Mangkunegara VIII: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Wagino Bot (bicara | kontrib) |
||
Baris 29:
}}
'''Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VIII''' ({{lahirmati|[[Surakarta]]|1|1|1920|[[Kota Surakarta|Surakarta]]|2|8|1987}})<ref name=":0">{{Cite book|last=Umum|first=Indonesia Lembaga Pemilihan|date=1978|url=https://books.google.com/books?id=OpJaAAAAIAAJ|title=Ringkasan riwayat hidup dan riwayat perjuangan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil pemilihan umum tahun 1977. 2 v|publisher=Lembaga Pemilihan Umum|pages=838|language=id|url-status=live}}</ref> adalah Adipati kedelapan [[Kadipatèn Mangkunagaran|Mangkunagaran]] yang merupakan penguasa dari [[Kadipaten Pajang|Kadipaten Praja]] Mangkunegaraan kenaikan takhta tepat pada tanggal 19 Juli 1944 (masa pemerintahaan [[Jepang]]) dan bertepatan pada wafat ayahnya yaitu [[Mangkunegara VII]]. Mangkunegara VIII memiliki nama [[B.R.M Natosoeparto]] dipilih atas dasar karena merupakan anak laki-laki yang tertua dan mempunyai sebuah pengalaman di luar istana.
Mangkunegoro|location=Surabaya|publisher=Universitas Airlangga|pages=57}}</ref>
Baris 45:
# ''Mulat sarira hangrasa wani'' ("berani berintrospeksi/mawas diri")
B.R.M Sarosa dari kecil oleh Romonya Mangkunegara VII diberi pegangan hidup nebata tata kerama dan membangun jati diri Mangkunegara. Pegangan hidup itu antara lain
# ''Galek Penggautan'' artinya berusaha membudidayakan diri sendiri
Baris 58:
# Rajin bekerja dan tahan di uji
Pendidikan formal B.R.M Sarosa dimulai di usia 7 tahun di [[Europeesche Lagere School|ELS]] (''Europeschee Lagere School'') Pasar legi Solo. ELS adalah sekolah dasar pada [[Sejarah Nusantara (1800–1942)|zaman kolonial]] di Indonesia. ELS juga menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar dalam proses kegiatan belajar mengajar. ELS tersebut sebenarnya hanya diperuntukkan bagi keturunan [[Eropa]], keturunan [[Timur Asing|timur asing]] (orang-orang kaya [[Tionghoa]] kelas pemodal) atau [[pribumi]] dari kelas [[bangsawan]] dan tokoh terkemuka. ELS yang pertama didirikan pada tahun 1817 dengan jenjang menempuh pendidikan sekolah selama tujuh tahun. Awalnya sebenarnya ELS hanya terbuka bagi [[Penduduk|warga]] Belanda di [[Hindia Belanda]], sejak tahun 1903 kesempatan belajar juga diberikan kepada orang-orang pribumi yang kaya dan juga warga Tionghoa setelah beberapa tahun, pemerintah Belanda beranggapan bahwa hal ini ternyata berdampak negatif pada tingkat pendidikan di sekolah-sekolah dan sekolah ELS kembali dikhususkan kepada warga Belanda saja. Sebagai anak raja (Bangsawan tinggi) B.R.M Sarosa mempunyai hak untuk mengenyam pendidikan yang terbaik. Tetapi dalam faktanya untuk masuk ELS, Sekolah Dasar yang menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar, bermodal latar belakang anak raja saja sebenarnya tidak cukup. Kemampuan berbahasa Belanda dan kecerdasan anak juga menjadi dasar utama.
Pada Tahun 1932 B.R.M Sarosa lulus dan memperoleh ijazah pertama dalam hal pendidikan formal. Setelah Tamat ELS, kemudian B.R.M Sarosa melanjutkan Sekolah [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]] (''Middelbaar Uitgebreid Laager Onderwijs''). Pada tahun 1936 dengan masa pendidikan tiga tahun, B.R.M Sarosa lulus dan mendapatkan ijazah pendidikan ke dua setelah ELS. Setelah lulus dari MULO. B.R.M Saroso ingin melanjutkan sekolah [[AMS]] di Jakarta, hidup mandiri dan merasakan kehidupan di luar keraton dengan menimba ilmu (sekolah) di luar kota, hal ini dikabulkan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII, dengan pertimbangan usia B.R.M Sarosa yang cukup matang berusia 16 tahun, ayahnya memberikan kesempatan kepada B.R.M Sarosa meninggalkan keraton Mangkunegaran tetapi tetap dalam pengawasannya.
Baris 67:
Pada awalnya pemerintah mengalami kesulitan, yang pertama susah mencari orang yang mengerti tentang pabrik disebabkan politik era Belanda dulu, dimana bangsanya harus hidup lebih tinggi kedudukannya dari bangsa Indonesia di dalam segala hal, baik hal kemanusiaan maupun gajinya, pangkat dan derajatnya, pemerintah Belanda tidak mengijinkan orang Jawa (Indonesia) menjabat pangkat pembesar. Kedua: perkakas-perkakas pabrik yang rusak itu susah didapat gantinya. Kesulitan-kesulitan itu dapat dihindarkan atas pertolongan pemerintah Dai Nippon dan semangat kekerasan hati Mangkunegaran kotji yang berhasil menemukan Soeperintendan handal yaitu Mr Soenaria seorang ahli ekonomi pernah menjabat sebagai guru besar dalam ilmu ekonomi pada sekolah tinggi kasusteraan<ref>Majalah Asia raya Tanggal 10 Desember 1943, hlm 2</ref>
Pada penobatan Mangkunegaran VIII sebagai penguasa, Pemerintah Jepang tetap menghargai berbagai upacara-upacara adat penobatan raja, seperti ritual menyembelih kerbau (Mahesa Lawong), dan berbagai tarian khusus seperti, Beksan Anglir mendung, terdapat pula doa bersama untuk kelangsungan Puro mangkunegaran agar mendapat perlindungan dan diberi keberkahan oleh sang pencipta<ref>Berkas arsip Bendel Jumenengan (Penobatan Mangkunegoro kotji VIII) 1944, No 24</ref>.
Perjuangan Mangkunegara VIII dalam krisis keberadaan [[Pura Mangkunegaran]] dijalaninya dengan menempuh jalan yang formal seperti ketika mempersoalkan aset-aset Mangkunegaran yang diambil alih pengelolaannya oleh pemerintah tanpa pembicaraan. Meski kemudian ternyata kalah dalam pengadilan, Mangkunegara VIII tetap menjalankan [[roda monarki]] Mangkunegaran dengan berbagai upaya dan usaha.
|