Perang Regreg: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Membalikkan revisi 24110360 oleh 103.82.246.35 (bicara)
Tag: Pembatalan
Baris 17:
|casualties2=Bhre Wirabhumi, termasuk utusan Cina yang mengunjungi istana timur.
}}
'''Perang Regreg''' (sering disalah tuliskan sebagai Paregreg, [[bahasa Jawa|Jawa]]: '''꧋ꦦꦼꦫꦁꦦꦉꦓꦿꦼꦓ꧀꧈''') adalah perang antara istana barat [[Majapahit]] yang dipimpin [[Wikramawardhana]], melawan istana timur yang dipimpin [[Bhre Wirabhumi]] II. Perang ini terjadi tahun 1404–1406 dan menjadi penyebab utama kemunduran [[Majapahit]]. Kekalahan Bhre Wirabhumi II disebabkan oleh Penghianatan Patihnya yaituYaitu Raden Gajah/Minak Jinggo yang membelot ke [[Wikramawardhana]] dan akhirnya Raden Gajah/Minak Jinggo dihukum Mati oleh [[Suhita]] cucu Bhre Wirabhumi II (diabadikan dalam cerita Minak Jinggo vs Damarwulan).
 
==Penamaan==
Baris 23:
 
== Awal berdirinya Kerajaan Majapahit Timur ==
[[Kerajaan Majapahit]] berdiri tahun [[1293]] berkat kerja sama [[Raden Wijaya]] dan [[Arya Wiraraja]]. Pada tahun 1295, [[Raden Wijaya]] membagi 2 wilayah [[Majapahit]] untuk menepati janjinya semasa perjuangan. Sebelah timur diserahkan pada [[Arya Wiraraja]] dengan ibu kota di [[Lumajang]].
 
Pada tahun [[1316]], [[Jayanagara]] putra [[Raden Wijaya]] menumpas pemberontakan [[Nambi]] di [[Lumajang]]. Setelah peristiwa tersebut, wilayah timur kembali bersatu (bereunifikasi) dengan wilayah barat.
 
Menurut ''[[Pararaton]]'', pada tahun [[1376]], muncul sebuah ''gunung baru''. Peristiwa ini dapat ditafsirkan sebagai munculnya kerajaan baru, karena menurut [[kronik Tiongkok]] dari [[Dinasti Ming]], pada tahun [[1377]] di [[Jawa]], ada 2 kerajaan merdeka yang sama-sama mengirim duta ke [[Tiongkok]]. Kerajaan Barat dipimpin Wu-lao-po-wu, dan Kerajaan Timur dipimpin Wu-lao-wang-chieh.
 
Wu-lao-po-wu adalah ejaan [[Tionghoa]] untuk Bhra Prabu, yaitu nama lain [[Hayam Wuruk]] (menurut ''[[Pararaton]]''), sedangkan Wu-lao-wang-chieh adalah Bhre Wengker alias Wijayarajasa, suami [[Rajadewi]] (adik [[Tribhuwana Tunggadewi]], ibu Hayam Wuruk).
 
Wijayarajasa rupanya berambisi menjadi raja. Sepeninggal [[Gajah Mada]], [[Tribhuwana Tunggadewi]], dan [[Rajadewi]], ia membangun istana timur di Pamotan ([[Porong, Sidoarjo]]), sehingga dalam ''[[Pararaton]]'', ia juga bergelar ''Bhatara Parameswara ring Pamotan''.
 
== Silsilah Bhre Wirabhumi II ==
Perang Regreg adalah perang yang identik dengan tokoh Bhre Wirabhumi II.
 
Nama asli Bhre Wirabhumi II tidak diketahui secara pasti. Diduga namanya adalah Bhatara Rajanatha yang tertulis dalam Prasasti Bilukluk. Menurut ''[[Pararaton]]'', ia adalah putra [[Hayam Wuruk]] dari selir, dan menjadi anak angkat Bhre Daha istri Wijayarajasa, yaitu [[Rajadewi]]. Bhre Wirabhumi II kemudian menikah dengan Bhre Lasem sang Alemu, putri Bhre Pajang (adik [[Hayam Wuruk]]).
 
