Suku Badui: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17:
== Kepercayaan ==
Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai [[Sunda Wiwitan]] berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang ([[animisme]]) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh [[agama Budha]], [[Hindu]], dan [[Islam]]. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apapun", atau perubahan sesedikit mungkin:
 
 
:''Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung.''
(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)
 
 
Tabu tersebut dalam kehidupan sehari-hari diinterpretasikan secara harafiah. Di bidang [[pertanian]], bentuk pikukuh tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan [[bajak]], tidak membuat [[terasering]], hanya menanam dengan [[tugal]], yaitu sepotong [[bambu]] yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali tidak sama panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar.