Maulana Muhammad dari Banten: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 5:
Maulana Yusuf wafat di tahun 1585 dikarenakan suatu penyakit. Dikarenakan pangeran Muhammad masih berusia 9 tahun, maka Pangeran Aria Japara kemudian ditunjuk sebagai walinya untuk menjalankan roda pemerintahan sampai ia dewasa.<ref>{{Cite book|last=TIM;|date=1978|url=https://perpustakaanbpcbbanten.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=95&keywords=|title=258. Berita Penelitian Arkeologi No 18 Laporan Penelitian Arkeologi Banten 1978|publisher=Proyek Penelitan dan Peninggalan Purbakala|language=Indonesia}}</ref> Selama masa pemerintahan raja muda, Banten terus berkembang sebagai pusat perdagangan dimana pedagang menikmati kebebasan relatif dalam perdagangan. Lada tetap menjadi komoditas ekspor utama Banten. Namun, kekayaan Banten banyak dihasilkan dari pemungutan bea cukai untuk sejumlah besar pedagang dari pelabuhan-pelabuhan di [[Samudra Hindia]] dan [[Laut Tiongkok Selatan]] yang berbondong-bondong berdagang ke Banten. Masuknya para pedagang di atas memenuhi penerimaan pajak kas daerah Banten.
Merasa yakin akan kekayaan dan kekuatan armada tempurnya, raja Muhammad yang berusia 25 tahun di tahun 1596 melancarkan kampanye militer melawan [[Kerajaan Palembang]], dimana kampanye militer ini dilakukan baik oleh armada angkatan laut maupun oleh angkatan darat yang menyerbu melalui Sumatera bagian Selatan. Saat itu, Kerajaan Palembang masih merupakan negara bercorak Hindu-Buddha, sisa-sisa vasal [[Majapahit]] di luar negeri (''mancanegara''), yang dianggap oleh Banten muslim sebagai negara [[Paganisme|pagan]]. Terinspirasi oleh kakeknya yang termasyhur [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Hasanuddin]] dan ayahnya yang gagah berani Maulana Yusuf, yang telah menaklukkan [[Kerajaan Sunda]], Muhammad sangat ingin menemukan ketenarannya sendiri dengan memperluas wilayah kekuasaannya. Pada tahun 1596 pengepungan [[Kota Palembang|Palembang]] dimulai, dan ketika kemenangan sudah tampak dalam genggamannya, sebuah tragedi tiba-tiba terjadi ketika sebuah peluru meriam menghantam dan membunuh raja di atas kapalnya ketika dia sedang berlayar di [[Sungai Musi]] di tepi kota. Dengan kematian mendadak raja muda, kebijakan ekspansionis Banten hancur, karena pasukannya mundur dan berlayar pulang. Setelah kematiannya, Maulana Muhammad mendapatkan gelar '''Panembahan Banten Seda Ing Palembang''' atau '''Sedang Ranapati''' karena ia wafat dalam pertempuran laut di Palembang.<ref>{{Cite web|title=Maulana Yusuf, Sultan Banten Ke II|url=https://www.historyofcirebon.id/2018/07/maulana-yusuf-sultan-banten-ke-ii.html|website=Sejarah Cirebon|language=id|access-date=2019-02-07}}</ref><ref>{{Cite web|last=Rifa'i|first=Bahtiar|title=Maulana Muhammad, Sultan Banten yang Saleh dan Gugur di Perang Palembang|url=https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5538624/maulana-muhammad-sultan-banten-yang-saleh-dan-gugur-di-perang-palembang|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2023-08-20}}</ref>
== Rujukan ==
|