Menurut ''[[Nagarakretagama]]'', istri Bhre Wirabhumi II adalah Nagarawardhani putri Bhre Lasem alias Indudewi. Indudewi adalah putri [[Rajadewi]] dan Wijayarajasa. Berita dalam ''[[Nagarakretagama]]'' lebih dapat dipercaya daripada ''[[Pararaton]]'', karena ditulis pada saat Bhre Wirabhumi II masih hidup.
 
Jadi kesimpulannya, Bhre Wirabhumi II lahir dari selir [[Hayam Wuruk]], menjadi anak angkat [[Rajadewi]] (bibi [[Hayam Wuruk]]), dan kemudian dinikahkan dengan Nagarawardhani cucu [[Rajadewi]].
 
== Perang Dingin Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi II ==
Pada masa pemerintahan [[Hayam Wuruk]] dan Wijayarajasa, hubungan antara [[Majapahit]] istana barat dan timur masih diliputi perasaan segan, mengingat Wijayarajasa adalah mertua [[Hayam Wuruk]].
 
Wijayarajasa meninggal tahun [[1398]]. Ia digantikan anak angkat sekaligus suami cucunya, yaitu Bhre Wirabhumi II sebagai raja istana timur. Sementara itu [[Hayam Wuruk]] meninggal tahun [[1389]]. Ia digantikan keponakan sekaligus menantunya, yaitu [[Wikramawardhana]].
 
Ketika Indudewi meninggal dunia, jabatan Bhre Lasem diserahkan pada putrinya, yaitu Nagarawardhani. Tapi [[Wikramawardhana]] juga mengangkat [[Kusumawardhani]] sebagai Bhre Lasem. Itulah sebabnya, dalam ''[[Pararaton]]'' terdapat dua orang Bhre Lasem, yaitu ''Bhre Lasem Sang Halemu'' (Bhre Lasem yang gemuk) istri Bhre Wirabhumi II, dan ''Bhre Lasem Sang Ahayu'' (Bhre Lasem yang cantik) istri [[Wikramawardhana]].
 
Sengketa jabatan Bhre Lasem ini menciptakan perang dingin antara istana barat dan timur, sampai akhirnya Nagarawardhani dan [[Kusumawardhani]] sama-sama meninggal tahun [[1400]]. [[Wikramawardhana]] segera mengangkat menantunya sebagai Bhre Lasem yang baru, yaitu istri Bhre Tumapel.
 
== Terjadinya Perang Regreg ==
Setelah pengangkatan Bhre Lasem baru, perang dingin antara istana barat dan timur berubah menjadi perselisihan. Menurut ''[[Pararaton]]'', Bhre Wirabhumi II dan [[Wikramawardhana]] bertengkar tahun 1401 dan kemudian tidak saling bertegur sapa.
 
Perselisihan antara kedua raja meletus menjadi Perang Regreg tahun [[1404]]. ''Regreg'' artinya perang setahap demi setahap dalam tempo lambat. Pihak yang menang pun silih berganti. Kadang pertempuran dimenangkan pihak timur, kadang dimenangkan pihak barat.
 
Akhirnya, pada tahun [[1406]], pasukan barat dipimpin Bhre Tumapel putra [[Wikramawardhana]] menyerbu pusat kerajaan timur. Bhre Wirabhumi II menderita kekalahan dan melarikan diri menggunakan perahu pada malam hari. Ia dikejar dan dibunuh oleh Raden Gajah alias Bhra Narapati yang menjabat sebagai Ratu Angabhaya istana barat.
 
Raden Gajah membawa kepala Bhre Wirabhumi II ke istana barat. Bhre Wirabhumi II kemudian dicandikan di Lung bernama Girisa Pura.
 
== Akibat Perang Regreg ==
Setelah kekalahan Bhre Wirabhumi II, kerajaan timur kembali bersatu (bereunifikasi) dengan kerajaan barat. Akan tetapi, daerah-daerah bawahan di luar [[Jawa]] banyak yang lepas tanpa bisa dicegah. Misalnya, tahun [[1405]] daerah [[Kalimantan Barat]] direbut kerajaan [[Tiongkok]]. Lalu disusul lepasnya [[Palembang]], [[Melayu]], dan [[Malaka]] yang tumbuh sebagai bandar-bandar perdagangan ramai, yang merdeka dari [[Majapahit]]. Kemudian lepas pula daerah [[Brunei]] yang terletak di [[Pulau Kalimantan]] sebelah utara.
 
