Bekam: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k fix |
membetulkan ejaan |
||
Baris 14:
Pada zaman [[Republik Rakyat Tiongkok|China]] kuno mereka menyebut "hijamah" sebagai “perawatan tanduk” karena tanduk menggantikan [[kaca]]. Pada kurun abad ke-18 (abad ke-13 [[Kalender Hijriyah|Hijriyah]]), orang-orang di [[Eropa]] menggunakan [[lintah]] sebagai alat untuk ''hijamah''. Pada satu masa, 40 juta lintah diimpor ke negara [[Prancis]] untuk tujuan itu. Lintah-lintah itu dilaparkan tanpa diberi makan. Jadi bila ditempelkan pada tubuh [[manusia]] yang sakit, dia akan terus menghisap [[darah]] tadi dengan efektif. Setelah kenyang, lintah tersebut tidak berupaya lagi untuk bergerak, lantas jatuh dan mengakhiri penghisapannya.
Seorang herbalis Ge Hong (281-341 M) dalam bukunya ''A Handbook of Prescriptions for Emergencies'' menggunakan tanduk hewan untuk membekam/mengeluarkan [[bisul]] yang disebut
Kini pengobatan ini dimodifikasi dengan sempurna dan mudah pemakaiannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dengan menggunakan suatu alat yang praktis dan efektif. Disebutkan oleh Curtis N, J (2005), dalam artikel ''Management of Urinary tract Infections: historical perspective and current strategies: Part 1-before antibiotics. Journal of Urology''. 173(1):21-26, January 2005. Bahwa catatan kedokteran tertua [[Ebers Papyrus]] yang ditulis sekitar tahun 1550 [[Masehi|SM]] di [[Mesir kuno]] menyebutkan masalah bekam.
[[Hippocrates]] (460-377 SM), [[Celsus]] (53 SM-7 M), [[Aulus Cornelius Galen]] (200-300 M) mempopulerkan cara pembuangan secara langsung dari pembuluh darah untuk pengobatan di zamannya. Dalam melakukan
== Perkembangan di Indonesia ==
Tidak ada catatan resmi mengenai kapan metode ini masuk ke [[Indonesia]], diduga kuat pengobatan ini masuk seiring dengan masuknya para pedagang [[Gujarat]] dan [[Arab]] yang menyebarkan agama [[Islam]].
Metode ini dulu banyak dipraktikkan oleh para [[kyai]] (ulama agama islam) dan [[santri]] (murid) yang mempelajarinya dari "[[kitab kuning]]” dengan
Tren pengobatan ini kembali berkembang pesat di [[Indonesia]] sejak tahun 90-an terutama dibawa oleh para mahasiswa dan pekerja Indonesia yang pernah belajar di [[Malaysia]], [[India]], dan [[Timur Tengah]]. Kini, pengobatan ini dimodifikasi dengan sempurna dan mudah pemakaiannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dengan menggunakan suatu alat yang higienis, praktis, dan efektif.
|