal). Orang Melayu tidak terbiasa mengarungi samudra, mereka hanya melakukan pelayaran pesisir menyusuri pantai semenanjung Melayu.{{sfn|Mills|1930|p=36}} Catatan Melayu dari berabad-abad kemudian menyebut penggunaan kapal [[Ghali (kapal)|ghali]], namun ini sebenarnya hanyalah kisah [[anakronisme]]: Kapal ghali muncul di Nusantara setelah diperkenalkan orang Portugis berdasarkan kapal ''galley'' [[Mediterania]].<ref name=":02">Halimi, Ahmad Jelani (2023, June 20). ''Mendam Berahi: Antara Realiti dan Mitos'' [Seminar presentation]. Kapal Mendam Berahi: Realiti atau Mitos?, Melaka International Trade Centre (MITC), Malacca, Malaysia. https://www.youtube.com/watch?v=Uq3OsSc56Kk</ref> Ghali pertama yang digunakan oleh armada setempat baru muncul pada akhir tahun 1530-an, dan baru pada tahun 1560-an penggunaan ghali semakin meluas, kebanyakan digunakan oleh orang Aceh, bukan Melayu.<ref name=":1">Manguin, Pierre-Yves (2012). Lancaran, Ghurab and Ghali: Mediterranean impact on war vessels in Early Modern Southeast Asia. In G. Wade & L. Tana (Eds.), ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past'' (pp. 146–182). Singapore: ISEAS Publishing.</ref>{{Rp|164}}<ref name=":16">Manguin, Pierre-Yves (1993). 'The Vanishing Jong: Insular Southeast Asian Fleets in Trade and War (Fifteenth to Seventeenth Centuries)', in Anthony Reid (ed.), ''Southeast Asia in the Early Modern Era'' (Ithaca: Cornell University Press), 197–213.</ref>{{Rp|210-212}} Menurut Albuquerque, orang Melayu dari Melaka menggunakan lancaran (''lanchara'') dengan jumlah tidak disebutkan dan dua puluh penjajap (''pangajaoa'') untuk melawan Portugis.{{sfn|Albuquerque|1774|p=80–81}}{{sfn|Birch|1875|p=68}}
Meskipun memiliki banyak artileri dan senjata api, senjata itu sebagian besar dan terutama dibeli dari orang Jawa dan Gujarat, di mana orang Jawa dan Gujarat adalah operator senjatanya. Pada awal abad ke-16, sebelum kedatangan Portugis, orang Melayu kekurangan senjata api. ''[[Sejarah Melayu]]'', menyebutkan bahwa pada tahun 1509 mereka tidak mengerti "mengapa peluru membunuh", menunjukkan ketidakbiasaan mereka menggunakan senjata api dalam pertempuran, jika tidak dalam upacara.{{sfn|Charney|2012|p=3}} Sebagaimana dicatat ''Sejarah Melayu'':
Baris 223:
== Rujukan ==
* {{Citation |last=Albuquerque |first=Afonso de |url=https://archive.org/details/commentariosdog00unkngoog/page/n165/mode/2up?q |title=Commentários do Grande Afonso Dalbuquerque parte III|publisher=Na Regia Officina Typografica |year=1774 |location=Lisboa}}
* Bailey W. Diffie, George D. Winius, ''Foundations of the Portuguese Empire, 1415–1580'' (1977) {{ISBN|9780816608508}}
* {{citation |last=Charney |first=Michael |year=2012 |title=Iberians and Southeast Asians at War: the Violent First Encounter at Melaka in 1511 and After |journal=Waffen Wissen Wandel: Anpassung und Lernen in transkulturellen Erstkonflikten |volume= |issue= |pages=1-18 |doi= }}
|