Sejarah Cilacap: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Thesillent (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Thesillent (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 17:
Di Tanah Kerajaan, kata ''Tlacap'' digunakan untuk titik–titik yang dikenal pada patrun beberapa stasi payung dan "kepala" kain batik dan sarung. ''Tlacap'' atau ''lacap'' juga berarti ''lancip'' atau tanah yang menjorok ke laut, yang sama artinya dengan kata ''congot'' (dalam [[bahasa Jawa]]).<ref>Cilacap itu Nama Baru, Sejarah Asal Mula Cilacap itu dari Handaunan atau Donan[https://banyumas.suaramerdeka.com/banyumas/pr-095562218/cilacap-itu-nama-baru-sejarah-asal-mula-cilacap-itu-dari-handaunan-atau-donan]</ref>
 
==Mataram Hindukuno==
Handaunan (sekarang Donan) sebagai cikal-bakal Kabupaten Cilacap sudah dikenal di masa [[Kerajaan Mataram Kuno|Mataram Hindu]] sebagaimana didasarkan pada [[Prasasti Salingsingan]] bertuliskan 2 Mei [[880]] Masehi. Prasasti ini menyebut Raja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala yang bertahta sekitar tahun ([[856]]—[[882]]. M), dan nama Handaunan.<ref>Casparis, J.G. de. Prasasti Indonesis I-Inscripties Uit de Cuilenders-Tijd. Bandung.</ref>
 
Terdapat pula beberapa nama desa di Cilacap pada Prasastiprasasti peninggalan Mataram Hindukuno. Ke 5 prasasti ini menceritakan adanya nama-nama desa atau wilayah yang terletak di daerah sepanjang aliran [[sungai Serayu]], di daerah [[Kabupaten Purbalingga|Purbalingga]], [[Kabupaten Banjarnegara|Banjarnegara]], [[Kabupaten Wonosobo|Wonosobo]], [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]], dan [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]].<ref>MM. Sukarto K. Atmodjo. 1990. Menelusuri Sejarah Cikal Bakal Hari Jadi Cilacap Berdasarkan Data Prasasti Kuno.</ref><ref>Museum Nasional Jakarta. Koleksi Prasasti Museum Nasional Jilid I.</ref>
 
===Prasasti Salingsingan===
 
[[Prasasti Salingsingan]] yang berangka tahun [[880]] Masehi, menceritakan Danadana Kebaktiankebaktian milik Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala kepada Bathara di Salingsingan tentang sebuah dharma atau Bangunanbangunan Sucisuci (sekarang [[Candi Wulan]], [[Candi Asu]], dan [[Candi Pendem]]) yang terletak di dekat bertemunya [[sungai Pabelan]] dan [[sungai Tlising]] di lereng [[Gunung Merapi]].
 
Nama desa atau wilayah di daerah Kabupaten Cilacap yang disebut, antara lain: desa ''Gulung'' (sekarang bernama Grumbul Mengulung, terletak dipinggir kali Kembang kuning, sebuah dusun di wilayah Kecamatan Kawunganten, Kab. Cilacap), desa ''Jati'' (sekarang berada di wilayah Kecamatan Binangun, Kab. Cilacap), desa ''Sunda'' (sekarang bernama Surusunda, sebuah desa di Kecamatan Karangpucung, Kab. Cilacap), desa ''Manghujung'' (sekarang bernama Ujung Manik, sebuah desa di Kecamatan Kawunganten, Kab. Cilacap), dan desa ''Handaunan'' (sekarang Donan, sebuah kelurahan di kecamatan Cilacap Tengah, Kota Cilacap).
 
===Prasasti Er Hangat===
 
[[Prasasti Er Hangat]] yang berangka tahun [[885]] Masehi, menyebut Maharaja Dyah Tagwas Sri Jayakirttiwardhana yang berkuasa tahun [[885]] Masehi, mendatangi desa Kapung, dan sang raja singgah di desa Er Hangat atau desa [[Kali Anget]], yang sekarang terletak di wilayah [[Kabupaten Wonosobo|Wonosobo]].
 
Nama desa atau wilayah di daerah Kabupaten Cilacap yang disebut, antara lain: desa ''Limo Manis'' (sekarang bernama Kecamatan Jeruklegi di Kab. Cilacap), desa ''Nusawangka'', desa ''Nusawungu'' (sekarang berada di Kecamatan Nusawungu, Kab. Cilacap), desa ''Nusajati'' (sekarang berada di wilayah Kecamatan Binangun, Kab. Cilacap), desa ''Nusa'', [[Nusa Tembini]], dan [[Pulau Nusakambangan]].
 
Dalam prasasti ini dikatakan pula bahwa Desadesa Nusa dipimpin oleh seorang Rama (Kepalakepala Daerahdaerah) disebut Pu Sakti, dan Kepalakepala Daerahdaerah di Limo Manis (sekarang: Kec. Jeruklegi) menerima pasak-pasak atau pemberian, pisungsung, berupa emas seberat 4 ma. Juga dikatakan, bahwa nama Desa Dalyatan(sekarang: bernamaKec. Kawunganten, Kecamatan di Kab. Cilacap), desa Limo Manis (sekarang: bernama KecamatanKec. Jeruklegi di Kab. Cilacap), desa ''Kayu Hurang'', desa ''Nusa'' merupakan ''wanwatpi siring'' atau desa perbatasan, yang berstatus desa yang bebas pajak atau desa Salud Mangli. Prasasti ini ditemukan di [[kabupaten Banjarnegara|Banjarnegara]].
 
