Muhammad Hasyim Asy'ari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ridwan Annas (bicara | kontrib)
k Membalikkan revisi 23551301 oleh Ridwan Annas (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Merapikan artikel
Baris 103:
|award2 =
|pemberi_award2 =
|tahun_award2 =
 
|award3 =
|pemberi_award3 =
|tahun_award3 =
 
|award4 =
|pemberi_award4 =
|tahun_award4 =
 
|award5 =
Baris 135:
Terbentuknya [[Nahdlatul Ulama]] atau NU sebagai wadah [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] atau ASWAJA bukan semata-mata karena K.H. Hasyim Asy’ari dan ulama-ulama lainnya ingin melakukan inovasi, namun memang kondisi pada waktu itu sudah sampai pada kondisi genting dan wajib mendirikan sebuah wadah. Di mana saat itu, di Timur Tengah telah terjadi momentum besar yang dapat mengancam kelestarian [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] terkait penghapusan sistem khalifah oleh [[Turki|Republik Turki Modern]] dan ditambah berkuasanya rezim [[Wahhabisme|Mazhab Wahabi]] di [[Arab Saudi]] yang sama sekali menutup pintu untuk berkembangnya mazhab lain di tanah Arab saat itu. Menjelang berdirinya NU, beberapa ulama masyhur berkumpul di [[Masjidil Haram]] dan sangat mendesak berdirinya orgasnisasi untuk menjaga kelestarian [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]].
 
<ref name="NU Online">{{Cite web|title=NU Online|url=https://nu.or.id/|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2021-12-03}}</ref>
 
Setelah melakukan ''istikharah,'' para ulama di Arab Saudi mengirimkan sebuah pesan kepada K.H. Hasyim Asy’ari untuk sowan kepada dua ulama besar di Indonesia saat itu, apabila dua ulama besar ini merestui, maka akan sesegera mungkin dilakukan tindak lanjut, dua orang itu adalah Habib Hasyim, Pekalongan dan [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Kholil, Bangkalan]]. Maka K.H. Hasyim Asy’ari dengan didampingi Kiai Yasin, Kiai Sanusi, Kiai Irfan, dan K.H. R. Asnawi datang sowan ke kediamannya Habib Hasyim di Pekalongan.<ref>{{Cite web|titlename="NU Online|url=https://nu.or.id/|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2021-12-03}}<"/ref> Selanjutnya dilanjutkan dengan sowan ke [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Kholil Bangkalan]], maka K.H. Hasyim dan ulama lainnya mendapatkan wasiat dari Syaikhona Kholil untuk segera melaksanakan niatnya itu sekaligus beliau merestuinya.<ref>{{Cite web|title=Home|url=https://tebuireng.online/|website=Tebuireng Online|language=en-US|access-date=2021-12-03}}</ref>
 
Kemudian pada tahun 1924, [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Kholil]] mengutus Kiai As'ad yang saat itu berumur 27 tahun untuk mengantarkan sebuah tongkat ke Kiai Hasyim Asy'ari, Tebuireng, Jombang dan menghafalkan [[Surah Ta Ha|Surat Thaha]] ayat 17-23 untuk dibacakan di hadapan Kiai Hasyim. Berangkatlah Kiai As'ad dengan mengayuh sepeda, Kiai As'ad telah dibekali uang oleh Syaikhona Kholil untuk di perjalanan, namun ia justru berpuasa selama di perjalanan. Kemudian setibanya di Tebuireng, Kiai As’ad menghadap Kiai Hasyim Asy'ari dan menyerahkan tongkat itu. Kiai Hasyim bertanya “Apakah ada pesan dari Syaikhona?” Lalu Kiai As’ad membaca Surat Thaha ayat 17-23 yang arti terjemahannya :
Baris 145:
Berselang beberapa hari, Syaikhona Kholil kembali mengutus Kiai As'ad untuk mengantarkan sebuah tasbih kepada Kiai Hasyim. Ketika Syaikhona Kholil menyerahkan tasbihnya, Kiai As'ad enggan untuk menerima dengan tangannya, ia memohon kepada Syaikhona untuk mengalungkan tasbih itu ke lehernya. Syaikhona Kholil berpesan agar Kiai As'ad membaca "''Yaa Jabbar Yaa Qahhar''" hingga sampai Tebuireng dan membacanya di hadapan Kiai Hasyim. Selama di perjalanan, Kiai As'ad sama sekali tidak berani menyentuh tasbih itu, hingga sesampainya di Tebuireng, Kiai As'ad segera menghadap Kiai Hasyim dan memohon Kiai Hasyim untuk mengambil tasbih itu dari lehernya searaya ia membaca "''Yaa Jabbar Ya Qahhar''".
 
