Kalijodo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Sejarah: clean up
Astari28 (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
 
Baris 2:
 
== Sejarah ==
Awalanya nama Kalijodo berasal dari kata Kali dan Jodoh. Tempat ini pada masa lalu adalah salah satu tempat perayaan budaya Tionghoa bernama [[peh cun]], yaitu perayaan hari keseratus dalam kalender imlek. Salah satu tradisi dalam perayaan peh cun adalah pesta air. Pesta ini menarik perhatian kalangan muda dan dibiayai oleh orang-orang berada dari kalangan Tionghoa. Pesta air itu diikuti oleh muda-mudi laki-laki dan perempuan yang sama-sama menaiki perahu melintasi [[kali Angke]]. Setiap perahu diisi oleh tiga hingga empat perempuan dan laki-laki. Jika laki-laki senang dengan perempuan yang ada di perahu lainnya ia akan melempar kue yang bernama Tiong Cu Pia. Kue ini terbuat dari campuran terigu yang di dalamnya ada kacang hijau. Sebaliknya, jika perempuan menerima, ia akan melempar balik dengan kue serupa. Tradisi ini akhirnya terus berlanjut sebagai ajang mencari jodoh sehingga dari sinilah sebutan Kali Jodoh berasal.<ref name=perahu>[http://metro.news.viva.co.id/news/read/737275-prostitusi-kalijodo-dulunya-berawal-di-atas-perahu ''Prostitusi Kalijodo Dulunya Berasal di Atas Perahu.]'' dari situs Vivanews</ref> Tradisi ini berhenti pada tahun sejak tahun 1958 setelah Wali Kota Jakarta [[Soediro|Sudiro]] yang menjabat diera 1953-1960 melarang perayaan budaya Tionghoa.<ref name=perahu/>
 
Namun menurut versi lain, Kalijodo memang pada awalnya sudah merupakan wilayah prostitusi terselubung. Pada tahun 1600an, banyak pelarian dari Manchuria berlabuh di Batavia, lalu mencari istri sementara atau gundik karena tidak membawa istri dari negara asalnya. Tempat untuk mencari pengganti istrinya di daerah Kalijodo. Para calon gundik ini mayoritas didominasi oleh perempuan lokal, yang akan berusaha menarik pria etnis Tionghoa dengan menyanyi lagu-lagu klasik Tionghoa di atas perahu yang tertambat di pinggir kali. Pada masa tersebut, perempuan yang akan menjadi gundik disebut Cau Bau. Cau Bau, yang bermakna perempuan, dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan pelacur. Kendati demikian, di lokasi tersebut masih berlangsung aktivitas seksual dengan transaksi uang. Aktivitas utamanya adalah menghibur dan mendapat penghasilan, mirip konsep Geisha di Jepang.<ref name=idn>[http://www.idntimes.com/rizal/sejarah-berdirinya-lokalisasi-kalijodo-sejak-era-kolonial-belanda-hingga-sebesar-sekarang ''Sejarah Berdirinya Lokalisasi Kalijodo Sejak Era Kolonial Belanda Hingga Sebesar Sekarang.''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160322143606/http://www.idntimes.com/rizal/sejarah-berdirinya-lokalisasi-kalijodo-sejak-era-kolonial-belanda-hingga-sebesar-sekarang |date=2016-03-22 }} dari situs berita idntimes.com</ref>
Baris 15:
 
== Pembangunan kembali Kalijodo ==
Setelah Kalijodo ditertibkan oleh Pemerintah Provinsi [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]], Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berencana membangun kembali kawasan Kalijodo dengan bekerja sama oleh pengembang swasta untuk mengerjakan beberapa proyek di Kalijodo. Salah satu sasaran pembangunan Ahok di Kalijodo adalah pembangunan [[Ruang Publik Terpadu Ramah Anak]] (RPTRA) dan [[Ruang Terbuka Hijau]].<ref>[http://www.arah.com/article/3786/ini-proyek-terbaru-ahok-di-kalijodo.html Ini Proyek Terbaru Ahok di Kalijodo] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160920033450/http://www.arah.com/article/3786/ini-proyek-terbaru-ahok-di-kalijodo.html |date=2016-09-20 }} Arah.com, tanggal 23 Mei 2016. Diakses tanggal 23 Mei 2016.</ref>
 
== Referensi ==