Sampan panjang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 20:
Mitman (1923: hal. 258) menulis agak merendahkan pembuat sampan panjang:<ref name=":1">{{Cite journal|last=Mitman|first=Carl W.|date=1923|title=Catalogue of the Watercraft Collection in the United States National Museum|url=|journal=Bulletin|volume=127|pages=1-298|via=}}</ref> <blockquote>Perahu-perahu ini mungkin merupakan salah satu contoh paling menakjubkan dari bentuk garis gelombang di dunia; bagian tengah mereka sangat mirip dengan yacht modern. Agak kurang mengagumkan bahwa pembangun kurang beradab dari perahu ini seharusnya telah mencapai kesempurnaan dalam mendesain dengan metode "''rule-of-thumb''".
 
- Mitman, katalog koleksi perahu di Museum Nasional A.S. </blockquote>Pada seperempat terakhir abad ini dibuat dengan panjang lambung 40 kaki (12,2 m) dan lebih, dan beberapa contoh memiliki 3 tiang layar. Perahu seperti itu mahal untuk dibangun dan dirawat. Mereka membutuhkan kru, dengan beberapa pengalaman, 20-2520–25 orang untuk tujuan balap, tetapi lambung dan andang-andangnya berada di luar kemampuan kampung Melayu yang hanya bisa menghasilkan para lelaki secara amatir. Kenyataannya, mereka hanya cocok untuk tokoh terkemuka setempat, dan yang dapat dilakukan adalah berpacu dengan sampan panjang lainnya. Ukuran kru yang dibutuhkan untuk mengangkut mereka, kemudahan pengiriman air, dan kurangnya ''finishing'' di dalam lambung perahu, membuat mereka tidak berguna untuk tujuan pesiar.<ref>Mitman, C. W. 1923. Catalogue of the watercraft collection in the U.S. National Museum. ''Bull. U.S. Nat. Mus''., 127, 298 pp.</ref>
 
Pada pertengahan 1880-an, mungkin ada kurang dari sepuluh lambung balap yang dapat diperbaiki yang mengapung. Pada tahun 1885 hanya dua yang dimasukkan untuk kelas mereka di lomba layar hari tahun baru tahunan dibandingkan dengan 37 buah dari dua puluh tahun sebelumnya. Menurut Buckley, pada tahun 1902, hanya empat yang masih bertugas di dermaga Johnston, dan bahkan mereka tidak bertahan sampai awal perang dunia pertama. Pada saat ini sampan balap itu sendiri juga sudah ketinggalan zaman, dan tempatnya diambil oleh kolek Johore yang lebih ringan, yang dalam balapan Johore, kolek tetap menjadi fitur yang paling menonjol dari semua lomba layar lokal.<ref>Buckley, C. B. (1902''). An anecdotal history of old time in Singapore''. Singapore: Fraser & Neave.</ref>