Selain itu [[Wikramawardhana]] juga berhutang ganti rugi pada [[Dinasti Ming]] penguasa [[Tiongkok]]. Sebagaimana disebutkan di atas, pihak [[Tiongkok]] mengetahui kalau di [[Jawa]] ada dua buah kerajaan, barat dan timur. Laksamana [[Ceng Ho]] dikirim sebagai duta besar mengunjungi kedua istana. Pada saat kematian Bhre Wirabhumi II, rombongan [[Ceng Ho]] sedang berada di istana timur di Pamotan (Porong, Sidoarjo). Sebanyak 170 orang [[Tionghoa]] ikut menjadi korban.
 
Atas kecelakaan itu, [[Wikramawardhana]] didenda ganti rugi 60.000 tahil. Sampai tahun [[1408]] ia baru bisa mengangsur 10.000 tahil saja. Akhirnya, [[Kaisar Yung Lo]] membebaskan denda tersebut karena kasihan. Peristiwa ini dicatat Ma Huan (sekretaris [[Ceng Ho]]) dalam bukunya, Ying-ya-sheng-lan.
 
Setelah Perang Regreg, [[Wikramawardhana]] memboyong Bhre Daha putri Bhre Wirabhumi II sebagai selir. Dari perkawinan itu lahir [[Suhita]] yang naik takhta tahun [[1427]] menggantikan [[Wikramawardhana]]. Pada pemerintahan [[Suhita]] inilah, dilakukan balas dendam dengan cara menghukum mati Raden Gajah/Minak Jinggo tahun [[1433]].
 
== Perang Regreg dalam Karya Sastra Jawa ==
Peristiwa Regreg tercatat dalam [[ingatan masyarakat]] [[Jawa]] dan dikisahkan turun temurun. Pada zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan [[Islam]] di [[Jawa]], kisah Regreg dimunculkan kembali dalam ''Serat Kanda'', ''Serat Damarwulan'', dan ''Serat DamarwulanBlambangan''.
 
Dikisahkan dalam ''Serat Kanda'', terjadi perang antara Ratu Kencanawungu penguasa [[Majapahit]] di barat melawan Raden Gajah/ [[Menak Jingga]] penguasa [[Blambangan]]. Raden Gajah/ [[Menak Jingga]] akhirnya mati di tangan [[Damarwulan]] utusan yang dikirim Ratu Kencanawungu. Setelah itu, [[Damarwulan]] menikah dengan Kencanawungu dan menjadi raja [[Majapahit]] bergelar Prabu Mertawijaya. Dari perkawinan tersebut kemudian lahir [[Brawijaya]] yang menjadi raja terakhir [[Majapahit]].
 
Dikisahkan dalam ''Serat Kanda'', terjadi perang antara Ratu Kencanawungu penguasa [[Majapahit]] di barat melawan Raden Gajah/ [[Menak Jingga]] penguasa [[Blambangan]] di timur. Raden Gajah/ [[Menak Jingga]] akhirnya mati di tangan [[Damarwulan]] utusan yang dikirim Ratu Kencanawungu. Setelah itu, [[Damarwulan]] menikah dengan Kencanawungu dan menjadi raja [[Majapahit]] bergelar Prabu Mertawijaya. Dari perkawinan tersebut kemudian lahir [[Brawijaya]] yang menjadi raja terakhir [[Majapahit]].
Demikianlah dalam legenda, namun tidak seperti itu dalam sejarahnya karena Kedhaton Wetan tidak sama dengan Kerajaan Blambangan. Kedaton Wetan berada di Pamotan (Porong Sidoarjo) dengan bukti-bukti berupa [[Candi Pamotan]] dan sebagainya, sedangkan Kerajaan Blambangan terletak di Blambangan ([[Muncar, Banyuwangi]]) dengan bukti-bukti berupa Situs [[Umpak Songo]] dan sebagainya.
 
== Kepustakaan ==