Halim Ambiya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nirwanjerryson (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Nirwanjerryson (bicara | kontrib)
Menambahkan dua foto baru.
Baris 44:
 
Kecintaannya pada ilmu tasawuf pun kian bertambah di akhir penyelesaian kuliahnya. Halim Ambiya merasa terpikat dengan kitab Risalah al-Laduniyyah karya [[Al-Ghazali|Imam al-Ghazali]] hingga memperdalam filsafat ilmu dalam Islam pada penelitian ilmiahnya. Skripsinya yang berjudul "Epistemologi Islam: Suatu Gagasan Naquib Al-Atas tentang Islamisasi Ilmu" akhirnya menjadi jalan bagi Halim Ambiya untuk mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah Program Pascasarjana (S2) di [[ISTAC|ISTAC (International Institute of Islamic Thought and Civilization)]], [[Kuala Lumpur]], [[Malaysia]]—sebuah institusi pendidikan tinggi yang didirikan oleh [[Syed Muhammad Naquib al-Attas]].
[[Berkas:Halim Ambiya dalam Pengajian di Pondok Tasawuf Underground.jpg|jmpl|283x283px|Halim Ambiya dalam Pengajian di Pondok Tasawuf Underground.]]
 
Halim Ambiya mengikuti program studi Sejarah dan Kebudayaan Islam di ISTAC selama 4 tahun. "Saya benar-benar seperti masuk pesantren lagi di ISTAC. Ini kampus internasional. Tradisi thuras di kampus ini luar biasa. Dan, perpustakaan ISTAC itu lengkap sekali. Bayangkan, manuskrip-manuskrip dari Perpustakaan Nasional Bosnia saja diboyong ke kampus ini. Di samping mendapat bimbingan langsung dari Prof. Alattas dan [[Wan Mohammad Nor Wan Daud|Prof. Dr. Wan Mohammad Nor Wan Daud]], kami banyak mendapat pengajaran profesor-profesor dari berbagai negara, seperti [[Turki]], [[Sudan]], [[Iran]], [[Belanda]], [[Jerman]], dan [[Amerika Serikat]]," tutur Halim.<ref name=":3" />
 
Baris 61:
 
Hingga sekarang Halim Ambiya masih menjadi Direktur Salima Publika. Lembaga yang dipimpin ini tidak hanya berkutat pada dunia penerbitan dan percetakan buku, tetapi juga pada penelitian-penelitian ilmiah terkait sejarah kebudayaan Islam di [[Nusantara]], manuskrip-manuskrip Melayu, dan kebijakan publik. Apalagi di tengah kelesuan industri penerbitan buku di [[Indonesia]], Halim Ambiya aktif mengkampanyekan literasi digital melalui media sosial.
[[Berkas:Halim Ambiya di Pondok Tasawuf Underground. (09-02-2021).jpg|jmpl|295x295px|Halim Ambiya dalam pengajian di Pondok Tasawuf Underground.]]
 
Karena kegelisahannya melihat fenomena budaya instan di kalangan [[milenial]] yang mengikis tradisi intelektual [[pesantren]], pada tanggal 8 Februari 2012, Halim Ambiya mendirikan apa yang dikenal sebagai [[Tasawuf Underground]]. Didampingi sahabatnya, Ade Irfan Abdurrahman, Halim Ambiya membuat ''fans page'' di [[Facebook]] dengan nama Tasawuf Underground. Sebuah nama yang dianggap asing ketika itu. Halim Ambiya merasa terpancing untuk terlibat dalam dakwah digital melalui penyebaran karya-karya klasik Islam di media sosial, khususnya tentang ilmu [[Sufisme|tasawuf]].