KH. Hasyim Asy'ari <ref>{{Cite web|last=Abdurrahman|first=Syarif|date=2021-07-04|title=Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari Sang Mujaddid|url=https://www.tebuireng.co/hadratussyaikh-kh-m-hasyim-asyari-sang-mujaddid/|website=Tebuireng Initiatives|language=id|access-date=2023-01-21}}</ref> telah menangkap dua isyarat kuat tersebut yang mengartikan bahwasannya Syakhona Kholil telah memantapkan hati beliau dan merestui didirikannya Jam'iyah Nahdlatul Ulama. Setahun kemudian, pada tanggal 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Surabaya berkumpul para ulama se-Jawa-Madura. Mereka bermusyawarah dan sepakat mendirikan organisasi Islam Nahdlatul Ulama'''.'''{{tone|bagian}}
== Pemikiran ==
 
Pemikiran [https://www.tebuireng.co/hadratussyaikh-kh-m-hasyim-asyari-sang-mujaddid/ KH. Hasjim Asy'ari] tentang [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] adalah ulama dalam bidang tafsir Al Qur'an, Sunnah Nabi Muhammad, dan Fiqih yang tunduk pada tradisi [[Muhammad|Rasulullah]] dan [[Kekhalifahan Rasyidin|Khulafaur Rasyidin]]. Selanjutnya beliau menyatakan bahwa sampai sekarang ulama tersebut termasuk "mereka yang mengikuti Mazhab Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hambali". Pemikiran inilah yang diterapkan oleh Jam'iyah [[Nahdlatul Ulama]] yang menyatakan sebagai pengikut, penjaga, pelestari, dan penyebar paham [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]]
 
[[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] dalam pandangan KH. Hasyim Asy'ari tidak memiliki makna tunggal, tergantung perspektif yang digunakan. Paling tidak terdapat dua perspektif yang digunakan untuk mendefinisikan [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]], yaitu teologi dan fiqih. Namun, jika ditelusuri lebih lanjut melalui karya-karya KH. Hasjim Asy'ari, maka sebenarnya dapat diambil sebuah kesimpulan yaitu bahwa [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] pada dasarnya lebih kepada pola keberagaman bermadzhab kepada generasi muslim masa lalu yang cukup otoritatif secara religius.<ref>{{Cite web|title=Teladan Ukhuwah Islamiyah dan Keilmuan KH Hasyim Asy’ari|url=https://www.nu.or.id/fragmen/teladan-ukhuwah-islamiyah-dan-keilmuan-kh-hasyim-asy-ari-37odG|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2022-01-16}}</ref>
Baris 158:
 
Mendengar : Bahwa di tiap-tiap Daerah di seloeroeh Djawa-Madoera ternjata betapa besarnja hasrat Oemmat Islam dan ‘Alim Oelama di tempatnja masing-masing oentoek mempertahankan dan menegakkan AGAMA, KEDAOELATAN NEGARA REPOEBLIK INDONESIA MERDEKA.
 
 
'''Menimbang :'''
Baris 165 ⟶ 164:
 
b. Bahwa di Indonesia ini warga negaranja adalah sebagian besar terdiri dari Oemmat Islam.
 
 
'''Mengingat:'''
Baris 171 ⟶ 169:
1. Bahwa oleh fihak Belanda (NICA) dan Djepang jang datang dan berada di sini telah banjak sekali didjalankan kedjahatan dan kekedjaman jang menganggoe ketentraman oemoem.
 
2. Bahwa semoea jang dilakoekan oleh mereka itu dengan maksoed melanggar kedaoelatan Negara Repoeblik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali mendjadjah di sini maka beberapa tempat telah terdjadi pertempoeran jang mengorbankan beberapa banjak djiwa manoesia.
 
3. Bahwa pertempoeran2 itu sebagian besar telah dilakoekan oleh Oemmat Islam jang merasa wadjib menoeroet hoekoem Agamanja oentoek mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanja.
 
4. Bahwa di dalam menghadapai sekalian kedjadian2 itoe perloe mendapat perintah dan toentoenan jang njata dari Pemerintah Repoeblik Indonesia jang sesoeai dengan kedjadian terseboet.
 
 
'''Memoetoeskan :'''