Tirto Adhi Soerjo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Athallah KDS (bicara | kontrib)
sarekat prijaji
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Wagino Bot (bicara | kontrib)
Baris 32:
 
== Perjalanan Tirto saat bergabung dengan Budi Utomo ==
Kondisi Sarekat Prijaji yang semakin meredup membuat Tirto akhirnya bergabung dengan Budi Utomo sebagai anggota cabang [[Kota Bandung|Bandung]]. Tirto pernah memuat tentang Budi Utomo di Medan Prijaji. Saat penyelenggaraan rapat besar Budi Utomo pada tanggal 17 Januari 1909, Tirto menyampaikan pendapatnya bahwa Budi Utomo perlu untuk merangkul para pedagang pribumi sebagai anggota BU. Selain itu, Tirto juga menekankan agar Budi Utomo berfokus kepada pengajaran anak negeri serta mengharapkan Budi Utomo menjadi perhimpunan yang tangguh secara perlahan.{{Sfn|Raditya|Dahlan|2008|p=48-49}}
 
Akan tetapi, hubungan Tirto dengan Budi Utomo tidak selamanya berjalan baik yang dimulai setelah kepulangan Tirto dari Lampung pada tanggal 2 Mei 1910. Pada hari itu, Tirto melayangkan protes kepada Budi Utomo melalui Medan Prijaji. Di dalam surat kabar itu, Tirto menuduh bahwa Budi Utomo memboikot surat kabarnya karena rasa cemburu terhadap kesuksesan surat kabarnya yang dibuktikan dengan tidak pernahnya Budi Utomo mengirimkan laporan ke surat kabarnya.{{Sfn|Raditya|Dahlan|2008|p=48-49}} Tuduhan ini tidak muncul tanpa alasan karena sebelumnnya Tirto pernah memiliki perselisihan dengan pengurus pusat Budi Utomo. Perselisihan ini bermula saat Budi Utomo berencana menunjuk [[Ernest Douwes Dekker]] sebagai editor majalah milik Budi Utomo yang saat itu dekat dengan pengurus Budi Utomo.<ref name=":0" /> Tirto berpendapat bahwa seharusnya surat kabar harusnya dipimpin oleh orang dalam karena sejak awal Budi Utomo didirikan untuk menonjolkan semangat kejawaan. Hal ini ini juga berkaitan dengan perasaan Tirto yang bosan dengan keadaan bahwa kaum pribumi dianggap lebih rendah dibandingkan dengan bangsa Belanda, Indo, Tionghoa dan Arab yang menempati Hindia Belanda sesuai Undang-Undang Kolonial, padahal banyak kaum pribumi yang mempunyai kecakapan hanya untuk memimpin sebuah surat kabar. {{Sfn|Raditya|Dahlan|2008|p=50-51}}
Baris 42:
 
== Kiprah Tirto dalam pendirian Sarekat Islam ==
Proses pendirian [[Sarekat Islam]] dimulai saat [[Samanhudi|Haji Samanhudi]] y kebingungan untuk meresmikan Rekso Roemekso. Organisasi ini merupakan perkumpulan keamanan untuk melindungi kawasan industri batik di daerah [[Kota Surakarta|Solo]] serta menghalau dominasi pedagang Tionghoa di sana. Hingga tahun 1911, organisasi ini belum menjadi organisasi resmi yang berbadan hukum yang terancam dibubarkan karena akan dianggap organisasi ilegal.<ref name=":0" /> Samanhudi berhasil menghubungi Tirto melalui koleganya [[Martodharsono]] yang pernah menjadi [[redaktur]] Medan Priyayi.{{Sfn|Raditya|Dahlan|2008|p=55}} Tirto tiba di Solo pada akhir Januari atau awal Februari tahun 1911.<ref name=":0" /> Akhirnya Rekso Roemekso resmi menjadi organisasi resmi dengan nama SDI cabang Surakarta yang [[Anggaran Rumah Tangga|Anggaran Dasarnya]] disusun oleh Tirto dan ditandatangani pada tanggal 11 November 1911. Susunan organisasi ini terdiri dari Samanhoedi sebagai ketua, Hardjosoemarto sebagai sekretaris, Kartowihadrjo sebagai Bendahara dan Tirto sebagai penasihat. Sedangkan, Martodharsono bersama Djojomargoso menjadi pengurus cabang SDI Surakarta di [[Purwosari, Laweyan, Surakarta|Purwosari]]. {{Sfn|Raditya|Dahlan|2008|p=56}}
 
Setelah [[Revolusi Xinhai|Revolusi Tiongkok]], pedagang Tionghoa mulai melawan pemerintah kolonial dan sering memulai konflik dengan SDI Solo. Di tengah konflik ini, SDI Solo menerbitkan surat kabar mereka sendiri, yaitu ''[[Sarotomo]]'' yang menunjuk Tirto sebagai kepala redaksi, tetapi keterbatasan lokasi Tirto yang berada di Bogor, Tirto menyerahkan urusan Sarotomo kepada Martodharsono selaku redaktur. Koran ''Sarotomo'' hanya bertahan 3 bulan akibat masalah keuangan yang diperparah dengan pinjama Tirto yang meminjam uang milik ''Sarotomo'' sebesar 750 florin yang saat itu juga mengalami masalah keuangan yang saat itu juga membuat pengurus SDI Surakarta gusar.{{Sfn|Raditya|Dahlan|2008|p=56-57}} Pada April 1912, Tirto menghadiri rapat besar SDI Surakarta dan menyerahkan kepemimpinan SDI kepada Samanhoedi karena dia melakukan keliling Jawa. Tirto berhasil mengunjungi beberapa kota, seperti [[Kota Madiun|Madiun]], Surabaya dan [[Kota Kediri|Kediri]] sebelum diculik dan diasingkan karena masalah {{Sfn|Raditya|Dahlan|2008|p=56-57}}
Baris 120:
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
 
 
{{Indo-bio-stub}}