Harijadi Sumodidjojo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Infobox orang Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Rescuing 4 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5 |
||
Baris 21:
=== Keluarga ===
Semasa hidupnya, dia menikah sebanyak tiga kali dan memiliki delapan orang anak yang bernama Bambang, Niken, Ireng, Rini, Santu, Sani, Lintang dan Layung.<ref name="Ref9" /><ref name="Ref13">[http://www.mysteryofbatavia.com/?r=site/scrap/detail/168 Mysteryofbatavia.com]
Sebagai orang tua, Harijadi dan istrinya mengajarkan anak-anak mereka tentang tata cara hidup melalui contoh dan agar selalu mencintai seni dan budaya, misalnya dengan membiasakan penggunaan [[Bahasa Jawa|bahasa Jawa Krama Inggil]] (tingkat paling halus) kepada orang yang lebih tua.<ref name="Ref22" /> Selain itu, dia juga memberikan pengetahuan yang didapatkannya dari luar negeri.<ref name="Ref22">[http://www.mysteryofbatavia.com/?r=site/scrap/detail/169 Mysteryofbatavia.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304191618/http://www.mysteryofbatavia.com/?r=site%2Fscrap%2Fdetail%2F169 |date=2016-03-04 }}, Scrapbook: Harijadi bersama keluarga besarnya.</ref>
== Karya-karya ==
Satu-satunya pameran lukisan tunggal Harijadi berlangsung pada 25 April-5 Mei 1956 di Balai Budaya Jalan Gereja Theresia 47 Jakarta.<ref name="Ref17" /> Dari 54 karya yang dipamerkan, terdapat sebuah lukisan berjudul Balapan yang Terakhir, di mana berisi kegemaran Harijadi terhadap otomotif dan balapan.<ref name="Ref20">[http://www.mysteryofbatavia.com/?r=site/scrap/detail/171 Mysteryofbatavia.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304135936/http://www.mysteryofbatavia.com/?r=site%2Fscrap%2Fdetail%2F171 |date=2016-03-04 }}, Scrapbook: Pelukis yang gila otomotif dan balapan.</ref> Kehidupan personal Harijadi selalu dimasukkan dalam setiap karyanya, salah satunya dalam lukisan ''Beginilah Hidupku'' yang menggambarkan Harijadi dan Sumilah saat mengalami pertengkaran.<ref name="Ref17">[http://www.mysteryofbatavia.com/?r=site/scrap/detail/174 Mysteryofbatavia.com]
Pada Januari 1955, Soekarno ingin memiliki lukisan Harijadi berjudul ''Pengungsi-pengungsi dari Daerah Merapi'', yang menampilkan karakter Harijadi yang keras namun penyayang.<ref name="Ref21"/> Namun, dia tidak mau menyerahkan lukisan tersebut karena itu sudah dipersiapkan untuk anaknya, Rini, yang saat itu menderita kelainan jantung.<ref name="Ref21" />
Selain melukis, Harijadi juga mempelajari ilmu ''memboetseer'' (membuat patung dari tanah liat dengan model), memahat, seni interior dan etalase, serta arsitektur mebel.<ref name="Ref14">[http://www.mysteryofbatavia.com/?r=site/scrap/detail/165 Mysteryofbatavia.com]
Setelah keluar dari SIM karena tidak sejalan dengan prinsip Sudjojono, Harijadi mendirikan Sanggar Selabinangun (Sangsela) bersama Sumilah.<ref name="Ref18">[http://www.mysteryofbatavia.com/?r=site/scrap/detail/177 Mysteryofbatavia.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304130236/http://www.mysteryofbatavia.com/?r=site%2Fscrap%2Fdetail%2F177 |date=2016-03-04 }}, Scrapbook: Relief Bandung Bondowoso yang tak selesai.</ref> Pemerintah meminta Sangsela untuk membuat relief beton di ruang VIP [[Bandara Adisucipto]] dan mereka mengerjakannya dengan biaya mandiri dan asupan dana permerintah.<ref name="Ref18" /> Setelah dua tahun dikerjakan, pembuatan [[relief]] yang sering disebut [[Rara Jonggrang]] tersebut dihentikan karena kesulitan dana.<ref name="Ref18" /> Setelah proyek tersebut, Soekarno meminta Harijadi dan Sangsela untuk membuat [[relief]] [[Andesit|batu andesit]] berjudul ''Pesta Pura di Bali'', seluas 68 m² yang diletakkan di dinding [[Hotel Indonesia]].<ref name="Ref1" /><ref name="Ref19">[http://www.mysteryofbatavia.com/?r=site/scrap/detail/178 Mysteryofbatavia.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304130719/http://www.mysteryofbatavia.com/?r=site%2Fscrap%2Fdetail%2F178 |date=2016-03-04 }}, Scrapbook: Harijadi S mengerjakan proyek pesanan Sukarno, Pesta Pura di Bali.</ref> Pada 20 April 1964, felief tersebut diserahkan ke Departemen Perhubungan Darat Pos Telekomunikasi dan Pariwisata.<ref name="Ref19" /> Di bagian kiri bawah relief tersebut, dipahat pedoman Sangsela yang berbunyi, "Kerasnya batu masih kalah dengan kerasnya tekad guna menyelesaikan revolusi."<ref name="Ref19" />
|