Frans Kaisiepo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 5 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
Baris 35:
Pada 1945, Frans bertemu [[Sugoro Atmoprasodjo]] di Sekolah Kursus Pegawai. Mereka dengan cepat menemukan titik temu karena dukungan bersama mereka untuk kemerdekaan Indonesia. Kaisiepo sering mengadakan pertemuan rahasia untuk membahas aneksasi [[Nugini Belanda]] oleh [[Republik Indonesia]].
 
Pada 31 Agustus 1945, ketika [[Papua]] masih diduduki Belanda, Frans termasuk salah satu orang menegakkan eksistensi Republik Indonesia dan orang pertama yang mengibarkan [[Bendera Merah Putih]] dan menyayikanmenyanyikan lagu [[Indonesia Raya]] di Papua.
 
Pada Juli 1946, Frans menjadi utusan Nugini Belanda dan satu-satunya orang asli Papua pada [[Konferensi Malino]] di [[Sulawesi Selatan]]. Sebagai Juru Bicara, dia menyarankan wilayah itu disebut "Irian", menjelaskan kata itu berarti "tempat yang panas" dalam bahasa aslinya, [[Bahasa Biak|Biak]].<ref>Chris Lundry, ''Separatism and State Cohesion in Eastern Indonesia'' (PhD dissertation), [[Arizona State University]], Phoenix, 2009, p. 166</ref> Pada bulan yang sama, [[Partai Indonesia Merdeka]] didirikan oleh Frans di Biak, dengan [[Lukas Rumkorem]] sebagai pemimpin terpilih partai tersebut.<ref>{{Cite news|url=https://tirto.id/frans-kaisiepo-sejarah-perjuangan-seorang-papua-untuk-indonesia-bLoW|title=Frans Kaisiepo: Sejarah Perjuangan Seorang Papua untuk Indonesia|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2020-02-27|archive-date=2022-10-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20221027120621/https://tirto.id/frans-kaisiepo-sejarah-perjuangan-seorang-papua-untuk-indonesia-bLoW|dead-url=no}}</ref>