===Prasasti Panunggalan===
 
[[Prasasti Panunggalan]] yang berangka [[896]] Masehi, menceritakan beberapa saksi di upacara tertentu, salah satunya seorang Rakupang yang menjabat sebagai Manghingtu (petugas keagamaan) dari Desadesa Danu (sekarang: Donan, Kelurahan Donan, di Kecamatan Cilacap Tengah, Kota Cilacap).
 
Nama desa atau wilayah di daerah Kabupaten Cilacap yang disebut, antara lain: desa ''Air Bulang'' (sekarang bernama desa Bolang, desa di KecamatanKec. Dayehluhur, Kab. Cilacap), desa ''Maddhyapura'' (sekarang: bernamadesa Madura, desa di Kecamatan Wanareja, Kab. Cilacap), desa ''Panunggalan'' (sekarang desa di wilayah KecamatanKec. Cahyana, Kab. Purbalingga), serta beberapa nama desa yang lokasinya belum jelas seperti desa Bhratma, Tegangrat, Air Pelung, Rayun Haruan, Tiwuran, Pringn Sungudan, dan Jamwi. Prasasti ini ditemukan di Desadesa Panunggalan, Kecamatan Cahyana, [[Kabupaten Purbalingga|Purbalingga]].
 
===Prasasti Pabuharan===
 
[[Prasasti Pabuharan]] yang berangka [[900]] Masehi, menyebut nama-nama desa yang berada di daerah perbatasan yang termasuk Desadesa Sima (desa bebas pajak), seperti desa ''Hasinan'' (sekarang bernama Pengasinan, sebuah dusun di desa Kedungwringin, Kecamatan Patikraja, Kab. Banyumas), desa ''Pabuharan'' (sekarang bernama Pabuwaran, kelurahan di Kecamatan Purwokerto Utara, Kota Purwokerto), desa Pasir yang merupakan batas sebelah Timur (sekarang Pasir Lor, Pasir Wetan, Pasir Kulon, sebuah desa di Kecamatan Karanglewas, Kab. Banyumas dan Pasir Kidul, sebuah kelurahan di Kecamatan Purwokerto Barat, Kota Purwokerto), desa ''Ngasinan'' (sekarang bernama Ngasin, sebuah dusun di desa Karangkandri, [[Kecamatan Kesugihan]], Kab. Cilacap).
 
Istilah Pasir juga berkaitan dengan [[Babad Pasir Luhur]], yang mengacu pada nama desa Pasir yang sudah dikenal sejak tahun [[900]]-an. Prasasti ini ditemukan di aliran [[sungai Serayu]], antara [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]] dan [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]].
Baris 50:
===Prasasti Luitan===
 
[[Prasasti Luitan]] yang berangka [[901]] Masehi, berisi tentang pengaduan penduduk Desa Luitan atau wilayah Kapung kepada Rakyan Mapati I Hino Pu Daksa Sri Bahubaajrapratipaksasaya, sehubungan dengan tanah yang diukur oleh pemungut pajak yang sebenarnya sempit tetapi dikatakan seluas datu tampah, dan ketika diukur ulang ternyata sempit. Akibat dari laporan yang tidak sesuai fakta itulah, menyebabkan penduduk desa Luitan tidak mampu mengisi uddhara (sejenis pajak/PBB). Prasasti ini ditemukan pada [[1977]] di dekat Punden Lingga (oleh warga sekitar disebut Punden Mbok Ageng Lingga) Desadesa Pesanggrahan, Kecamatan Kesugihan, [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]].
 
===Bukti lainnya===
 
Dalam [[Naskah Bujangga Manik]] tahun [[1500]] Masehi, tidak terdapat nama Chelachap atau Cilacap, sedangkan Donan Kalicung disebut (sekarang: Donan) <ref>Noorduyn. J. 1983. Bhujangga Manik‟s Journeys Through Java : Topogropical data From an Old Sundanese Source. Dalam BKI deel 138 4e, S-Gravenhage Martinus Nihoff.</ref>
 
Pada [[1726]] Masehi, dalam Peta perjalanan [[Francois Valentyn]] nama Chelachap atau Cilacap juga belum disebut, hanya dikenal nama-nama desa dan sungai seperti [[Souse River]] ([[sungai Serayu]]), Lonbong Negory, Dainu, Doman, Calomprit, Oetiong Klang, Kali Kams, Kara Doea, Kali Balampang, Pagalangan, Pasongon, Oeloebontoe, Boeykota, Careong, dan [[De Schey River]] (istilah untuk sungai besar). Semua tempat dan sungai-sungai tersebut terletak di sebelah Utara [[Pulau Nusakambangan]] serta di sebelah Timur dan Utara [[Segara Anakan]].<ref>Wibowo, M. Unggul. 2001. Nusakambangan: Dari Pulau Boei Menuju Pulau Wisata. Jogjakarta: Mitra Gama Widya.</ref>
 
Nama '''''Chelachap''''' (sekarang: Cilacap) baru disebut dalam Buku '''The History of Java''' (volume I) karya [[Thomas Stamford Raffles]], terbitan tahun [[1817]] (Peta Raffles dibuat pada zaman pemerintahan [[Inggris]] di [[pulau Jawa|Jawa]] pada [[1817]]) yang kemudian diterbitkan kembali oleh penerbit [[Kuala Lumpur]] (Oxford University Press) pada [[1978]].<ref>The History of Java. Kuala Lumpur: Oxford University Press. 1978.</ref><ref>Wibowo, M. Unggul. 2001. Nusakambangan: Dari Pulau Boei Menuju Pulau Wisata. Jogjakarta: Mitra Gama Widya.</ref> PetikanBerikut adalah petikan aslinya:
 
{{cquote2|''To the easward of these districts, and crossing the island from north to south, is the province of Cheribon, divided into the principal, districts. To the South is the island of NOESA KAMBANGAN which from the harbour of Chelachap.''}}